Mohon tunggu...
Chelsea Keysya
Chelsea Keysya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya manusia suka tidur dan membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

It's 3 AM

30 Januari 2024   16:20 Diperbarui: 30 Januari 2024   16:24 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bab I : Percakapan tiada akhir


Kafe yang berada ujung jalan dengan nuansa seperti rumah nenek selalu ramai dengan pelanggan yang mendambakan cokelat panas dan aneka kue khas kota itu tak terkecuali Sean dan Dinda, duo sejoli yang berasal dari Indonesia dan sedang menempuh Pendidikan di Paris, Prancis. Dinda sangat meyukai kafe ujung jalan ini sebenarnya nama kafe ini adalah 'caf chaleureux' yang artinya kafe kehangatan. Namun tidak seperti hari biasanya kafe ini sedikit beratmosfer berat khususnya di meja tempat Sean dan Dinda duduk.

Dinda: Serius Se? Gak ada penjelasan apapun tentang kemarin? (mengerutkan dahi nya)

Sean: Kamu menuntut penjelasan tapi aku pun gak tau konteksnya itu apa Din, kenapa maksa aku untuk sama kayak apa yang kamu fikirin sih?
 
Dinda: (Menaikkan alisnya) Aku ingin kesadaran diri dari kamu, kalo kamu merasa ada salah tolong jujur untuk aku. Bukan setelah aku kasih tau baru kamu mengakui dan minta maaf.

Sean: Bukannya lebih cepat ya, kamu memberi tahu aku dan kita selesai dengan percakapan tak berujung ini (Mengistirahatkan badannya ke kursi)

Dinda: Itu artinya kamu akan menyelesaikan masalah atas dasar ketahuan, Se. Aku maunya kamu dan aku menyelesaikan masalah karena sama -- sama menyadari. (Memalingkan wajahnya lalu melihat orang -- orang berlalu Lalang)

Sean: Din, jangan buang -- buang waktu. Kita sama -- sama tahu kalo hari ini aku dan kamu memiliki jadwal yang padat (menghembuskan nafasnya)

Dinda: Aku dan kamu? Yang benar saja Se, ini hari Senin. (Dengan wajah kebingungan)

Sean: Iya, aku tahu. Banyak hal yang harus aku kerjakan dan kamu pun demikian tapi kamu malah memaksa aku bertemu disini dan berbicara tentang hal yang ngawur yang sampai dua jam kita duduk berhadapan aku gak tahu point kamu Dimana. (Memandang Dinda yang hanya terdiam)

Dinda: Ini Senin dan sore, aku tidak punya kegiatan apapun selain shift malam ku di klinik. (Memelankan suaranya)

Sean: (Berdehem) Maaf, aku melupakan jadwalmu.
Dinda: (Terkekeh) Entah jadwal siapa yang baru -- baru ini kamu hafal Se. Setelah dua tahun Bersama, ini pertama kali kamu melupakan jadwal ku, selamat ya. Oh sudah menjelang malam sepertinya aku harus pergi, maaf sudah mengganggu waktu mu yang berharga. (Pergi dengan membawa mantelnya)

Sean: (menahan Dinda) Tidak begini Din, jangan kekanakan. Kamu sedari tadi menuntut aku untuk berkata jujur dan membahas hal yang kemarin.

(Dinda menepis tangan Sean lalu pergi begitu saja)

Bab II: Sebuah Fakta


Dinda berjalan menyusuri jalan yang hanya diterangi lampu jalanan berwarna kuning remang, setelah shift malamnya dan perdebatan Panjang Bersama Sean yang tidak menemukan jalan keluar, Dinda hanya berusaha untuk menenangkan fikirannya dengan jalan memutar dari jalan yang biasa ia lalui namun sialnya ia malah bertemu Sean yang baru saja keluar dari sebuah bangunan Bersama Perempuan disebelahnya.

Sean: (terkejut melihat Dinda disebrang jalan) Dinda!!!!

Dinda memalingkan wajahnya dan berjalan lebih cepat namun Sean mengejar Dinda

Sean: (meraih tangan Dinda) Din, aku bisa jelasin ini. Tolong dengerin aku dulu Din

Dinda: Hey, ini berakhir Se (sambil tersenyum dan berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Sean)

Sean : (menggelengkan kepalanya) Nggak Din, kita gak boleh berakhir kayak gini. Tolong ya, itu disana Alisa.

Dinda: (melirik kearah Alisa) Oke? Terimakasih infonya Sean.

Sean: Din... Ayo kita berbincang tentang ini (Dengan muka memelas)

Dinda: Maaf, tadi sore aku sudah memberikan ruang untuk aku dan kamu berdiskusi dan kamu memberikan feedback yang sungguh jelek. (Beursaha melangkah lagi)
Sean: Tadi aku tidak paham maksud kamu Din, aku tidak bermaksud seperti itu. (Menahan lagi Dinda)

Dinda: Tidak bermaksud? Ini jam tiga subuh dan kamu keluar dari Gedung apartment milik wanita itu dua kali Sean, setidaknya dua kali yang aku lihat (Meninggikan nada suaranya)

Sean: (Menggeleng ribut) Memang dua kali saja aku ke apartment Alisa

Dinda: (memotong pembicaraan Sean) Saja? Tanpa bicara padaku? Di jam tiga subuh? Aku benci kamu

Dinda pun pergi berlari tanpa melihat kebelakang lagi dan Sean hanya melihat dengan tatapan kosong.

Bab III : Akhir dari Semua


Sudah seminggu setelah insiden jam tiga subuh menghantui Dinda yang berpura -- pura tidak masalah dengan apa yang terjadi dan berusaha fokus pada hidupnya juga semesta pun mendukung menghibur Dinda dengan tidak mempertemukan Dinda dan Sean di kebetulan manapun. Tetapi hari ini berbeda, Sean tiba -- tiba datang ke klinik Dinda saat Dinda sedang shift siang nya.

Sean: (memasuki klinik) Din, bisa bicara sebentar?

Dinda: Ada apa lagi? Kita sudah selesai bukan? (Dinda sibuk dengan komputernya)

Sean: Aku mau menjelaskan tentang yang kemarin, Din. (Sean menghampiri Dinda)

Dinda: Aku fikir aku udah gak butuh itu, aku udah minta penjelasan dari lama (Dinda tidak berpaling dari komputernya)

Sean: Din? Alisa teman satu project ku dan kita tidak ada apa -- apa. (Sean menatap intens kepada Dinda)

Dinda: (tertawa kecil) Aku harap kalimat tadi yang aku dengar di kafe, sekarang kalimat itu gak berarti di tellinga aku Sean.
Dinda: (Menatap Sean) Lebih baik kamu keluar dari klinik ini dan lanjutkan project nya. Aku udah gak berharap apapun tentang aku dan kamu.

Sean ingin menjawabnya namun ada orang yang masuk klinik dengan mengeluh sakit di kepalanya dan Dinda segera bertanya -- tanya kepada pasien tersebut dan mengarahkan pasien tersebut untuk berbaring di ranjang serta memeriksa pasien tersebut. Melihat Dinda yang sedang sibuk mau tidak mau Sean pun pergi dengan menerima fakta bahwa mereka memang sudah tidak bisa diperbaiki atas kesalahannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun