Mohon tunggu...
chen siauw
chen siauw Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Sosial

Hobi membaca terutama topik-topik humaniora, dan mencoba menulis untuk menyalurkan ide, gagasan agar berguna bagi yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Royal Donasi

22 Oktober 2022   20:24 Diperbarui: 22 Oktober 2022   20:40 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Royal Donasi

Kita patut bersyukur sekaligus bangga "The Charities Aid Foundation (CAF), sebuah yayasan amal di Inggris, menyatakan Indonesia menjadi negara dengan penduduk paling suka berdonasi, baik dalam bentuk uang, waktu, maupun memberi bantuan terhadap orang asing," kutipan artikel CNN Indonesia, 22 Oktober 2022.

Royal berarti berlebih-lebihan (dalam mengeluarkan uang, dalam makan minum); melampaui batas, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Merujuk pengertian tersebut royal bisa juga diartikan boros. Lantas apakah salah jika "boros" namun dalam kebaikan berbentuk "Donasi."

Menarik dasar pertimbangan CAF dalam menentukan penduduk paling suka berdonasi, tingginya skor yang dicatat Indonesia seiring dengan tingginya populasi warga beragama di Indonesia. Secara tradisi, agama pada dasarnya mendorong umatnya untuk berbuat baik. Khusus di Indonesia, faktor itu juga didorong oleh tradisi gotong royong yang kental di masyarakat.

Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD, S.H., S.U., M.I.P., salah satu pembicara dalam Kongres Pancasila X yang diselenggarakan oleh Universitas Gajah Mada (UGM) pada tanggal 23 Agustus 2018 silam (saat ini menjabat Menko Polhukam), beliau mengatakan Indonesia bukanlah negara agama dan juga bukan negara sekuler, tetapi religious nation state atau negara kebangsaan yang berketuhanan. 

Indonesia bukan negara agama sebab negara agama hanya memberlakukan hukum satu agama dalam hukum negara. Bukan pula negara sekuler karena negara sekuler memisahkan sepenuhnya urusan negara dengan urusan agama. 

"Salah satu sebutan yang tepat bagi Indonesia berdasar Pancasila adalah negara kebangsaan yang berketuhanan, bukan negara agama." Dijelaskan Mahfud, Indonesia tidak mendasarkan diri pada satu agama, tetapi melindungi pemeluk agama-agama untuk melaksanakan ajaran agama sebagai hak asasi manusia.

Tingginya populasi warga beragama di Indonesia menjadi salah satu barometer tingginya donasi, menunjukkan bahwa sesungguhnya suatu negara tidak harus menjadi negara agama, terpenting warga negaranya bisa menjalankan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, karena sejatinya agama mendorong umatnya berbuat baik.

Dalam KBBI, istilah gotong-royong diartikan sebagai bekerja bersama-sama atau tolong-menolong, bantu-membantu.  Dalam sistem gotong-royong, masyarakat bahu-membahu untuk meringankan beban sesamanya yang sedang membutuhkan. Kehidupan gotong-royong banyak ditemukan pada masyarakat yang berakar pada tradisi pertanian pedesaan atau agraris, yang disebut Eric Wolf dengan istilah Peasant Commmunity. 

Menurut Wolf (1966), peasant adalah petani yang menanam, memanen dan mendirikan peternakan di daerah pedesaan, tetapi tidak seperti petani komersial di Amerika, mereka ini lebih memperhatikan kebutuhan rumah tangga daripada mendapatkan keuntungan. 

Pernyataan Wolf  cukup relevan dengan karakterisitik masyarakat Indonesia yang mayoritas tinggal dan hidup di desa, hal ini  menjadikan budaya gotong royong hidup dan mengakar hingga kini.

Pertimbangan CAF relevan dalam menentukan penduduk paling suka berdonasi, menjadi perenungan kita bersama, jangan hanya royal berdonasi bagi orang asing wujudkan juga bagi sesama anak bangsa, warga bangsa dengan ketaatan beragama, tradisi gotong royong yang kuat sesungguhnya merupakan modal dasar yang dimiliki bangsa ini selain sumber daya alam dan sumber daya manusia. 

Harusnya kita mampu menyelesaikan permasalahan ketimpangan ekonomi, masalah stunting, bahkan krisis ekonomi yang dikuatirkan di tahun-tahun mendatang. Mari selaraskan semua modal dasar yang Tuhan anugerahkan menjadi kekuatan padu bagi bumi pertiwi dalam menghadapi segala problematika saat ini maupun masa yang akan datang.

Tangerang,  22  Oktober 2022

Chen Siauw

Mahasiswa Pascasarjana Magister Ministri

STT Amanat Agung-Jakarta

Email : siauwchen15@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun