Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Lainnya - Pendamping Belajar

Seorang pekerja migran yang beralih profesi menjadi pendamping belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah Seorang BMI yang Mendapatkan Kekerasan dari Anak Majikan

25 Maret 2012   06:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:31 2136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1332655961616653544

Tiap kali saya berada di stasiun MTR saya selalu mencarinya. Pandangan saya selalu menyapu ke seluruh penjuru, tapi saya tetap tak bisa menjumpainya. Dalam hati saya bertanya entah seperti apa nasib mbak Heni selanjutnya. Dan rasa penasaran saya terjawab kemarin. Saya mendapat sms dari sebuah nomor. Di sms itu, dia mengaku sebagai mbak Heni. "Mbak ini saya, Heni. Sekarang saya lagi ada di bandara. Saya di interminit (terminate) sama majikan. Makasih atas semuanya ya mbak." Mendapat sms tersebut, saya langsung menghubunginya. Tetapi sayang nomornya sudah tidak aktif. Mungkin saat itu dia berada di pesawat sehingga hp nya harus dinonaktifkan.

Ada perasaan sedih sekaligus lega. Sedih karena perjuangan mbak Heni untuk memperjuangkan nasibnya harus berakhir seperti ini. Saya tahu betul seperti apa beratnya perjuangan seorang TKW untuk bisa berangkat ke luar negeri. Mulai dari kerasnya masa karantina di penampungan, mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan sewaktu memproses passpor di kantor imigrasi, bahkan tak jarang TKW juga mendapatkan pelecehan dari dokter pria saat mereka melakukan medical checked-up. Belum lagi biaya penempatan yang mencekik leher ( untuk Hong Kong HK$21.000). Sungguh semua ini bukanlah hal yang mudah. Butuh kebesaran hati untuk menghadapi semuanya. Dan ketika semua pengorbanan itu harus berakhir dengan satu kata terminate, bisa dibayangkan betapa menyakitkannya.

Di sisi lain dengan dipulangkannya mbak Heni, saya juga merasa sangat lega. Dengan demikian tak akan lagi ada tindakan kekerasan terhadapnya.

Selalu ada hikmah yang bisa kita petik dari suatu peristiwa. Seperti apa yang menimpa pada diri mbak Heni, membuat saya berkaca pada diri sendiri. Terkadang saya masih suka mengeluh, menyalahkan nasib dan selalu merasa kurang beruntung. Ternyata hal ini tak ada apa-apanya dibanding dengan pengalaman-pengalaman pahit yang dialami orang lain. Dan satu hal lagi, banyak orang yang tidak tahu masalah pelik yang menimpa BMI baik ketika mereka masih dalam proses di dalam negeri sampai ketika mereka tiba di negara tujuan. Tak sedikit tindak pelecehan dan penganiayaan mereka terima. Lantas ketika mereka kembali ke tanah air, mereka juga masih dipersulit? Hmmm.. Sungguh keterlaluannya. Maaf sekali lagi saya akan mengaitkannya kembali dengan apa yang sedang marak dibicarakan di media akhir-akhir ini. Yakni mengenai "kriminalisasi TKI di bandara". TKI yang pulang itu bukan bank berjalan yang sewaktu-waktu bisa dijadikan mesin tarik tunai oleh petugas. Please mengertilah wahai bapak-bapak dan ibu-ibu yang budiman! Janganlah asal menengadahkan tangan kepeda mereka. Cukuplah penderitaan yang mereka alami selama ini. Jangan ditambahi lagi dengan beban berat karena perasaan takut mendarat di bandara. Tidak semua dari mereka pulang dengan kesuksesan. Banyak diantaranya yang pulang dengan tangan kosong.

Hendaknya semua ini bisa kita jadikan renungan bersama.

Jordan, 25 Maret 2012

*sumber gambar DI SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun