Mengenai Pertahanan dan keamanan, Jokowi "babak belur" dalam merespon permasalahan yang diangkat Prabowo. Posisi Jokowi memang sulit, sebab walaupun beliau Presiden, Prabowo memastikan bahwa Jokowi lebih banyak mendapatkan laporan ABS dari Petinggi TNI. Jokowi terjebak dengan kebanggaannya sudah mengalokasikan Rp. 107 triliun anggaran pertahanan dari APBN.
Ungkapan tersebut langsung disambar Prabowo, dana sebesar itu tidaklah banyak, jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura yang anggaran pertahanannya 30% dari APBN.
Apa gunanya menambah squadron, pangkalan armada, maupun divisi-divisi pasukan, radar-radar pertahanan udara, jika kapal perang negara asing masuk, peluru kendali kita tidak cukup untuk menghadangnya.
Kemudian Jokowi memberikan argumentasi bahwa berdasarkan analisis situasi pertahanan global, dalam 20 tahun mendatang tidak ada invasi negara asing ke Indonesia. Ungkapan itu disambar lagi oleh Prabowo. Kita tidak bisa menduga isi hati negara lain. Prinsipnya jika kita negara lemah, pasti akan diterkam oleh negara kuat. Jadi Pertahanan negara itu penting, sebagai alat perdamaian, dan juga siap berperang jika diserang.
Dalam materi pemerintahan, Jokowi mengutamakan percepatan pelayanan melalui sistem IT yang terpadu dari pusat sampai ke level bawah. Prabowo setuju IT penting, tetapi yang lebih penting apakah sistem tersebut dapat menjamin untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan berkurangnya perilaku koruptif. Nyatanya di lapangan sebanyak 90 kementerian melakukan jual beli jabatan.
Soal hubungan luar negeri, Indonesia tidak dihormati luar negeri, karena banyak hutang, impor pangan, rupiah melemah. Di kalangan negara Asia Tenggara posisi Indonesia lemah walaupun negara luas dan penduduk melimpah.
Begitulah yang disampaikan Prabowo. Tetapi Jokowi tidak menyerah. Diplomasi yang dilakukan Menlu soal Rohingya, telah membawa hasil, secara berangsur kembalinya pengungsi Rohingya. Prabowo setuju, tetapi diplomasi akan lebih efektif lagi, jika Indonesia itu negara kuat, pertahanannya kuat, ekonominya kuat.
Sebenarnya lebih banyak lagi, substansi debat yang menyebabkan Jokowi sulit untuk melakukan serangan balik. Kali ini Prabowo pada _performance_ puncak. Saya yakin sikap tegas, tegar, dan percaya diri, sebagai Prajurit Sapta Marga, akan membuat ciut nyali para Jenderal-Jenderal purnawirawan di sekitar Jokowi yang sudah kehilangan jiwa Sapta marga dan Sumpah Prajurit.
Apalagi Prabowo menyatakan lebih TNI dari pada beberapa TNI lainnya. Bayangkan sejak umur 18 tahun mempertaruhkan nyawanya untuk NKRI.
Secara keseluruhan Prabowo menguasai panggung dan menguasai materi debat. Kalau besok pagi dilakukan Pilpres, maka saya dapat memastikan Prabowo terpilih jadi Presiden.
Tetapi karena Pilpres 17 April 2019, maka lebih tepat saya mengatakan bahwa "Prabowo di Ambang Kemenangan".