Mohon tunggu...
Charoline Trinanda
Charoline Trinanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik, Universitas Kristen Indonesia

"In politics, stupidity is no defect." - Napoleon Bonaparte

Selanjutnya

Tutup

Politik

Analisis Dampak Perubahan dan Tantangan Kabinet Prabowo-Gibran dalam Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah

5 November 2024   22:07 Diperbarui: 5 November 2024   22:18 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kabinet Prabowo-Gibran, yang terbentuk setelah Pemilu 2024, membawa perubahan bagi  pemerintahan Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah. Kombinasi antara Prabowo Subianto, yang memiliki rekam jejak panjang dalam pemerintahan dan militer, serta Gibran Rakabuming Raka, yang merupakan sosok muda dengan latar belakang politik dan bisnis, menciptakan harapan akan terciptanya pemerintahan yang lebih terkoordinasi dan efisien. Salah satu dampak signifikan yang dapat dihasilkan oleh kabinet ini adalah perubahan dalam hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, yang berpotensi mengarah pada satu permasalahan utama : memperkuat kesatuan dan efisiensi birokrasi nasional dalam menghadapi tantangan pembangunan yang semakin kompleks. Seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan publik yang lebih baik dan pemerataan pembangunan, hubungan antara pemerintah pusat dan daerah menjadi salah satu aspek yang sangat krusial. 

Dalam konteks ini, kabinet yang dipimpin oleh Prabowo dan Gibran diharapkan dapat mengatasi masalah koordinasi yang selama ini kerap menjadi penghalang dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan. Sering kali, kebijakan yang digulirkan di tingkat pusat tidak dapat sepenuhnya diimplementasikan dengan baik di daerah akibat kurangnya komunikasi dan sinkronisasi antara kedua pihak. Hal ini sering menimbulkan ketegangan dan bahkan perbedaan prioritas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 

Presiden Prabowo, dengan kapasitasnya sebagai tokoh senior di pemerintahan dan keahlian dalam hal pertahanan dan keamanan, dipandang mampu membawa stabilitas nasional yang lebih baik, yang pada gilirannya akan memfasilitasi hubungan lebih lancar antara pusat dan daerah. Wakil presiden Gibran, yang lebih dekat dengan generasi muda dan memahami kebutuhan dinamis dunia usaha serta pentingnya digitalisasi dalam pelayanan publik, juga diharapkan dapat membuka peluang baru dalam cara-cara pemerintah berinteraksi dengan masyarakat, termasuk di tingkat daerah. Kedua sosok ini memiliki kesempatan untuk membangun jembatan yang lebih kokoh dalam sistem pemerintahan Indonesia yang semakin terdesentralisasi. Sebagai masyarakat didalam suatu negara tentu ada pula harapan agar kabinet ini dapat mempercepat desentralisasi fiskal dan memberikan otonomi yang lebih besar kepada daerah dalam menentukan kebijakan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan lokal. 

Dalam banyak kasus, daerah memiliki pemahaman yang lebih mendalam mengenai kondisi sosial, ekonomi, dan budaya setempat, namun sering terhambat oleh aturan yang terlalu rigid dari pusat. Dengan memperkuat hubungan yang lebih harmonis antara pusat dan daerah, kabinet Prabowo-Gibran dapat menciptakan ruang bagi daerah untuk lebih kreatif dalam merancang kebijakan pembangunan yang lebih responsif dan berbasis pada potensi lokal, sekaligus menjaga kesatuan dan soliditas nasional. Pada sisi lain, tantangan utama yang dihadapi kabinet ini adalah bagaimana memastikan bahwa otonomi daerah tidak mengarah pada fragmentasi atau perbedaan yang terlalu mencolok antarwilayah. Indonesia adalah negara yang luas dan kaya akan keragaman, baik dari segi budaya, geografi, maupun ekonomi. Oleh karena itu, perlu ada mekanisme yang dapat menjaga keseimbangan antara otonomi daerah dengan kewajiban untuk menjaga kesatuan negara. Kabinet ini harus memastikan bahwa kebijakan yang diambil di tingkat pusat dapat diterjemahkan secara adil dan efektif di seluruh daerah, sambil menghormati perbedaan kebutuhan dan aspirasi lokal.

Dampak dari hubungan yang lebih erat dan terkoordinasi antara pusat dan daerah ini diharapkan dapat membawa perubahan signifikan dalam percepatan pembangunan di seluruh Indonesia. Dengan adanya kebijakan yang lebih terarah, responsif, dan berbasis data, baik pemerintah pusat maupun daerah dapat lebih efektif dalam mengatasi tantangan yang dihadapi, mulai dari masalah infrastruktur, pendidikan, kesehatan, hingga ekonomi. Pada akhirnya, tujuan utama yang ingin dicapai adalah menciptakan Indonesia yang lebih maju, adil, dan sejahtera, di mana setiap daerah merasa diperhatikan, namun tetap dalam bingkai kesatuan negara yang utuh. Dalam perjalanan kabinet Prabowo-Gibran, terbentang peluang besar untuk menciptakan model pemerintahan yang lebih kolaboratif antara pusat dan daerah. Jika hubungan ini dapat dikelola dengan baik, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan lebih siap menghadapi tantangan global dan domestik yang semakin kompleks, sambil tetap menjaga keberagaman yang menjadi kekuatan bangsa.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun