[caption id="attachment_234064" align="aligncenter" width="600" caption="Kumpul bareng blogger BMI Hong Kong dan kopdar dengan Kompasianer Ibu Pratiwi Retnaningdyah (foto. Aulia)"][/caption]
Menulis bukanlah suatu pekerjaan yang sulit. Namun bukan pula suatu kegiatan yang mudah. Banyak orang beranggapan, dengan menulis kita telah melepaskan energi positif. Menciptakan ketenangan serupa efek sebuah acara rekreasi.
Sekali waktu banyak sekali ide dan aspirasi yang berkeliaran di benak kita. Ada baiknya sebelum itu lebur dan sirna tanpa jejak kita mengikatnya ke dalam bentuk tulisan. Semakin rajin kita mengasahnya, akan semakin tajam pula 'pena' kita nantinya.
Seiring pesatnya laju perkembangan teknologi, sedikit banyak telah mempengaruhi dunia kepenulisan. Kecanggihan internet telah menciptakan fenomena baru yaitu dunia blogging. Penulis yang dahulu memfokuskan diri dengan membuat karya tulis dalam bentuk publish (buku) sekarang mulai membidik area baru yakni nge-blog. Alasannya melalu blog tulisan mereka akan lebih mudah disebar, dinikmati langsung oleh pembaca dengan mudah melalui komputer atau smartphone.
Virus ngeblog ini juga telah menjangkiti kalangan BMI. Terhitung ratusan BMI memiliki blog. Baik itu di Blogger, Wordpress maupun Kompasiana.
Minggu, 6 Januari 2013 bertempat di lapangan Victoria Park bersama sejumlah blogger BMI Hong Kong lainnya saya menghadiri sebuah acara diskusi dan kumpul bareng blogger Hong Kong. Saya waktu itu hadir bersama Fera Nuraeni, Ani, Rie Rie, Pak Ludovicus Mardiyono dan editor Koran Indonesia Teguh Umara Harahap. Ketika kami sampai di lokasi, telah berkumpul sejumlah BMI yang juga blogger dan para penggiat komunitas penulis.
[caption id="attachment_234065" align="aligncenter" width="600" caption="Suasana diskusi sesama blogger (foto. Aulia)"]
Tujuan diadakannya acara kumpul blogger tersebut adalah untuk menggali informasi lebih lanjut mengenai isu-isu terbaru seputar BMI dan tentang kepenulisan secara umum. Acara menjadi lebih istimewa dengan kehadiran Ibu Pratiwi Retnaningdyah, seorang dosen dari Universitas Negeri Surabaya sekaligus mahasiswa PhD dari School of Culture and Communication The University of Melbourne.
[caption id="attachment_234066" align="aligncenter" width="600" caption="Dari kiri ke kanan: Fera Nuraeni, saya, Ibu Pratiwi Retnaningdyah, dan Ani (foto. Aulia)"]
Pada kesempatan itu pula ibu Pratiwi yang juga seorang kompasianer itu hadir sebagai peneliti proses penulisan kreatif BMI Hong Kong. Beliau telah mengamati kegiatan kepenulisan BMI ini dari tahun 2005. Menurutnya fenomena BMI menulis ini adalah suatu hal yang luar biasa. Tak semua orang memiliki kemampuan untuk menulis. Bahkan bagi orang-orang yang memiliki waktu luang yang banyak. Namun justru BMI dengan segala keterbatasan waktu dan fasilitas justru mampu mewujudkannya.
[caption id="attachment_234068" align="aligncenter" width="600" caption="Pak Ludovicus, Rie Rie dan seorang peserta diskusi (foto. Aulia)"]
Diskusi yang berjalan dengan suasana keakraban itu berhasil mencetuskan satu ide. Bahwa dengan menulis kita bisa menginspirasi orang dan menyampaikan kritik untuk menggiring terjadinya perubahan di tatanan kehidupan sosial berbudaya. Dan yang tak kalah pentingnya, kita juga bisa membidik profesi dalam bidang kepenulisan seperti penulis buku, trainer bahkan menjadi jurnalis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H