Mohon tunggu...
Cherryl AisyaS
Cherryl AisyaS Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo! nama saya Cherryl aisya, saya seorang mahasiswa unikom

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anies Baswedan Bahas Tentang Fenomena "Ordal Ini Menyebalkan" Pada Debat Perdana Pilpres 2024

17 Desember 2023   20:37 Diperbarui: 17 Desember 2023   21:02 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ordal atau yang biasa kita kenal sebagai orang dalam, kini diangkat dalam debat perdana Pilpres 2024. Setelah hampir 10 tahun Joko Widodo meminpin Indonesia pada dua periode, kini saatnya pemilihan presiden baru untuk memimpin Indonesia. Selama 10 tahun bersama Jokowi, Indonesia banyak sekali memiliki perubahan dari segala sektor yang berada dipenjuru Indonesia.   

Pemilihan Presiden pun sudah disiapkan dari tahun 2023, mulai dari calon presiden hingga wakil presiden. Kini pada akhir bulan Desember 2023 telah diadakan debat perdana Pilpres 2024 yang diadakan pada tanggal 12 Desember 2023 kemarin dengan tayangan secara langsung yang bisa ditonton oleh seluruh rakyat Indonesia agar bisa memilih pemimpin yang bertanggungjawab. Terdapat 3 calon Presiden yaitu, Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan yang terakhir Ganjar. 

Orang -- orang ini sudah tidak asing lagi dalam dunia politik atau bisa dibilang sudah lumayan berpengalaman.   Indonesia yang terdiri dari  34 Provinsi dengan rakyat yang sangat banyak harus memiliki pemikiran yang kritis dan demokratis untuk memilih pemimpin yang bisa bertanggungjawab atas visi misi yang disampaikan.

Tidak hanya itu, banyak sekali rakyat Indonesia yang kadang tidak didengar suaranya, tidak didengar pendapatnya namun seakan -- akan dirangkul saat proses kampanye. Memberikan kepercayaan kepada rakyat namun setelah terpilih kadang menjadi orang yang pemilih kepada yang rakyat sendiri.  

Dalam debat perdana Pilpres 2024 kemarin, banyak sekali janji -- janji yang dipaparkan oleh setiap calon presiden. Membuat kita sebagai rakyat biasa kadang menjadi sedikit tergiur dan bangga akan segala penawaran yang diberikan. Padahal rakyat kecil dan biasa kadang tidak pernah dipandang oleh pemimpin negara yang berwenang. 

Banyak sekali orang -- orang yang menghalalkan segala cara untuk bisa mencapai semua keinginannya. Keponakan Gubernur bisa jadi apa saja, mau jadi polisi, tantara, dokter bahkan menjadi seorang yang berpengaruh dalam sebuah negara juga bisa asalkan mempunyai ordal (orang dalam). 

Fenomena ini menjadi ketidakadilan bagi masyarakat kecil yang berjuang murni dalam mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Ordal ini mengacu pada sebuah praktik dimana seseorang mendapatkan pekerjaan, promosi atau peluang lainnya dalam lingkungan kerja melalui hubungan pribadi atau kenalan daripada melalui proses seleksi atau evaluasi berdasarkan kualifikasi dan kemampuan mereka. Dengan memanfaatkan media digital kita bisa mengetahui ranah yang sedang panas diberbagai media sosial. Ini bisa menjadi sumber pengetahuan kita agar tidak buta dengan dunia politik Indonesia. 

Gen-Z banyak sekali mengekspresikan pendapatnya secara langsung selama debat yang berlangsung kurang lebih 4 jam ini. Anies Baswedan tercatat paling banyak menjadi topik percekapan di media sosial. Membuat semua orang penasaran akan debat yang dilangsungkan.   Fenomena ordal ini sempat disinggung oleh Anies Baswedan saat debat perdana Pilpres 2024. Berawal saat mulainya sesi tanya jawab antar calon presiden, Anies Baswedan memberikan pertanyaan kepada Probowo tentang bagaimana perasaanya ketika mengetahui bahwa terdapat pelanggaran etika saat mendaftarkan diri sebagai calon presiden 2024. 

Sebelumnya Anies juga menjelaskan bahwa pada keputusan MKMK terjadi pelanggaram etika berat, kemudian Prabowo diberikan waktu sampai tanggal 13 November karena itu adalah waktu terakhir mengambil keputusan bila ada perubahan.  Kemudian Prabowo menjelaskan bahwa "Memang sewaktu perkembangan politik itu ada beberapa segi perspektif, jadi tim saya para pakar hukum yang mendapingi saya menyampaikan bahwa dari segi hukum tidak ada masalah. Masalah yang dianggap pelanggaran etika sudah diambil tindakan dan keputusan. Waktu itu oleh pihak yang diberi wewenang kemudian sudah ada tindakan dan tindakan itu masih diperdebatkan karena yang bersangkutan masih diproses. 

Tetapi intinya adalah bahwa Keputusan itu final dan tidak dapat dirubah, yaa saya laksanakan". Pernyataan Prabowo ini dinilai tidak terlalu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Anies. Sehingga membuat Anies memberikan tanggapan bahwa Prabowo menggunakan ordal. Karena seperti tidak masuk akan dengan sekian waktu yang diberikan namun permasalahan etika dengan mudah bisa dilanjutkan. Dari sinilah Anies menyinggung masalah tentang fenomena ordal yang sering terjadi di Indonesia. "Fenomena ordal ini menyebalkan" tutur Anies dengan sangat lugas.   "Mau ikut kesebelasan ada ordalnya, mau masuk jadi guru ordal, mau daftar sekolah ada ordal, mau tiket konser ada ordal. Ada ordal dimana -- mana yang membuat meritrokatik tidak berjalan, yang mebuat etika luntur dan ketika fenomena ordal itu bukan hanya di masyarakat tapi di proses puncak terjadi ordal" singgung Anies kepada Prabowo.   Tidak hanya itu, kadang untuk menjadi seorang guru pun menggunakan ordal, mau itu bibi atau paman kita bisa masuk kapan saja dengan proses yang sangat mudah namun membuat kita menjadi tidak memiliki mutu dan kualitas yang baik dalam mendidik generasi bangsa ini. Jauh berbeda dengan seorang guru yang benar -- benar murni tanpa ada memanfaatkan ordal didalam prosesnya, menjadikan dia sebagai pendidik yang jujur dan bisa menjadi panutan untuk generasi bangsa. Memang tidak bisa dipungkiri fenemone ini sudah menjadi sebuah tradisi di masyarakat Indonesia bahkan menyebar luar dipelosok negeri. 

Bagi Gen-Z fenomena ini lumayan sangat mengganggu apalagi untuk rakyat kecil yang tidak mempunyai ordal dalam mengikuti beberapa kompetensi karena dapat menciptakan ketidaksetaraan peluang dan mengabaikan nilai -- nilai objektivitas serta keadilan dalam rekrutmen dan pengembangan karir. Ketika seseorang memanfaatkan jalur ordal, mereka mungkin mendapatkan akses ke informasi dan peluang yang tidak tersedia bagi calon lainnya. Hal ini menghasilkan situasi diaman individu yang lebih berkualitas atau pantas untuk posisi tersebut tidak diberi kesempatan yang seharusnya. 

Kekecewaan sering terjadi dalam fenomena ini, Ketika kita sudah berusaha semaksimal mungkin namun tersingkirkan oleh orang -- orang yang hanya mengusahakan orang dalam tanpa ada usaha untuk meningkatkan kualitas diri. Mau jadi apa negara ini jika dari generasi ke generasi fenomena ordal ini diberikan secara turun temurun? Negara yang tidak memiliki sumber daya manusia yang berkualitas namun menghabiskan segala anggaran yang tersedia. 

Jabatan yang tinggi adalah Impian semua orang, semua cara dilakukan termasuk ordal ini, lalu bagaimana dengan orang -- orang yang berkualitas namun tidak mempunya ordal? Apakah mereka akan menjadi sampah didalam masyarakat atau orang -- orang yang menggunakan ordal ini yang menjadi sampah negara? 

Generasi Z yang memiliki pikiran demokratis dan kritis harus bisa membuang fenomena ini. Dari lingkup kecil yang kemudian bisa hilang dilingkup besar, ini adalah proses yang harus kita jalankan agar tidak ada kekecewan dalam hal mengikuti kompetensi. Gen-Z yang tumbuh di era digital yang dimana teknologi dan media sosial menjadi bagian penting dari kehidupan membuat kita memiliki banyak cara untuk menjadi orang yang jujur di negara sendiri.   

Maka dari itu juga dalam pemilihan presiden seringkali terdapat isu -- isu kecurangan yang membuat banyak mendapatkan ketidakadilan. Hal yang sudah dilakukan oleh negara dalam hak memilih adalah dengan menjaga ketat area -- area sensitive. Terdapat orang -- orang terpercaya sebagai penjaga keamanan agar tidak ada sistem kecurangan yang dilakukan oleh orang dalam tersebut. 

Sebagai Gen-Z saya juga berpendapat bahwa banyak sekali kecurangan -- kecurangan yang dilakukan dengan memanfaatkan ordal. Kebanyakan ordal melakukan kecurangan ini dengan beberapa alasan seperti menyebut keluarga dekat, teman lama, upaya balas budi atau bahkan ada aspek penyogokan yang diberikan. 

Hal ini sungguh tidak bisa dibiarkan agar tidak semakin menyebar luar. Saat saya belum mendapatkan hak pilih, sudah beredar masalah -- masalah ordal ini dalam dunia politik jadi bukan hal yang bias ajika ini sering terjadi dalam lingkup kecil atau besar. Kita sebagai Gen-Z harus bisa memilih pemimpin yang jujur dan bertanggungjawab, bukan hanya manis diluar namun pahit didalamnya. Era digital sudah semakin maju, apalagi Gen-Z yang tidak buta akan lingkup global. 

Disini kita harus mempelajari bagaimana agar memperkecil lingkup ordal ini jika tidak dimulai dari diri sendiri dan hal -- hal kecil sekalipun.   Indonesia membutuhkan orang -- orang yang tidak haus akan kemenangan apalagi kemenangan yang diperoleh dari cara yang tidak baik. Saling menjatuhkan untuk menjadi pemenang namun lupa jika proses tidak menghasilkan apa -- apa. Yang dilakukan hanya proses ordal saja tanpa mengetahui bagaimana proses sesungguhnya yang bisa membentuk karakter diri menjadi lebih kokoh menghadapi masa depan. 

Tidak hanya itu, kadang untuk menjadi seorang guru pun menggunakan ordal, mau itu bibi atau paman kita bisa masuk kapan saja dengan proses yang sangat mudah namun membuat kita menjadi tidak memiliki mutu dan kualitas yang baik dalam mendidik generasi bangsa ini. Jauh berbeda dengan seorang guru yang benar -- benar murni tanpa ada memanfaatkan ordal didalam prosesnya, menjadikan dia sebagai pendidik yang jujur dan bisa menjadi panutan untuk generasi bangsa. Berikan contoh untuk Gen-Z yang masih dalam proses perkembangan, jangan jadikan mereka produk negeri yang tidak berkualitas. Hal ini adalah salah satu faktor jatuhnya negara dengan pimpinan yang tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun