Sosial media menciptakan kompetisi antara calon orangtua untuk menciptakan momen gender reveal yang menarik, mendorong dorongan untuk mendapatkan perhatian dan risiko eksploitasi anak yang belum lahir.
Hal ini juga mendorong terjadinya pembingkaian identitas keluarga dan juga mengejar pengakuan serta validasi.
Fenomena "gender reveal parties" menghadirkan kegembiraan dan dramatisasi dalam merayakan kehidupan baru. Namun, di balik kilau warna-warni, pesta ini membuka cerita mendalam tentang bagaimana mereka membentuk norma sosial seputar peran gender. Pesta ini, dari sudut pandang psikologi gender, menjadi pertunjukan sosial yang memperkuat stereotip melalui penggunaan warna, kreativitas di media sosial, dan tekanan konformitas.
Peran sentral sosial media merayakan momen ini secara global, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana kebahagiaan calon orangtua bersifat otentik atau hanya tanggapan terhadap tekanan sosial dan ekspektasi media. Kapitalisme memanfaatkan tren ini, menciptakan pasar untuk produk "gender reveal" yang menilai kreativitas dan keunikan acara berdasarkan konsumsi.
Sebagai penutup, fenomena ini menawarkan kebahagiaan otentik namun membuka ruang bagi refleksi kritis tentang bagaimana norma gender dan ekspektasi sosial memengaruhi cara kita merayakan kehidupan baru. Mungkin saatnya bagi kita untuk merenung, tidak hanya tentang warna dalam momen ini, melainkan juga peran kita dalam membentuk naratif seputar perbedaan gender, kehamilan, dan kehidupan keluarga.
Daftar Pustaka
Jack, A. (2020). THE GENDER REVEAL PARTY: A New Means of Performing Parenthood and Reifying Gender Under Capitalism. International Journal of Child, Youth and Family Studies, 11(2), 82--93.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H