Mohon tunggu...
Chaycya Oktiberto Simanjuntak
Chaycya Oktiberto Simanjuntak Mohon Tunggu... Jurnalis - Suka menulis dan traveling

a writer and traveler.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Berdayakan 5 Kawasan Pesisir, Bakti 59 Tahun Pertamina untuk Negeri

13 Desember 2016   20:59 Diperbarui: 13 Desember 2016   22:08 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kesempatan itu juga, turut dilaksanakan penyerahan secara simbolis bantuan kepada masyarakat Kampung Bugis, berupa tiga taman baca dan rumah baca sebesar Rp 375 juta, santunan 59 anak yatim sebesar Rp 29,5 juta yang diserahkan simbolis kepada dua anak, Zaenab dan Arief. Selain itu, Pertamina juga mengadakan pengobatan massal dengan melibatkan 10 tenaga medis dengan biaya sebesar Rp 25 juta, serta penyerahan bantuan alat pengolahan sampah untuk menjadi kompos seharga Rp 100 juta.

Aksi bersih-bersih pantai pun dimulai. Lebih dari 100 sapu plastik dan keranjang sampah disebar. Wilayah pembersihan ini dibagi ke dalam tiga zona di pantai sepanjang 200 meter itu. Seluruh hadirin pun turun langsung membersihkan, meski cuaca panas menyengat jelang siang itu, seluruh tamu dan juga warga kompak turun, gotong royong membersihkan pantai dari berbagai jenis sampah, mulai dari sampah laut, plastik, dan aneka material yang membahayakan kelangsungan biota laut.

Saya jadi teringat pernyataan Wapimred Kompas, Ninu Mardiana yang hadir dalam acara tersebut. Beliau mengatakan, 73 persen sampah di Indonesia terbuang ke laut. Bayangkan kalau itu tak dibersihkan, tentu itu berbahaya dan bisa merusak ekosistem laut. “Kalau sampai sampah ini tak dibersihkan dalam waktu yang cukup lama, dengan jumlah persentase sebanyak itu, maka satu pulau seperti Bintan ini bisa tenggelam ditutupi sampah,” ujarnya.

Tak sampai 30 menit, garis pantai yang tadinya dipenuhi sampah itu kini bersih dan nyaman digunakan untuk berjemur dan bermain tanpa takut jijik dan kotor. Semua bersatu padu, menyapu, membersihkan, mengumpulkan sampah, dan lantas membuangnya ke tempat pengumpulan untuk selanjutnya diangkut ke TPA. Ah,kalau sudah begini, ingin rasanya mengajak teman-teman traveler, rekan couchsurfer berkunjung ke Pantai Adinda ini, memperkenalkan, betapa indahnya seluruh pantai di Indonesia.

Aksi bersih pantai pun dilanjutkan dengan penanaman pohon ketapang di sepanjang garis pantai. Sekretaris Daerah Kabupaten Bintan Raja Muhammad Akib Rachim yang turut serta menanam pohon menyebutkan, kegiatan ini sangat membantu masyarakat kabupaten Bintan. “ Seperti kita tahu bahwa Pertamina berkomitmen terhadap kemajuan masyarakat di sekitarnya. Kami ucapkan terimakasih dan selamat ulang tahun ke-59 kepada Pertamina,” ujarnya.

Bantu Masyarakat Pesisir Lewat Pengolahan Sampah

d-58500ed5789373821e1e096d.jpg
d-58500ed5789373821e1e096d.jpg

Masih dalam acara tersebut, sebagai bagian dari program pemberdayaan masyarakat pesisir, Pertamina memberikan bantunan berupa alat pengolahan sampah menjadi kompos seharga Rp 100 juta. Hal itu berangkat dari kreatifitas warga yang mampu menjadikan sampah menjadi barang bernilai seni tinggi.

Sebut saja, pelepah pisang yang dijadikan menjadi bunga hias, demikian juga sisik ikan yang ‘disulap’ menjadi bunga layak pamer dalam ajang pameran internasional sekali pun.

Kepri memang dikenal sebagai provinsi kepulauan. Itu artinya, sebagian besar masyarakatnya di pesisir bermatapencaharian sebagai nelayan. Apakah cukup sang suami cuma menangkap di laut? Istri pun harus jeli, dituntut kreatif membaca keadaan demi keberlangsungan hidup. Kalau biasanya kita warga di kota, usai menikmati hidangan seafood gonggong, cangkangnya langsung dibuang, beda dengan warga Kampung Bugis di Tanjunguban, Bintan ini. Cangkang gonggong itu dikumpulkan, dibersihkan, dijemur, lalu dicat, dibentuk menyerupai bunga, bross, hiasan dinding, dan bahkan pigura. Tak hanya itu, aneka kayu hutan pun bisa diukir menyerupai garuda, atau pajangan lainnya. Sungguh sangat kreatif.

Dan hal inilah yang coba mereka tunjukkan lewat pameran kreatif kerajinan lokal. Harusnya ini bisa didukung Usaha Mikro Kredit Kecil dan Menengah (UMKM) dan semua hasil kreasi para ibu-ibu nelayan ini sudah sangat memungkinkan laku dijual ke pasar nasional dan internasional. Sayang, mereka masih kurang akses untuk itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun