Makan tak bisa, tidur tak bisa
Mati tak dipanggil
Seruan-seruan kaum tertindas
Kehidupan manusia bagaikan langit dan bumi, perbedaan ini yang menimbulkan permasalahan sosial dalam masyarakat. Sebagian orang kaya, sebagian orang hidup berkecukupan dan sebagian orang hidup dalam kemiskinan. Kaum kaya penuh dengan rasa syukur pada Tuhan atas anugerah kehidupan yang diperoleh.Â
Kaum miskin mempertanyakan keberadaan Tuhan. Mengapa Tuhan tidak adil? Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin menderita. Tuhan, dimanakah Engkau? Kemungkinan isi hati sebagai orang miskin seperti ini. Sebagian orang menginginkan agar cepat meninggal daripada terus-menerus hidup dalam penderitaan.Â
Kemiskinan membawa seseorang tidak dapat makan, tidak dapat makan membuat seseorang tidak dapat tidur dengan nyenyak. Ketimpangan sosial ini menciptakan situasi martabat manusia direndahkan.
Saya secara pribadi pernah mengalami situasi kelaparan. Waktu itu pada masa kuliah, saya kehabisan uang. Saya mengunakan uang makan untuk keperluan kampus. Sehingga saya tidak dapat makan selama dua hari, hanya minum air saja.Â
Saya merasakan saat perut kosong untuk tidur dengan nyenyak akan sulit. Ingin rasanya dipanggil Tuhan saja. Saya baru mengalami peristiwa tidak makan hanya selama dua hari, bagaimana dengan mereka yang tidak makan berhari-hari atau kadang makan dan kadang tidak.
 Orang yang berduit, terlambat makan saja, mengeluhnya banyak sekali. Atau orang berduit salah sedikit saja rasa makanan protes dan marah pada pembantu luar biasa. Sedangkan bagi kaum miskin, nasi putih sudah cukup, yang penting perut terisi.
Persoalan sosial dalam masyarakat sebagian orang kaya dan sebagian orang miskin berujung pada keburukan dengan perendahan martabat sebagai manusia. Yang miskin akan ditindas orang kaya sebagai pekerja, dan harga dirinya tidak bernilai sama sekali.Â
Dia akan menjadi pribadi yang patut pada kaum kaya. Sehingga kesalahan sedikit yang dilakukan kaum miskin, kemarahan dari kaum berduit berkepanjangan "jurus seribu kata", melupakan segala kebaikan yang pernah dilakukan.Â
Contoh saja, apabila kaum berduit yang melakukan kesalahan, biasa saja dan sebaliknya, kesalahan sedikit kaum miskin, kemarahan meledak hingga berujung pada penghinaan.
Martabat sebagai kaum miskin direndahkan dan tidak berdaya. Dari berbicarapun dapat terlihat perendahan martabat ini. Kalau yang tak berduit berbicara, tidak didengarkan atau diabaikan, berbeda sebaliknya.Â