Gelaran pemilihan Presiden dan Wakil Presiden makin mendekat, rakyat berharap pesta demokrasi dalam suasana gembira dengan semangat persaudaraan yang tulus sebagai sesama anak bangsa. Perbedaan pilihan seharusnya tak memisahkan ikatan persatuan dan kesatuan yang dilandasi semangat membangun Indonesia menjadi lebih baik demi rakyat yang lebih sejahtera.
Rakyat merindukan pemimpin yang mampu melayani rakyatnya, karakter pemimpin seperti apa agar mampu melayani orang-orang yang dipimpinnya. Menarik apa yang disampaikan Ken Blanchard dan Renee Broadwell dalam bukunya Servant Leadership in Action: Kepemimpinan yang Memberdayakan dan Mengutamakan Orang Lain, karakteristik pemimpin yang melayani sebagai pemimpin yang tidak egois, berkarakter kuat, tegas dan ulet.Â
Memiliki antusiasme yang besar, mampu memimpin dengan kasih dan kepedulian, fleksibilitas yang mengombinasikan kekuatan dan kelembutan. Memiliki orientasi jangka panjang, kesadaran diri dan empati yang tinggi. Pemimpin memahami akar masalah dan keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya hingga mampu menemukan solusi yang terbaik. Pemimpin yang melayani memiliki kecerdasan yang mampu melatih kebaikan, kebenaran, keindahan, dan belas kasih dalam hidup.
Penting sekali kita melihat dengan saksama rekam jejak sang calon pemimpin kita, terlebih dalam aspek karakter saat memimpin, cermati apakah unsur-unsur yang diutarakan Ken Blanchard terlihat dalam diri sang pemimpin seperti tidak egois, karakter kuat, tegas, ulet, memiliki antusiasme yang besar, mampu memimpin dengan kasih dan kepedulian.Â
Aspek-aspek ini sangat penting, kenapa? Karena kebijakan-kebijakannya akan diupayakan semaksimal mungkin ada keseimbangan, pemerataan, dan keadilan dan dalam menjalankan kekuasaan yang diembannya, pemimpin yang melayani memperlakukan semua orang dengan adil, karena keadilan adalah unsur terpenting dalam hubungan saling percaya.Â
Kepemimpinan dengan karakter seperti ini tidak hanya fokus pada pembangunan fisik semata namun juga dalam akhlak, keimanan dan budi pekerti bagi yang dipimpinnya, tujuan akhir pemimpin dengan kualitas karakter seperti ini senantiasa mengejar pembangunan manusia seutuhnya. Baginya tolok ukur kesuksesan adalah transformasi yang terjadi bagi yang dipimpinnya menjadi lebih baik.
Pemimpin yang melayani memiliki fleksibilitas dalam mengombinasikan kekuatan dan kelembutan, karakter ini akan nampak dalam eksekusi program meski memiliki kewenangan besar namun senantiasa merangkul yang berbeda pandangan untuk dilibatkan dalam mengeksekusi program. Karakter ini memberikan rasa nyaman dalam melaksanakan program yang telah dibuat, menumbuhkan peran aktif orang yang dipimpinnya.
Pemimpin yang melayani memiliki orientasi jangka panjang, karena dia mampu melihat jauh kedepan apa yang terbaik bagi yang dipimpinnya, visi yang dibuatnya senantiasa ditujukan bagi kebaikan orang-orang yang dipimpinnya. Tepat yang dikatakan John P. Kotter dalam bukunya Leading Change; kepemimpinan menentukan seperti apa masa depan itu, menyelaraskan orang-orang dengan visi itu, dan menginspirasi mereka untuk mewujudkannya meskipun ada hambatan.
Memiliki kesadaran diri dan empati yang tinggi merupakan modal dasar yang sangat penting dalam diri pemimpin bahwa amanah yang diberikan ada tanggungjawab besar didalamnya. Pemimpin harus menyadari hal ini, siap bekerja sangat keras, siap dijauhi, siap merasa sendiri, bahkan harus siap disalahpahami, namun dengan menyadari sepenuhnya akan tujuan besar yang akan dicapai justru rintangan-rintangan dijadikan stimulus melangkah dengan berani menatap hari esok.
Empati yang tinggi menjadi kualitas karakter yang akan nampak dalam kepekaan bagi penderitaan dan kesulitan orang-orang yang dipimpinnya sekaligus melakukan hal konkrit untuk menolong bagi yang membutuhkan. Kepekaan yang tinggi dimiliki seorang pemimpin yang senantiasa mengedepankan kepentingan orang banyak, mengutamakan yang terbaik bagi orang lain. Ketulusan hati dan ingin selalu memberi yang terbaik bagi orang lain menjadi dasar terbentuknya empati yang tinggi.
Selanjutnya kualifikasi pemimpin melayani harus memiliki kemampuan memahami akar masalah dan keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya hingga mampu menemukan solusi yang terbaik. Dia haruslah problem solver bukan problem maker, mampu menginspirasi dan memberikan dorongan semangat bagi yang dipimpinnya. Dia mampu berpikir komprehensif dan tidak gegabah dalam memutuskan, pemahaman mendalam atas akar masalah yang timbul, relevansi dengan masalah lainnya mampu dicerna dengan ketajaman nalar, hati nurani yang bersih sebelum memberikan solusi.
Hal yang tak boleh diabaikan dalam diri pemimpin adalah kecerdasan emosional yang mampu melatih kebaikan, kebenaran, keindahan, dan belas kasih dalam hidup dalam kematangan sikap dan mental yang positif. Dia memiliki pola pikir memberikan hidup, sikap peduli bagi semua orang dan mengutamakan kepentingan orang lain diatas kepentingan mereka sendiri.
Meski disadari tidak ada manusia (pemimpin) yang sempurna, minimal karakter dasar seperti diuraikan diatas tergambar dalam pengalamannya memimpin, bisa dijadikan salah satu acuan dalam kita memilih pemimpin.
Kepercayaan yang diberikan oleh rakyat menjadi modal terpenting bagi pemimpin melayani. Pemimpin yang melayani menyadari sepenuhnya bahwa kekuasaan bukanlah yang utama, namun kerendahhatian dan senantiasa berfokus pada kebutuhan orang lain. Mari kita bijak dalam memilih pemimpin yang terbaik bagi negeri, landasi dengan kasih persaudaraan demi kebaikan bersama.
Tangerang, Januari 2024
Chen Siauw
Mahasiswa Pascasarjana Magister Ministri
STT Amanat Agung-Jakarta
Email: siauwchen15@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H