Mohon tunggu...
Chaycya Oktiberto Simanjuntak
Chaycya Oktiberto Simanjuntak Mohon Tunggu... Jurnalis - Suka menulis dan traveling

a writer and traveler.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Covid-19 dan Tradisi Pulang Kampung

29 Maret 2020   07:52 Diperbarui: 30 Maret 2020   22:35 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dia bersentuhan atau berbicara dengan orang lain, maka akhirnya orang lain tertular. Dia menjadi carrier, pembawa dan penular virus. Jadi tak ada salahnya kita soliter di situasi sekarang ini. Soliter untuk pandemi Covid-19 menjadi bagian dari solidaritas untuk menyelamatkan keberlangsungan hidup manusia saat ini, di musim krusial ini. Cmiiw) Nah masalahnya, masker menjadi amat sangat langka. Harganya naik 500 kali lipat. 

Yang tadinya Rp 33 ribu menjadi Rp 550 ribu sekotak. Yang tadinya N95 hanya Rp 70-an ribu dijual seharga jutaan sekotak. Menyamai harga emas. Spekulan menimbun masker. Dijual perlahan dengan harga tinggi. Akibatnya? Masker langka. Bukan hanya di masyarakat tapi juga di RS dan tim medis yang kini menjadi garda terdepan di situasi ini. 

Sangat jahat sekali. Tak punya hati. Bagaimana bisa menimbun untuk keuntungan pribadi di situasi wabah seperti ini.Bahkan ada juga yang menjualnya terang-terangan seolah dia ikut andil membantu kemanusiaan padahal nyatanya ular beludak. Serigala berbulu domba. Mengambil untung di tengah derita. Shame on you satan!!!!!

Ada lagi. Gel pencuci tangan, cairan karbol, sarung tangan, dan sejumlah pakaian pelindung tim medis juga menjadi barang langka.

Andai para penimbun itu tidak jahat, tidak menimbunnya. Masih punya hati, tentu segala sesuatu yang penting dibutuhkan itu saat ini masih banyak tersedia di pasaran. Menjaga harga tetap stabil seperti sedia kala. Ah jangan mimpi Chay!!! Kalau negara berflower +62 seperti itu sudah dari dulu ini negeri moyangmu maju dan sejahtera bersama. Sedih sekali. Mau marah rasanya. Tapi ama siapa? Tak mungkin kulampiaskan ama dinding.

Ok. Mari kembali ke bagaimana cara memutus rantai persebaran virus ini? MARI JANGAN PULANG KAMPUNG. Jangan gegara hanya kamu ingin merayakan hari raya seperti tradisi tahun sebelumnya, justru membawa petaka dan berakhir mala kepada keluarga dan seluruh isi kampungmu. 

Pintaku, JANGAN MUDIK sampai situasi benar-benar aman. Sampai virus dinyatakan bersih di Indonesia. Saya tahu dan paham mudik 2020 ini akan berbeda. Kemenhub membatalkan 500 tiket mudik gratis. KAI memulangkan tiket yang sebelumnya udah dibeli warga. Semua itu untuk apa? Ya untuk memutus penyebaran virus ini. 

(Andai Corona ini manusia, sudah saya jambak-jambak beneran!!!). Maaf,  jangan dibilang ini sebagai pernyataan seorang Chaya yang nggak peka dan nggak toleran. "Elo nggak ngerti gimana rasanya Lebaran ga bersama keluarga. Karena elo ga ngerayainnya Chay!!!". 

Well hello!!!! Bukan ke sana arahnya. Tapi lebih ke dampak yang besar. Tujuan yang sangat penting bagi kemanusiaan: Bagaimana supaya virus ini tak menyebar ke keluarga dan ke kampung halamanmu. " Yeee belum tentu. Emang aku kena? Kan enggak. Saya sehat kok". Ya kamu ga kena bagaimana yang lain? 

Di musim mudik, persebaran virus makin rentan. Orang dari daerah A pulang ke daerah B. Menulari keluarganya. Bapaknya, Ibunya, saudaranya, istriny, anak-anaknya, tetangganya. Tetangganya lalu mudik ke daerah C. Kembali menulari keluarganya, tetangga orangtuanya. Tetangga orangtuanya pergi ke sawah, di tengah jalan bertemu warga lainnya, salaman berbincang, penularan kembali terjadi. 

Ada pertemuan dan silaturahmi, pergi ke sana, penularan terjadi dan nggak butuh lama seluruh kawasan tertular. Bagaimana memutus rantai itu? For God's shake, JANGAN PULANG KAMPUNG. Tinggallah dalam rumahmu dimana kamu bernaung saat ini. Supaya kamu, supaya kita semua selamat dan terhindari dari virus ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun