Mohon tunggu...
Travel Story

Kars Sangkulirang Mangkalihat Sudah Diusulkan Ke UNESCO

13 Juni 2016   08:01 Diperbarui: 13 Juni 2016   09:14 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SANGATTA- Banyak kegiatan positif terjadi dalam perjalanan tim ekspedisi Kutim 1 yang dipimpin oleh Wabup Kasmidi Bulang ke Kecamatan Karangan, belum lama ini. Didalam situs goa tapak tangan bersejarah yakni Goa Mengkuris, tim juga melakukan dialog dengan pemerhati Karst  Balai Pelestarian Cagar Budaya Samarinda, DR Pindi Setiawan. Dialog juga melibatkan Camat Kaubun, Kepala Desa Batu Lepoq, tokoh-tokoh adat, serta tokoh sadar wisata dan warga setempat. Untuk lebih menyatu dengan alam, dialog dilakukan santai dan seadanya dengan menggunakan alas terpal sekaligus wadah menginap di dalam goa.


Wabup Kasmidi yang didampingi isteri Ny Tirah Satriani terlihat semangat sejak awal perjalanan hingga sampai di goa. Tak heran, ternyata Wabup yang lulusan Tehnik Pertambangan ternyata aktif di Mahasiswa Pecinta Alam  (Mapala). Saat membuka dialog, Wabup menceritakan sedikit pengalamannya saat aktif di Mapala. Di Tehnik Pertambangan, mahasiswa wajib terjun ke lapangan dan bahkan tidur di alam bebas atau hutan.

Berikutnya dia menjelaskan inti dari perjalanan tim ekspedisi Kutim 1 kali ini tidak lain adalah refreshing sekaligus mempromosikan potensi daerah khususnya goa karst. Sebagai bentuk napak tilas untuk mengenang sejarah.


“Dengan semakin dikenalnya potensi wisata prasejarah goa karst tapak tangan di Kutim tentunya akan menjadi kebanggaan tersendiri. Pastinya nanti bisa juga menjadi potensi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kita,” sebut Wabup.


Kesempatan dialog juga digunakan Ketua Kelompok Sadar Wisata Pak Minggu untuk menyampaikan hikayat Mengkuris atau sejarah singkat Goa Tapak Tangan yang ada di Desa Batu Lepoq. Menurutnya, dulu goa merupakan Liang Aji (tempat orang berkumpul). Setiap panen selalu di adakan Erau atau pesta panen. 


“Dulu Kepala Erau-nya disini namanya adalah Balian Danyam. Dia menyatakan jangan sampai ada salah satu warga yang melanggar aturan. Namun ada salah satu warga yang melanggar yaitu warga yang membunuh seekor monyet, sehingga terjadi hujan deras dan menyebabkan banjir besar. Selanjutnya membuat seluruh warga tenggelam, yang hidup hanya Balian Danyam. Karena Balian Danyam sangat mencintai istrinya. Dibukalah ikat pinggangnya dan dihempaskan ke istrinya. Lalu jadi sepohon kembang dan terbang ke atas. Untuk tapak tangan, itu adalah tapak tangan orang-orang yang ingin menyelamatkan diri dari bencana banjir besar,” katanya detai menjelaskan sejarah berdasarkan cerita sesepuh terdahulu.


DR Pindi Setiawan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Samarinda selaku pemerhati karst dalam dialog menyampaikan satu hal sangat penting terkait Goa Kars di kawawan Sangkulirang Mangkalihat. 


Dia menyebut bahwa pihanya telah mengusulkan Kawasan Sangkulirang Mangkalihat untuk di usulkan menjadi warisan dunia kepada UNESCO. Saat ini, katanya sudah masuk di tentative list atau daftar sementara warisan dunia. Di websitenya UNESCO :  http://whc.unesco.org/en/tentativelists/6009/ . Dengan masuknya tentative list UNESCO, menjadikan pihak BPCB Samarinda, sejak tahun 2013 lebih giat mengadakan berbagai kegiatan dalam rangka mengangkat kawasan Sangkulirang Mangkalihat ini sebagai warisan dunia


"Pertama tahun 2013, BPCB telah melakukan seminar internasional kawasan Sangkulirang Mangkalihat di Balikpapan dengan dana Rp 1,8 miliar. Kemudian ada Fokus Group Discussion (FGD) di adakan di Balikpapan, Samarinda, Banjar Baru yang di adakan sekitar lima kali dan beberapa kegiatan lain. Mengapa kawasan Sangkulirang Mangkalihat ini penting? Karena menurut kami serta jajaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan karena potensinya yang luar biasa," jelas Pindi yang sudah sering melakukan penelitian goa karst di Kutim.


Lebih jauh dijelaskan, goa karst di Kalimantan saat ini belum ada satupun yang masuk di dalam nominasi dunia. Indonesia hanya punya warisan dunia berupa benda maupun non benda seperti Wayang, Keris, Batik, Angklung, Tari Saman, Noken, Borobudur, Prambanan dan lain sebagainya. Dia menyebut Sangkulirang Mangkalihat baru terangkat ke level Internasional ketika peneliti dari Bali Made Kusuma Jaya tahun 2012 datang, kemudian melihat potensi Sangkulirang Mangkalihat dan melakukan serangkaian penelitian. Sejak tahun 1992 akhirnya dilakukan kerjasama dengan Perancis. Penelitian intensif berakhir sampai tahun 2014 dan menghasilkan beberapa temuan. 


“Hasil penggalian dari goa-goa Merabu, Gunung Gergaji maupun di Goa Mangkuris masih tersimpan di galeri arkeologi pemerintah pusat,” sebutnya.


Pindi menyarankan agar potensi cagar budaya dan kawasan kars disebaran Sangkulirang Mangkalihat bisa lebih dipromosikan lagi melalui berbagai program untuk mendatangkan wisatawan. Misalnya dengan cara menjadikan satu paket tujuan wisata dengan tema destinasi karst Kutim. selain itu jika ingin wisata budaya bisa juga misalnya di Miau Baru, Kongbeng. Wisata pantai di Sekrat, Teluk Lombok dan lainnya. Semua mesti di infentarisasi dan dibuat dalam satu buku tentang tujuan wisata Kutim. 


“Kita taruh di tempat-tempat setrategis seperti di bandara, di toko-toko buku, maupun Mall-mall. Sehingga nanti orang bisa melihat ternyata di Kutim ada tempat-tempat yang bagus untuk dikunjungi,” jelasnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun