Mohon tunggu...
Chasanah Novambar Andiyansari
Chasanah Novambar Andiyansari Mohon Tunggu... -

mahasiswi Fakultas Ekonomi UII

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Iklan Wanita Cantik

8 Desember 2013   11:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:11 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin banyaknya acara televisi, membuat para seponsor makin banyak yang beriklan. Ditambah lagi para konsumen yang tertarik dengan produk tersebut membuat para produsen terus-menerus membuat iklan dengan berbagai macam variasi. Bahkan satu produk saja mungkin mempunyai 2 sampai 3 macam iklan namun dengan model yang berbeda.

Masih di kegiatan dan suasana yang sama, seusai beraktivitas sembari istirahat saya habiskan unntuk menonton televisi sejenak. Acara musik live menjadi pilihan saya, banyak nya host membuat acara seperti ini sangat khas. Akan tetapi acara yang sangat menghibur tersebut hanya berdurasi sekitar 4-5menitsaja dan iklan yang seharusnya hanya untuk memberi jeda malah lebih lama sekitar 6menit lebih.

Hal ini tentu saja membuat saya bosan dan jenuh, akhirnya saya memindah channel lain yang ternyata tayangannya adalah iklan dan iklan. Belum lagi iklan yang sedang tern pada jaman sekarang adalah iklan tentang kecantikan kulit wajah, pemutih wajah, pemutih tubuh dan hal-hal yang berbau dengan “wajah putih wanita cantik”. Hampir semua produk mayoritas bersaing tentang produk kecantikan untuk wanita. “kenapa wanita?” “kenapa bukan pria saja?”

Namun benar adanya, iklan televisi di rajai mayoritas perempuan, entah iklan kecantikan, makanan, peralatan rumah tangga, yang hanya menonjolkan kemolekan tubuh wanita belaka. Seolah-olah televisi menganggap wanita adalah sasaran empuk untuk menarik konsumen atas barang yang ditawarkannya.

Akan tetapi yang saya angkat bukan tentang apa niat atau tujuan sangprodusen terhadap model wanita cantik. Tapi lebih menjorok ke barang yang diiklankan oleh model wanita cantik. Indonesia adalah negara yang terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil, jarak berjauhan membuat kepulauan Indonesia mempunnyai suku, ras, dan adat istiadat yang berbeda-beda. Mulai mata sipit hingga mata besar, kulit putih hingga kulit hitam, rambit lurus dan rambut keriting., tinggi pendek dan lain sebagainya.

Perbedaan tersebutlah membuat negara Indonesia ini kaya akan kebudayaan. Namun bila kita sudah melihat iklan di televisi yang hanya mengunggulkan dan menghipnotis kita bahwa wanita cantik adalah wanita putih, tinggi, rambut lurus. Seakan-akan tidakadil, bila kita mereview dari pembahasan diatas dimana para produsen selalu menggunakan model wanita cantik untuk barang yang ditawarkannya.

Kalau seperti itu, apakah tidak kasian dengan saudara kita yang berada di Papuan sana. Yang “mungkin” tanpa kita sadari mereka bersedih dengan keadaan “fisik” yang berbeda dengan ditelevisi yang selama ini kita di cekoki dengan iklan seperti itu. Serta daerah-daerah lain yang juga merasa dirinya tidak sesempurna model wanita yang ada di iklan tersebut.

Alangkah baiknya para produsen tidak melulu menforsir dengan hal seperti itu, karena penonton televisi itu bermacam-macam dan tersebar dari Sabang sampai Meraoke. Namun tidak disalahkan juga beriklan seperti itu karena itu cara ampuh untuk menarik konsumen. Yang terpenting ingatlah bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Dan kecantikan atau ketampanan tidaklah selalu diukur dengan warna kulit atau kemolekan tubuh, tetapi lebih kepribadi dan hati kita. Pintar-pintarlah memilih dan memilah mana yang baik dan mana yang buruk bagi kita. Karena kalau kita mensyukuri atas karunia-Nya dan menghargai diri kita sendiri makan ini lah yang dinamankan kecantikan yang sesungguhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun