Krisis disini ibarat pisau bermata dua, yaitu krisis terkait dengan kehidupan, kesakitan, dan ancaman jiwa yang diakibatkan Covid-19 yang sudah berskala pandemi, dan krisis karena merosotnya ekonomi menuju pada krisis ekonomi, yang juga tidak kalah berbahayanya bagi kelangsungan kehidupan masyarakat.
Akhirnya ketemulah formula 82-2020, yaitu Perpres 82/2020, dimana semua Menko dan beberapa menteri terkait duduk dalam suatu Komite Kebijakan Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, yang dipimpin seorang Ketua yaitu Menko Perekonomian. Menteri teknis yang duduk tidak banyak agar ramping dan solid yaitu Menteri Kesehatan, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri.
Sebagai Ketua Pelaksana Komite, ditunjuk menteri BUMN. Penunjukan Menteri Erick Thohir ini, mungkin atas dasar peretimbangan karena sudah cukup banyak terlibat menggerakkan BUMN untuk menangani Covid-19 sejak awal mulai berjangkit nya di Indonesia, dan saat bersamaan memahami pentingnya untuk menggerakkan turbin mesin ekonomi supaya tetap menyala, menggerakkan roda perekonomian.
Komite membawahi 2 satuan tugas yaitu Satgas Penanganan Covid-19, sebagai pengganti Gugas Percepatan Penanganan Covid-19, dan dipimpin oleh Kepala BNPB, letjen TNI Doni Monardo. Dan Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional, dipimpin oleh Wamen BUMN.
Dengan berkumpulnya para penekan gas dan rem yang ditunjuk Presiden dalam mobil plat nomor 82.2020, mereka itu tentu saling berkoordinasi, bersinergi, dan berintegrasi agar jalan mobil tetap stabil dengan kecepatan yang terukur.Â
Mereka akan sepakat kapan tancap gas, dan kapan harus mengeremnya. Jika ada yang lengah dan tidak pasang seat belt, dalam keadaan mengerem mendadak bisa terpental.
Formula 82-2020 ini, dirasa tepat menghadapi situasi sekarang ini. Rakyat sudah jenuh dengan PSBB, dengan keadaan ekonomi keluarga semakin menurun, sehingga adanya kebijakan pelonggaran PSBB, sudah tidak peduli dengan protokol kesehatan, dan berakibat gelombang kasus terinfeksi semakin meningkat tajam.Â
Pemerintah menyebutkan bahwa saat yang sama pertumbuhan ekonomi terus menurun. Bahkan sudah menuju ke arah negatif pada kuartal II/2020 karena penurunan kegiatan ekonomi selama Pembatasan Skala Berskala Besar (PSBB) karena wabah corona atau Covid-19.
Ketua Komite Pelaksana sudah bekerja menghadap Presiden didampingi Menkes, Ka.BPOM, Dirut Bio Farma dan tim peneliti, melaporkan kesiapan peluncuran vaksin Sinovac melalui uji klinis tahap 3.Â
Dengan diluncurkannya uji klinik tahap 3 vaksin Sinovac dari China, yang dilakukan oleh Bio Farma pada Agustus mendatang ini, dengan sasaran 1.620 relawan, diharapkan akan selesai akhir tahun ini, maka menurut Dirut Bio Farma jika sudah mendapatkan Ijin Edar dari Badan POM, maka awal Januari 2021 akan dapat digunakan secara luas dengan memproduksi 40 juta dosis untuk tahap awal. . Insya Allah.
Saat ini di samping China, Amerika, Inggeris, dan Rusia sedang berpacu dengan waktu untuk menghasilkan vaksin anti virus corona.