Pantai Payangan yang terletak di kawasan selatan Kabupaten Jember, tepatnya di daerah Puger, dikenal sebagai salah satu pusat aktivitas perikanan laut. Sebagian besar penduduk di kawasan ini menggantungkan hidupnya pada profesi nelayan. Kehidupan nelayan di Puger memiliki dinamika yang unik dan telah mengalami pengaruh yang beragam akibat perubahan iklim industrial di daerah tersebut.
Penduduk yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan yang bekerja secara berkelompok dengan sesama warga pesisir. Pola kerja mereka terbentuk melalui pembagian peran, di mana sebagian nelayan memiliki speed (perahu motor) sebagai modal utama untuk melaut, sementara yang lain bergabung sebagai kuli nelayan.
Aktivitas melaut biasanya dimulai setelah Dzuhur hingga pagi hari, dengan hasil tangkapan yang dijual kepada pedagang di pantai. Penghasilan mereka bergantung pada jumlah tangkapan yang diperoleh, dengan pendapatan yang tidak menentu tetapi bisa mencapai Rp500.000 per tangkapan pada kondisi tertentu.
Seperti nelayan pada umumnya, hasil tangkapan di Pantai Payangan dipengaruhi oleh cuaca laut dan populasi ikan. Namun, nelayan setempat mengungkapkan bahwa sejauh ini, kondisi iklim di daerah Puger masih dalam kategori wajar dan tidak memberikan dampak signifikan terhadap hasil tangkapan mereka.Â
Uniknya, nelayan justru merasa iklim panas yang terjadi belakangan ini menguntungkan, terutama terkait dengan kondisi pesisir tempat mereka menyandarkan perahu. Dengan minimnya curah hujan, mereka tidak perlu khawatir perahu tersapu oleh banjir. Hal ini dianggap mempermudah aktivitas nelayan dalam menjaga dan merawat aset penting mereka.
Perubahan iklim yang terjadi selama 10 tahun terakhir di Puger diduga berkaitan dengan berkembangnya sektor industri, terutama tambang dan manufaktur. Meski ada kekhawatiran tentang limbah industri, nelayan menyatakan bahwa sejauh ini industri di Puger mampu menjaga limbah airnya agar tidak mencemari ekosistem laut, sehingga keberlangsungan pekerjaan nelayan tetap terjaga.
Namun, tidak semua sektor ekonomi di Puger merasakan manfaat dari perubahan iklim ini. Sektor pertanian, misalnya, menghadapi tantangan besar akibat iklim panas dan minimnya curah hujan. Petani harus mengupayakan pengairan yang lebih intensif agar sawah mereka tetap produktif. Masalah ini memerlukan analisis mendalam untuk mengevaluasi keberlanjutan sistem pertanian di kawasan tersebut.Â
Iklim industrial yang terjadi di Puger telah membawa pengaruh beragam terhadap kehidupan nelayan di Pantai Payangan. Bagi nelayan, perubahan ini cenderung memberikan manfaat, terutama terkait dengan minimnya risiko banjir yang merusak aset mereka.Â
Namun, sektor ekonomi lain seperti pertanian menghadapi tantangan serius akibat dampak iklim panas. Penting untuk terus memantau perkembangan ini agar keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan berbagai sektor ekonomi di Puger tetap terjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H