Tetapi jika apa yang dikatakan Roy Suryo dan para netizen yang melakukan pelacakan digital dan menemukan jejak Gibran di fufufafa, maka kita menghadapi masalah besar bangsa ini.Â
Kita sudah kehilangan identitas sebagai bangsa yang beretika, bermoral, bermartabat, tetapi sudah menyandang bangsa yang serba tidak. Tidak beretika, tidak bermoral, tidak bermartabat, dan akhirnya akan terkubur sebagai bangsa yang kehilangan identitas ( loss identity), dan sangat terhina dalam pergaulan dunia.
Masih adakah rasa malu bangsa ini?
Banyak yang mengatakan bahwa elite politik, penyelenggara negara bangsa ini sudah kehilangan urat malu. Hilangnya urat malu itu juga sudah menjalar ke sebagian kelompok masyarakat. Bisa berupa kutu loncat, penjilat, pembeo, penyebar hoaks, pembohong, Â pemuja-pemuji, dan Asal Bapak Senang.
Secara perlahan suatu kebatilan itu jika terus ditampilkan sebagai suatu realita yang dilakukan oleh rezim pengusaha dan penguasa serta para pecundangnya, maka bukan tidak mungkin bahwa "kebatilan itu, dimata masyarakat merupakan suatu kebenaran".Â
Kenapa itu bisa terjadi? Karena kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan dipelihara dengan berbagai skhema program pemerintah. Lempar-lempar kaos ke kerumunan, bagi -- bagi sembako, memberi uang menjelang Pemilu dan lain sebagainya.
Soal kebodohan itu, sangat terasa sekali. Kualitas guru yang tidak pernah ditingkatkan. Bahkan diancam akan dihapuskan uang sertifikasi guru. Guru honor yang tidak kunjung diangkat.Â
Susah dan mahalnya masuk Perguruan Tingg karena UKT yang naik drastis. 20% Alokasi dana Pendidikan dari APBN, tidak sepenuhnya digunakan secara langsung untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran dan sarpras pendidikan.
Bayangkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, di kritik dan disindir oleh Jusuf kalla mantan Wakil Presiden baru baru ini, karena tidak menguasai soal pendidikan, dan sering tidak masuk kantor. Â Tidak ada rasa malu, dan tidak melakukan klarifikasi. Itu contoh urat malu pejabat negara Republik Indonesia sudah hilang.
Jangan sedih jika hilangnya rasa malu itu, terpesonifikasikan dalam akun fufufafa yang luar biasa itu. Itulah takdir bangsa Indonesia yang dicekoki dengan kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan. Saat nasibnya terpental ke atas, diorbitkan oleh oligarki negeri ini, ya hasilnya seperti yang kita hadapi sekarang ini.
Sayangnya, saat ada seorang anak bangsa, punya kesadaran tinggi, dan semangat juang yang tangguh untuk melakukan perubahan negeri ini,  secara beramai-ramai  oleh para Pimpinan Partai Politik, Pejabat Negara, menghadangnya untuk ikut pertarungan Pilkada Gubernur DKJ, sehingga tidak punya kendaraan untuk kontestasi tersebut.Â