Mohon tunggu...
Danang Puji
Danang Puji Mohon Tunggu... Editor - Copywriter

Tidak ada yang menarik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Energi Listrik dan Kehidupan Masyarakat Indonesia

6 November 2024   18:38 Diperbarui: 6 November 2024   18:48 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum listrik menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, masyarakat hidup dalam kegelapan dan mengandalkan sumber cahaya alami atau api. Perubahan besar yang dibawa oleh penemuan listrik tidak hanya mengubah cara orang beraktivitas, tetapi juga cara mereka berinteraksi, bekerja, dan bahkan berpikir. Betapa menakjubkannya bagaimana listrik mengubah wajah kehidupan masyarakat di masa lalu, serta dampaknya terhadap perkembangan sosial dan budaya.

Sebelum penemuan listrik, kehidupan sehari-hari sangat bergantung pada sumber energi alami. Rumah-rumah menggunakan lilin, lampu minyak, dan api unggun sebagai sumber cahaya. Aktivitas harian dimulai dengan terbitnya matahari dan berakhir saat malam tiba.

Kegiatan seperti membaca, belajar, dan bersosialisasi terbatas oleh ketersediaan cahaya.

Dengan adanya listrik, masyarakat desa bisa menjalani hidup dengan lebih nyaman. Penerangan yang lebih baik memungkinkan mereka untuk melakukan berbagai aktivitas di malam hari, seperti belajar dan berkumpul. Ini juga membantu anak-anak dalam pendidikan, karena mereka bisa belajar lebih lama.

Kehidupan di desa sangat terikat pada pola alam. Masyarakat bangun pagi untuk bekerja di ladang, dan ketika malam tiba, mereka cenderung berkumpul di sekitar api unggun atau lampu minyak. Interaksi sosial terbatas dan sering kali hanya dilakukan saat siang hari. Ini menyebabkan rasa isolasi dan keterpisahan dari perkembangan yang terjadi di luar desa.

Ada satu cerita yang cukup menggelikan mengenai keterbatasan listrik utamanya dalam hal penerangan pada saat itu. Cerita ini berasal dari salah satu orang tua di salah satu daerah di Jawa. Pada saat itu ada seorang pemuda yang sangat usil bisa dibilang dia mengerjai satu desanya dengan kelakukannya ini. Setiap lepas maghrib di desanya pemuda ini selalu duduk di jalan pinggir desa dengan berbalutkan kain serba putih. Perlu diketahui jalan ini merupakan satu-satunya akses masyarakat untuk keluar dari desa. Minimnya penerangan, sepinya pemukiman, serta masih kentalnya cerita ghaib membuat satu desa enggan keluar dari desa pada saat itu dikarekan kelakuan pemuda ini yang dikira hantu pocong. Bisa kita bayangkan betapa usilnya dia pada saat itu. Bisa kita bayangkan juga betapa membantunya listrik pada saat itu terutama jika penerangan zaman ini telah merata pada waktu itu.

Penemuan listrik dimulai dengan eksperimen awal oleh ilmuwan seperti Benjamin Franklin dan Alessandro Giuseppe Antonio Anastasio Gerolamo Umberto Volta alias Alessandro Volta pada abad ke-18. Namun, revolusi nyata terjadi pada akhir abad ke-19 dengan penemuan lampu pijar oleh Thomas Alva Edison. Penggunaan lampu listrik di rumah-rumah dan ruang publik mulai meluas, membawa perubahan yang signifikan dalam cara orang menjalani hidup mereka.

Hadirnya listrik di desa-desa Indonesia dimulai pada pertengahan abad ke-20, dengan langkah awal dari pemerintah dan lembaga swasta yang ingin memperluas akses energi. Proyek-proyek ini bertujuan untuk menyediakan listrik sebagai bentuk pemerataan pembangunan, terutama di daerah yang selama ini terpinggirkan.

Penyebaran listrik memperpanjang waktu produktif dalam sehari. Pabrik-pabrik mulai menggunakan mesin listrik, yang meningkatkan efisiensi dan mengubah pola kerja. Orangorang tidak lagi terikat pada ritme alam; mereka bisa bekerja, belajar, dan bersenang-senang kapan saja. Ini mengarah pada perkembangan kota-kota besar, di mana kehidupan malam dan industri berjalan seiring.

Listrik juga mengubah cara orang berinteraksi. Pertemuan sosial yang sebelumnya dibatasi oleh kegelapan malam kini menjadi lebih mudah dilakukan. Orang-orang dapat mengundang teman-teman untuk berkumpul di rumah mereka pada malam hari, dan budaya hiburan mulai berkembang, dengan munculnya bioskop, radio, dan akhirnya televisi. Listrik menciptakan kesempatan baru untuk menikmati seni dan budaya.

Bisa kita lihat hingar-bingar kota di Indonesia pada hari ini. Hampir tiap malam mulai dari restoran, kedai kopi hingga angkringan semuanya bergantung pada penggunaan listrik. Terlihat juga diskotik, bar hingga tempat karaoke di tiap-tiap sudut kota begitu bergantungnya dengan energi ini. Coba saja listrik mati atau lebih ekstrimnya hilang, jadi tempat seperti apa hiburan-hiburan di sekeliling kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun