Mohon tunggu...
Suciyati Madeali
Suciyati Madeali Mohon Tunggu... -

Hanya sebuah benda yang dengan luar biasanya memiliki nyawa,memiliki nalar, memiliki cinta... ^-^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

..::Ini Perempuan::..

19 November 2011   04:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:28 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

masih menyangkut tulang, ada yang bilang "wanita itu seperti tulang rusuk, mereka bengkok, jadi perlu diluruskan!", tapi coba kita 'think', bukankah tulang rusuk itu rapuh? jadi ketika dia berusaha diluruskan maka dia akan patah. jadi, alangkah bijaksananya jika dia tidak dipaksakan untuk lurus, biarkanlah dia 'bengkok', apa adanya. intinya, kaum Hawa bukan untuk dikasari, tapi untuk dilindungi.

lanjut... ... ...

'emansipasi wanita'. banyak presepsi yang tentunya berbeda-beda tentang hal ini. perempuan pada hakekatnya adalah 'awal' dari kehidupan, ditinjau dari eksistensinya sebagai seorang ibu, yang mengandung, melahirkan dan merawat manusia-manusia baru. detik ini, perempuan bisa menjadi apa saja yang mereka mau, melakukan segala jenis pekerjaan bahkan pekerjaan para laki-laki sekalipun.

ada statement "Perempuan dan Laki-laki itu, SAMA!", tentu saja sama, ditinjau dari fakta bahwa keduanya sama-sama mahluk ciptaan Tuhan, keduanya punya hak yang sama untuk hidup, punya hak yang sama untuk berpendapat.

untuk saiya sendiri, saiya selalu berusaha tetap menyetarakan diri saiya dengan kawan-kawan laki-laki lainnya, tapi 'penyetaraan' itu ada batasnya, karena ketika seorang perempuan menemukan orang yang menurut takdir telah ditetapkan sebagai 'PENDONOR TULANG' untuknya [dalam hal ini laki-laki], maka dia harus mau menjadi 'makmum',dan laki-laki itu adalah 'imamnya'.

layaknya seorang 'imam' laki-laki diharapkan mampu memimpin perempuan, mengarahkan perempuan agar menjadi lebih baik dan layaknya seorang 'makmum' perempuan hendaknya mengikuti kepemimpinan 'imamnya', tanpa menghilangkan kebebasannya dalam berpendapat ketika sang 'imam' tidak sengaja berbuat salah.

Emansipasi Wanita itu, HARUS!!

Tapi tetap jangan lupakan kodrat seorang Wanita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun