Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan kawasan pelestarian alam di Jawa Barat dan jenis konservasi in-situ. Tempat ini termasuk salah satu taman nasional tertua yang berada di Indonesia.Â
Taman dengan luas 24.270,80 hektare ini, berpusat di antara dua gunung berapi, yaitu Gunung Gede dan Gunung Pangrango. Â Taman konservasi ini memainkan peranan penting dalam sejarah konservasi di Indonesia sejak pertama kali didirikan pada tahun 1980 lalu.
Tujuan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango diantaranya untuk menjadi tempat wisata sekaligus edukasi hayati, mempertahankan tipe ekosistem hutan hujan tropis pegunungan, mempertahankan populasi flora dan fauna khas Indonesia, dan mewujudkan fungsi pemanfaatan secara lestari sumber daya alam ekosistem hutan hujan tropis.Â
Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, terdapat 870 jenis tumbuhan berbunga dan 150 jenis paku-pakuan yang dilindungi. Di antara spesies mamalia yang terancam punah di taman ini terdapat beberapa primata seperti Owa Jawa.
Pernahkah kalian mendengar tentang hewan Owa Jawa? Owa Jawa (Hylobates moloch), adalah jenis primata anggota suku Hylobatidae dengan angka populasi antara seribu hingga dua ribu ekor saja.Â
Owa Jawa merupakan jenis kera atau primata dari spesies owa yang paling langka di dunia dan hanya tersebar terbatas di Jawa bagian barat. Owa Jawa bisa ditemukan di habitat atau ekosistem hutan hujan tropis.Â
Menurut daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) Owa Jawa termasuk dalam kategori 'Endangered' atau terancam punah.Â
Ancaman kepunahan Owa Jawa adalah jangka kelahirannya yang cukup lama dan hilangnya habitat akibat aktivitas manusia seperti pembukaan hutan untuk berbagai keperluan. Sebagian masyarakat juga menjadikan Owa Jawa sebagai hewan peliharaan secara ilegal.
Owa Jawa merupakan hewan yang sangat unik. Mereka memiliki warna tubuh abu-abu, dengan sisi atas kepala gelap dan wajah kehitaman. Mereka tidak berekor dan memiliki tangan yang lebih panjang dibanding tubuhnya sendiri.Â
Tangan yang panjang dan kuat ini tentunya digunakan sebagai tumpuan untuk berpindah dari pohon tinggi yang satu ke pohon tinggi berikutnya. Satwa ini juga bersifat monogamis, artinya mereka setia pada pasangan yang dipilihnya seumur hidupnya.Â
Mengagumkan, bukan? Untuk bertahan hidup, Owa Jawa memakan buah-buahan, daun, dan bunga-bunga yang tumbuh di sekitar habitat mereka. Owa Jawa juga merupakan salah satu spesies arboreal, yaitu tinggal di kanopi hutan bagian atas sertaberistirahat di bagian mahkota pohon paling tinggi diantara pohon lain dan menerima sinar matahari yang paling banyak. Klasifikasi Owa Jawa adalah seperti berikut:
Kingdom:Â Animalia
Phylum: Chordata
Class: Mammalia
Ordo: Primates
Family: Hylobatidae
Genus: Hylobates
Species: Owa Jawa (Hylobates Moloch)
Bukan hanya di Indonesia, upaya untuk melindungi spesies Owa Jawa ini juga menyebar ke negara-negara lain. Salah satu tempat kawasan pelestarian Owa Jawa lain adalah Perth Zoo, jenis konservasi ex-situ, yang berada di Perth Selatan, Australia.Â
Tempat konservasi ini menggunakan metode melestarikan spesies hidup di habitat artifisial yang mencerminkan habitat hidup alami mereka. Perth Zoo adalah satu dari hanya enam institusi di dunia yang berhasil mengembangbiakkan spesies Owa Jawa.Â
Di sisi lain, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango melakukan pelestarian di dalam habitat asli dan lingkungan alami hewan tersebut. Taman Nasional ini juga merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan pariwisata.
Spesies Owa Jawa yang unik hanya salah satu contoh dari bermacam-macam biodiversitas di dunia kita. Biodiversitas merupakan salah satu anugerah Allah bagi manusia, khususnya di Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati.Â
Oleh karena itu, sangat penting untuk mensyukuri biodiversitas yang ada di muka bumi ini. Keanekaragaman hayati sangat penting untuk proses yang mendukung setiap kehidupan di bumi, termasuk manusia.Â
Tanpa berbagai macam hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, kita tidak dapat memiliki ekosistem sehat yang kita andalkan untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari, seperti udara yang kita hirup dan makanan yang kita konsumsi. Jika kita ingin ekosistem untuk bisa bertahan dan beregenerasi, kita harus membantu menemukan cara untuk hidup dan bekerja bersama alam dengan baik.Â
Terlebihnya, keragaman jenis flora dan fauna merupakan bentuk kekayaan alam yang dimiliki Indonesia. Oleh sebab itu, kekayaan tersebut harus tetap dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat.Â
Apalagi beberapa flora dan fauna di wilayah Indonesia, seperti Owa Jawa, terancam punah. Tentunya, kita perlu menjaga kelestariannya agar keberadaannya bisa tetap terjaga terus-menerus.
Ilmu pengetahuan memainkan peran yang penting dalam mengidentifikasi dan mengembangkan cara terbaik untuk mempertahankan alam dan keanekaragamannya.Â
Menerapkan langkah-langkah berbasis alam, seperti menanam tanaman yang paling cocok untuk mendorong regenerasi alami dan pemulihan spesies, dapat mempertahankan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dengan mengurangi deforestasi dan degradasi habitat.
Sementara perubahan dalam perilaku, kebijakan dan tindakan yang melindungi keanekaragaman hayati akan menjadi penting, setiap individu memiliki peran penting untuk dimainkan.Â
Mengurangi pola konsumsi dapat dimulai pada tingkat individu melalui pilihan sadar tentang makanan yang kita makan, produk yang kita beli, dan layanan yang kita gunakan.Â
Individu dapat memainkan peran mereka dalam membantu menjaga keanekaragaman hayati dengan berhubungan kembali dengan alam, mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama dapat membantu orang untuk belajar lebih banyak tentang ekosistem lokal dan menghargainya.
Mengurangi apa yang kita buang dan buang dapat berperan dalam menurunkan tingkat polusi dan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Sejumlah besar makanan terbuang sia-sia dan dengan memperbaiki daripada mengganti barang-barang listrik, dan menggunakan lebih banyak pakaian yang sudah kita miliki, konsumen dapat memiliki efek positif pada keanekaragaman hayati.Â
Menghabiskan lebih banyak waktu di alam juga dapat membantu meningkatkan hubungan kita dengannya dan memberikan nilai lebih pada habitat di sekitar kita. Mudah-mudahan kita semua sebagai individu dan siswa dapat bekerja sama untuk tetap mempertahankan kekayaan biodiversitas yang sudah ada.
Sumber Artikel
https://gedepangrango.org/2008/11/13/
https://primata.ipb.ac.id/javan-gibbon
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H