Sesudah kampanye penutup di JIS ini, maka Social Movement yang telah menemukan momentumnya di JIS hari ini, perlu dikawal dan diajak terus bergerak untuk mengawal Pemilu yang Jujur, Adil, terbuka. Kawal terus pembukaan kotak suara, penghitungan suara, pengirimkan suara ke kecamatan juga dikawal. Gunakan teknologi IT melalui HP dan elektronik lainnya.
Jika ada penyimpangan harus dituntaskan di lapangan, jangan dibiarkan ke level lebih atas. Karena bisa tidak jelas penyelesaiannya. Sebab pada level lebih atas, cengkraman kekuasaan semakin kuat dan menakutkan. Ingat 50% Bupati dan Walikota adalah Plt pemilik Istana. Aparat keamanan dan penegak hukum milik Instan. Dan...penghuni Istana tidak netral. Jelaskan situasinya.
Bagi Istana, harus mengkaji ulang  kebijakan cawe-cawenya. Perintahkan agar semua penyelenggara negara, termasuk TNI dan Polri, harus netral. Mereka berpegang teguh pada sumpah dan janji untuk menyelenggarakan negara dengan seadil-adilnya dan sejujurnya berdasarkan UUD, Undang-Undang dan peraturan perundang-undangan.
Jika Pemilu dilakukan dengan curang,  banyak pihak sudah memberikan early warning untuk terjadinya Chaos. Apakah Pemilu Presiden itu satu putaran atau dua putaran, yang penting jangan ada kecurangan. Mari kita ke TPS tanggal 14 Februari 2024. Jangan golput. Karena golput itu ciri warga Indonesia  yang tidak peduli dengan nasib bangsanya.