Mohon tunggu...
de de
de de Mohon Tunggu... -

Easy going, sometimes quiet, open-minded, free thinking & friendly. Eager to learn stuff from different cultures. Spending life with TV, internet & games.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Lebih Banyak Turis Datang Ke Phuket Daripada ke Indonesia

8 November 2014   04:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:20 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah artikel di harian Kompas tanggal 6 November menuliskan bahwa Indonesia memberi fasilitas bebas visa bagi wisatawan dari 5 negara sehingga nanti total ada 20 negara yang mendapatkan fasilita bebas visa datang ke Indonesia. Negara yang menerapkan bebas visa memiliki tingkat pertumbuhan wisatawan mancanegera tinggi, yakni 5-25 persen. Tahun 2013, Thailand yang membebaskan visa untuk 56 negara memiliki jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 26.5. juta orang, sedangkan Malaysia membebaskan visa untuk 164 negara dan jumlah wisatawannya 25.7 juta orang. Setelah mencari info, lewat Wikipedia diketahui bahwa jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia “hanya” 8.8 juta orang . Dari situs itu pula dapat dilihat bahwa Macau, Negara seluas 31.3 km2 jumlah wisatawannya sebanyak 14.2juta orang . Sedangkan Negara tetangga Singapore, dengan luas sekitar 718.3 km2 jumlah wisatawannya 15.5 juta(http://business.asiaone.com/news/tourist-numbers-hit-record-high-2013) Lewat Republika Online, Menteri Pariwisata (Menpar) Baru Kabinet Kerja Arief Yahya optimistis bisa mencapai target yang ditentukan program Presiden Joko Widodo perihal peningkatan jumlah wisatawan mancanegara (Wisman) ke Indonesia. Target tersebut adalah dalam lima tahun ke depan atau 2019, sektor pariwisata diharapkan dapat menarik kunjungan sebanyak 20 juta Wisman. Cukup ironis mengingat Indonesia selalu digembar-gemborkan sebagai Negara yang indah, kaya budaya, penduuknya ramah, tetapi hanya bisa mendatangkan wisatawan sebanyak itu ? Kalah jauh dengan Negara tetangga yang jauh lebih kecil, budaya lebih terbatas, tetapi jauh lebih pintar dalam strategi marketingnya, menjual pariwisata untuk turis dunia. Oke, sebagai perbandingan, lihat pulau Bali dan pulau Phuket. Sama-sama disebut sebagai salah satu pulau tujuan cantik di dunia, Bali hanya dapat menarik 3.2 juta wisatawan (http://www.thejakartapost.com/news/2014/01/24/bali-attracts-327-million-foreign-tourists-2013.html) Sedangkan Phuket didatangi sekitar 9.5 juta turis (http://phuketwan.com/tourism/tats-fanciful-tourism-figures-phuket-harm-18857/) Jadi, wisatawan yang datang ke Phuket lebih banyak daripada jumlah turis yang datang ke seluruh penjuru Indonesia ! Padahal setiap orang yang pernah mengunjungi 2 pulau tersebut pasti tahu jika pulau Bali pantai-pantainya jauh lebih indah dan budayanya jauh lebih kaya di banding Phuket. Tapi mengapa pariwisata di sana bisa mendatangkan jutaan wisatawan ? Dinas Pariwisata Thailand memang sangat pintar untuk menjual negaranya dan juga ditunjang oleh berbagai macam aspek yang membuat banyak turis senang dating ke Thailand sehingga acapkali Thailand, atau Bangkok misalnya terpilih sebagai destinasi wisata utama oleh berbagai macam kalangan, dari majalah pariwisata terkemuka, buku panduan ternama, kartu kredit, atau banyak lainnya lagi. Hukum dagang berbunyi “jika ingin mendapat ikan besar, umpannya pun harus besar” berlaku di sini. Tahun 2014 estimasi Dinas Pariwisata Thailand menggelontorkan uang sebanyak 1.5 billion baht (1baht Rp.375) dengan target untuk mendapatkan 2 trilyun baht / $65 milyar , atau sekitar 750 trilyun rupiah ! (http://www.bangkokpost.com/most-recent/400701/tourism-as-gdp-to-rise-by-0-1-in-2014 dan http://www.globaltimes.cn/content/795116.shtml) Uang sebanyak itu dipergunakan untuk berbagai macam hal. Mulai dari membuat berbagai video-video iklan yang cantik yang membuat orang tertarik untuk datang ke Thailand, mencetak jutaan materi promotion kit seperti flyer, brosur, buku yang mencakup berbagai macam aspek kehidupan atau suatu destinasi tertentu. Di dunia maya dan berbagai media sosial membuat website, Facebook page, Twitter, account LINE, Instagram, Pinterest ,dll. Juga sering membuka booth untuk berpameran di berbagai negara lain. Selain pemerintah bekerja dengan intensif dan agresif, pihak pelaku pariwisatanya pun secara langsung sudah sangat “sadar wisata” dan tidak gagap menangani para wisatawann setiap harinya. Dari sebuah lapak travel kecil di pinggir jalan Khao San Road, Bangkok anda bisa memesan berbagai macam hal, mulai dari tiket  bus ke pulau-pulau di Selatan, tiket pertunjukan show , atau sekedar transportasi drop ke bandara , bahkan perpanjangan atau aplikasi visa untuk ke negara lain pun bisa dilayani di situ. Dari ujung Selatan Thailand dan anda ingin melakukan perjalanan darat sampai ke ujung utara Thailand pun anda bisa naik berbagai macam moda angkutan yang sudah terintegrasi. Misalnya dengan tiket combo anda bisa membeli tiket bus dan tiket kapal feri, tiket kereta dan tiket bus, sehingga anda tidak perlu repot mencari tiket lagi di tengah perjalanan. Jika Indonesia ingin menggaet lebih banyak wisatawan, banyak sekali PR yang harus dikerjakan oleh (Ke)menteri(an) pariwisata yang baru ini. Banyak point-point yang harus dibenahi, mulai dari hal yang sepele hingga yang paling krusial, sebagiannya adalah :

1. Infrastruktur. Perlu di bangun sarana transportasi yang lebih nyaman dan terkoneksi mulai dari bandara ke pusat kota dan ke berbagai atraksi wisata dengan harga yang terjangkau. 2. Informasi terbaru Jika suatu kota atau tempat wisata mempunya situs, harus selalu di perbaharui dengan informasi terbaru, seperti harga tiket masuk, jam buka dan tutup, arah jalan menuju ke lokasi dengan peta, dan lainnya. 3. Fasilitas untuk booking online ke berbagai macam transportasi umum seperti Kereta Api, kapal Laut, dengan cara pembayaran yang lebih praktis dan efisien 4. Birokrasi di bandara harus lebih dipermudah, berantas calo dan orang-orang yang tidak berkepentingan tidak perlu ada di bandara. 5. Sumber Daya Manusia harus mengupgrade diri, misalnya belajar bahasa Inggris, ketrampilan hospitality yang lebih baik 6. Keamanan. Kasus bom Bali langsung mengguncang dunia pariwisata dengan turunnya jumlah wisatawan yang datang, tetapi apakah banyak wisatawan yang mengalihkan tujuannya ke kota lain di Indonesia yang dianggap lebih aman ? Saya yakin ada, tetapi jumlahnya sedikit sekali. Lain halnya ketika ada demonstrasi di kota Bangkok , beberapa wisatawan yang sudah terlanjur membeli tiket ke Thailand, langsung mengalihkan tujuan ke kota besar lainnya, seperti ChiangMai. 7. Kebersihan Banyak teman asing saya sering heran mengapa di jalanan atau suatu tempat jarang terlihat ada tempat sampah. Keindahan suatu tempat akan tercoreng jika ada banyak sampah menggunung disitu 8. Kenyamanan. Toilet umum baik di suatu tempat ataupun kendaraan seperti kapal laut, harus dalam kondisi bersih dan nyaman. Di Thailand baik itu di kereta ekonomi, toilet terminal bus, di atas kapal feri, pasar, saya tidak pernah menemukan toilet yang kotor. 9. Kelengkapan sarana / prasarana suatu tempat, seperti membuat arah ke toilet , petunjuk jalan ke stasiun kereta api dalam 2 bahasa, dan banyak lainnya lagi. Karena banyak pula wisatawan yang lebih senang jalan sendiri berbekal peta daripada ikut dalam grup.

10. Dan tentu saja promosi ! Phuket mendapat banyak sorotan ketika acara reality show “Keeping Up with The Kardashian” show di sana. Beri liburan gratis kepada beberapa selebriti dunia, karena nanti mereka saat berlibur disini akan mempublikasikannya kepada dunia akan keindahan Indonesia dan para fans nya yang tidak pernah tahu tentang Indonesia akan melihat bahwa ada sebuah negara indah di belahan dunia lain yang harus dimasukan dalam daftar tujuan destinasi berlibur mereka selanjutnya ! Jadi, jika Indonesia ingin mendapat lebih banyak wisatawan, kuncinya hanya seperti kata Presiden Jokowi di saat pelantikannya, kerja , kerja , kerja !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun