Mohon tunggu...
Lyfe Pilihan

Kritikan dan Hujatan Meramaikan Media Sosial

15 Oktober 2018   09:00 Diperbarui: 15 Oktober 2018   09:22 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media sosial atau medsos sudah menjadi hal yang vital bagi kehidupan masyarakat zaman sekarang. Melalui media sosial, ujaran dan atau opini yang kita miliki bisa dengan mudah disampaikan ke publik. Terutama kritikan (baca: ujaran kebencian). Apalagi kalau sudah dituju kepada politikus dan badan pemerintahan lainnya.

Seperti apa yang telah terjadi akhir-akhir ini, banyak sekali permasalahan yang terjadi dalam dunia online seperti komentar-komentar negatif yang di posting oleh para netizen yang berhubungan dengan pilpres. Atau salah satu contoh lain yang bisa kita lihat adalah komentar benci yang diujarkan oleh masyarakat di akun Instagram presiden kita, Pak Jokowi (@jokowi). 

Setiap hari pasti saja ada orang yang mempunyai niat untuk mengkritik, tetapi pada akhirnya malah menghina. Kata-kata yang digunakan pun beragam, dari "gak guna", "bodoh", sampai "anj***". 

Perkelahian antara pendukung satu dan pendukung lain juga banyak. Penggemar Jokowi dan para non-supporter tak henti bercekcok dan berdebat dalam dunia online. Yang satu setujunya begini, dan yang lain setujunya begitu.

Dalam satu sisi, ujaran-ujaran seperti ini sebenarnya tidak salah. Karena hal ini bisa dipandang sebagai cara masyarakat Indonesia mengutarakan opini mereka. Namun seharusnya masyarakat tidak perlu mengutarakan kata-kata yang kurang berkenan. 

Pada zaman ini, banyak sekali pengguna media sosial yang masih muda dan dibawah umur. Jika kita memberikan contoh yang negatif, maka lapisan masyarakat muda Indonesia juga akan ikut serta menggunakan kata-kata kasar.

Kominfo (Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia) sudah berulang kali menyuarakan agar para netizen menggunakan kata-kata yang sopan, nyaman, dan bijak saat berkomentar. Namun perkataan yang tidak seharusnya diucapkan masih saja ada setiap harinya di kolom-kolom komen. Terutama di Twitter.

Netizen Indonesia di Twitter merupakan salah satu komunitas online yang paling besar di Indonesia, selain Instagram. Dengan platform media sosial yang sebesar Twitter, mudah sekali rasanya untuk berkomentar dan bercuit tentang banyak hal. Bisa dilihat bahwa setiap harinya banyak thread yang muncul dari berbagai akun, baik akun besar maupun akun kecil, tentang opini dan pandangan mereka terhadap politik Indonesia saat ini.  

Dan pasti selalu saja ada pengguna Twitter lain yang bercuit balik. Biasanya sih cuitan baliknya selalu kasar, dan jarang sekali ada yang memberi kritikan logis, rasional, dan sopan.

Banyak akun besar seperti selebgram dan influencer (orang-orang terkenal di Instagram) menggunakan media sosial untuk mempengaruhi orang lain dalam masalah politik. Karena jumlah pengikut yang banyak, mereka sudah otomatis mendapat posisi dan dukungan yang meluas. Terkadang komentar mereka bersifat kasar dan negatif, sehingga banyak sekali yang melihat dan akhirnya menjadi sorotan utama publik. Lalu di lain hal kita harusnya melihat akun resmi pemerintahan dibuat dengan tujuan menyampaikan pendapat, kritikan, dan aspirasi rakyat. Namun sekarang perkelahian sering terjadi di setiap akun pemerintah. Bingung juga, ya...

Sebenarnya banyak masyarakat Indonesia yang benar-benar tahu dan bisa memberi kritikan yang bijak, tetapi jumlah masyarakat yang mampu untuk bersikap seperti itu relatif lebih sedikit. Padahal, bukankah alangkah baiknya jika permasalahan seperti ini dapat diselesaikan secara rasional? Dengan berpikir sebelum berbicara dan menghormati orang lain. 

Sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita semua sebaiknya mampu menggunakan media sosial dengan bijak, apalagi saat membahas tentang masalah politik. Karena banyak sekali masyarakat yang sensitif dan sering membawa-bawakan agama maupun ras, yang merupakan topik paling sensitif dalam negara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun