(1) Self-diagnosis dapat menyebabkan kekhawatiran yang tidak perlu karena kondisi yang disebutkan pada internet tidak selalu benar. Sehingga, kadang kala penyakit mematikan yang seseorang diagnosa ternyata hanya sesuatu yang ringan.
(2) Siapapun bisa menulis di internet sehingga informasi mungkin tidak akurat, menyesatkan, atau bahkan dengan sengaja dimanipulasi . Seringkali, seseorang menuliskan informasi palsu untuk mempromosikan produk dan mendorong orang lain sebagai pembaca untuk membeli 'obat' yang tidak efektif.
(3) Akses informasi yang tidak terbatas di internet dapat memberikan perasaan aman yang palsu kepada seseorang yang berakibat pada penundaan bertemu dengan profesional di saat-saat kritis.
(4) Terlalu percaya pada self-diagnosis dapat menyebabkan seseorang sulit untuk membuka pikiran mereka terhadap diagnosis yang berbeda. Sehingga, berbahaya untuk hubungan pasien dan dokter di masa depan.
(5) Sebagian besar informasi di internet yang berkaitan dengan kesehatan tidak ditinjau oleh dokter sehingga self-diagnosis cenderung tidak akurat . Akibatnya, penanganan melalui self-diagnosis tanpa anjuran pihak profesional dapat menyebabkan bahaya serius seperti overdosis obat-obatan hingga kematian.
Dengan demikian, dapat disimpulkan informasi yang dikumpulkan dari internet memang dapat mengetahui kondisi dengan lebih baik. Namun, self-diagnosis terutama dengan meromantisasi gangguan kesehatan mental tidak dibenarkan karena bisa melukai diri sendiri bahkan cenderung membahayakan kesehatan mental bagi pembacanya.Â
Selain itu, self-diagnosis yang tidak diawasi oleh tenaga profesional dapat membuat seseorang mengonsumsi obat-obatan berbahaya yang tidak perlu dikonsumsi. Sehingga, justru membahayakan kesehatan baik fisik maupun mental.
Lalu, langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk menghindari bahaya tersebut?
Yang pertama, adalah dengan mengunjungi pihak profesional seperti psikolog atau psikiater.
Penanganan profesional melalui layanan kesehatan mempertimbangkan banyak hal, termasuk hal-hal di luar daftar gejala untuk mencapai diagnosis yang tepat. Mereka juga meresepkan penanganan berdasarkan riwayat medis secara lengkap untuk meminimalisir risiko-risiko berbahaya (Clark et. al., 2017).