Hong kong Museum of Art tempat berlangsungnya Pameran Fantastic Creatures from the British Museum
Mengambil tempat di Hong Kong Museum of Art, Leisure and Cultural Services Department dan the Trustees of the British Museum bekerja sama membuat pameran art yang bertajuk Fantastic Creatures from the British Museum features. Sebanyak 170 karya seni dari jaman Paleolithic sampai karya seni modern dari latar belakang budaya berbeda di seluruh penjuru dunia di pamerkan di sana. Dari the Greek minor god Pan, the Greek Gorgon Medusa, the Egyptian Sphinx, the Chinese dragon and qilin, the Japanese tengu, Medieval creatures, the unicorn, European masters termasuk Rhinoceros Albrecht Dürer (1471 - 1528) and Femme torero by Pablo Picasso (1881 - 1973) dapat kita jumpai.
Berbekal informasi yang saya dapatkan dari koran lokal, pada hari minggu (18/03) saya mengajak seorang teman untuk bersama-sama melihat pameran tersebut. Saya merasa penasaran dengan tulisan yang ada di koran bahwa dalam pameran tersebut kita bisa menjumpai berbagai jenis karya seni yang akan mengingatkan kita akan pengalaman masa kecil dulu. Jaman kita kecil dulu, tentunya kita pernah mendengar dongeng tentang makhluk-makhluk menyeramkan. Cerita misteri yang benar-benar tidak masuk akal tapi kita mempercayainya sebagai satu hal yang nyata.
Dengan biaya tiket sebesar HK$20 kami dengan sangat antusias memasuki ruang pameran yang didesain sangat menarik. Kesan mistik dan suram terlihat dari pencahayaan yang minim dan sengaja di buat agak remang. Tentu saja untuk menyesuaikan tema yang diambil yaitu Good and Evil.
Pameran koleksi dari The British Museum ini terbagi menjadi 9 bagian. Good and evil, Power and meaning, Fact and fiction, Beyond our world, At the Boundaries, The threat from nature, Horribly human, Picturing the divine, dan yang terakhir adalah Fear and protection. Masing-masing bagian menghadirkan karya-karya seni yang luar biasa unik dan mengundang decak kekaguman bagi para pengunjungnya.
Sebut saja relief Protective Dragons dari Dynasti Ming China (1465-1600). Karya seni yang sudah berusia ratusan tahun ini masih tampak indah dan terawat dengan baik. Kemudian seni pahat kayu North America, Thunderbird of eagle (1890-1910) masih terlihat mengkilap. Memasuki ruangan demi ruangan, ,membaca setiap detil yang tertera pada tiap object-nya membuat saya seolah-olah terserap masuk ke dalam masa silam. Apalagi ditambah dengan sound-effect yang menggema diseluruh ruangan.
Ditemani seorang museum staff yang berperan sebagai tour-guide membuat perjalanan menjelajah museum terasa amat menyenangkan. Diajaknya kita melihat beberapa karya seni dari berbagai penjuru dunia. Hadir juga beberapa lukisan karya Rembrandt Harmens van Rijn dari Belanda, Adam and Eve (1606-1669). Lukisan Saint Michael Casting down the devil oleh Giovanni pietro possenti (1619), The monster in the corner (araignee) lukisan laba-laba berwajah manusia oleh Odilon redon (1887), dua lukisan oleh Jean Duvet The capture of the unicorn dan The Unicorn (1485-1561). Khusus untuk lukisan The Unicorn ini, tour-guidenya bercerita panjang lebar mengenai legenda tentang cerita unicorn (kuda putih bercula satu) yang juga berkaitan erat dengan cerita umat kristiani. Dijelaskannya, Unicorn ini hanya bisa ditangkap oleh seorang gadis yang masih perawan. Dan cula yang dimilikinya dipercaya dapat men-steril air yang telah diracuni oleh dragon.
Tiba-tiba pandangan mata saya dikejutkan oleh sebuah seni ukir yang cukup familiar. Dalam hati berkata, kok ini seperti seni ukir dari Bali ya? Dan benar saja, ketika saya berjalan mendekat ke sebuah patung kayu berukuran besar yang dilindungi dinding kaca, saya dikejutkan oleh tulisan yang tertera di bawahnya. Rama Riding Garuda, Wooden Sculpture painted and gilded 19th century, Bali. Wow! Luar biasa! Saya tidak menyangka kalau karya seni bangsa kita juga tersimpan di The British Museum. Banyak pengunjung berdecak kagum akan keindahan seni ukir dari Bali ini. Tour-guide nya juga memberikan penjelasan kepada semua pengunjung tentang Garuda yang dijadikan lambang dari negara kita, Indonesia. Ada rasa bangga yang menelusup ke ruang sanubari. Salah seorang pengunjung yang mengaku berasal dari Polandia sempat berbincang sebentar saya, menunjukkan kekagumannya akan budaya Indonesia. Bahkan dia mengaku pernah beberapa kali berkunjung ke Bali. It's a fantastic art! Begitulah pujinya.
Selain Rama Riding Garuda, ada karya seni dari Bali lainnya yang juga ikut di pamerkan. Adalah Balinese winged Lion (Singha) juga dibuat pada abad ke-19. Tak kalah menariknya dengan Rama Riding Garuda, karya seni dari negara kita ini juga mendapat apresiasi yang luar biasa dari pengunjung. Sayang sekali di event ini, penyelenggara pameran tidak memperbolehkan pengunjung untuk mengambil foto. Namun kami dibekali brosur yang berisi detail dari nama-nama objek. Dan Dipintu masuknya juga disediakan poster berukuran raksasa dari beberapa karya seni yang dipamerkan.