Mohon tunggu...
Chazali H Situmorang
Chazali H Situmorang Mohon Tunggu... Apoteker - Mantan Ketua DJSN 2011-2015.

Mantan Ketua DJSN 2011-2015. Dosen Kebijakan Publik FISIP UNAS; Direktur Social Security Development Institute, Ketua Dewan Pakar Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia (LAFAI).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Case Fatality Rate, Bagaimana Kecenderungannya?

27 Maret 2020   14:58 Diperbarui: 27 Maret 2020   15:14 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika kecenderungan kenaikan terinfeksi landai ( dibawah 20%) dan dapat di peta kan, dan semakin cepat langkah intervensi dengan isolasi, obat-obatan, dan observasi yang terus-menerus mengikuti siklus inkubasi virus covid-19,  maka kesembuhan akan dapat ditingkatkan dan angka kematian dapat semakin berkurang.

Tetapi jika angka terinfeksi meninggi semakin tajam ( 30 sampai 40% bahkan lebih ), diikuti dengan CFR nya tinggi, itu berarti strategi social distancing atau physical distancing mengalami kegagalan. Hal  itu berarti masyarakat sudah tidak perduli nyawanya terancam. RS juga akan kewalahan menghadapi suspect yang semakin berat. Korban kematian yang terbanyak adalah kelompok lansia, dengan pengidap penyakit kronik yang sudah dimilikinya.

Mari kita ikuti dulu  kebijakan Presiden Jokowi yang mengandalkan disiplin masyarakatnya untuk menghadapi covid-19, melalui strategi physical distancing dalam seminggu kedepan ini. Jika angka-angka statistik yang disampaikan Juru Bicara Pemerintah setiap harinya seperti analisis diatas, kurva terinfeksi naik tajam, dan CFR naik tajam, artinya semakin banyak kuburan massal yang di digali dibumi ibu pertiwi. Bapak Presiden Jokowi adalah yang paling bertanggung jawab dunia dan akhirat bersama para kabinetnya dan penasehat serta pembisik beliau.

Jika dalam seminggu kedepan ini, tren terinfeksi menurun landai, dan CFR nya menurun landai, berarti kebijakan sudah berjalan dengan tepat, dan disiplin masyarakat berjalan efektif. Kepercayaan masyarakat kepada Presiden Jokowi dan pemerintahannya (mudah-mudahan) meningkat.

Penutup

Artikel ini, adalah tulisan saya ketiga, terkait dengan lockdown terhadap wabah covid-19, dikaji  dari berbagai sudut pandang. Karena Presiden Jokowi sudah putuskan tidak ada lockdown, tentu kita akan hormati, walaupun  mengecewakan banyak pihak dan para ahli kesehatan.

Seharusnya DPR RI berbicara dan memberikan masukan kepada Presiden, dengan mempertimbangkan berbagai  masukan masyarakat. Tetapi karena sedang  reses, sepertinya anggota DPR  sedang sibuk dengan konstituennya serta memeriksa diri (Rapid Test), untuk memastikan bahwa tidak ada virus corona di tubuhnya. 

Apapun cerita, yang perlu diselamatkan adalah diri kita dan keluarga yang dicintai, itu wajar dan manusiawi. Tetapi sebagai wakil rakyat, sudah disumpah untuk membela kepentingan rakyat.

Kita akan bahas kembali, minggu depan untuk melihat bagaimana perkembangan CFR, morbidity rate, dalam seminggu pertempuran melawan covid-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun