Di Hong Kong fenomena seperti itu sekarang lazim terjadi. Orang tua menstimulasi anak secara berlebihan dengan alasan agar anak-anak mereka mampu bersaing menghadapi tantangan global.
Tapi sebagian orang tua kadang lupa, kondisi psikologis anak juga perlu diperhatikan. Tanpa komunikasi serta perhatian yang berimbang dari orang tuanya, anak-anak ini akan mudah sekali stres.
Saat Kelly dijemput Ibunya, Kelly tampak enggan beranjak. Dia bahkan mengajukan permintaan kepada saya agar diijinkan menginap di flat kami.
"Can you tell my mom that I want to sleep here tonight?"
Ms. Sanly yang mendengar permintaan Kelly tampak emosi. Lebih-lebih Kelly terlihat sekali tidak mau menunjukkan respek untuk sang Ibu. Malah dia meminta saya untuk menyampaikan keinginannya pada sang ibu.
"No! You can't do that Kelly. We go home now!"
Kelly tetap membangkang. Karena mungkin sudah hilang kesabarannya, Ms. Sanly tiba-tiba mengayunkan tangannya hendak memukul Kelly.
Tapi secepat kilat, Kelly kecil langsung menangkisnya. Dengan tatapan tajam menghujam Kelly melontarkan kalimat yang cukup pedas ke ibunya.
"Hit me if you dare! And I'll hit you back."
Oh My God! Inikah yang namanya pemberontakan? Saat seorang anak benar-benar merasa putus asa dan tidak berdaya, mereka bisa seketika berubah dari inocent menjadi anak yang penuh dendam dan kebencian. Betapa menyedihkannya.
Di tengah ke tidakpercayaannya, ternyata Ms. Sanly masih bisa menguasai dirinya. Dia menjadi lunak seketika. Berusaha membujuk dan meminta maaf. Namun usahanya tetap sia-sia. Kelly tetap pada pendiriannya. Tak mau pulang.