Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Budaya Belis di Manggarai dalam Menikah: Apakah Alasan Menunda Menikah?

16 Februari 2024   02:51 Diperbarui: 16 Februari 2024   03:12 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menikah adalah sebuah pilihan dalam hidup dan pernikahan tergantung pada kesiapan dari pribadi itu. Pernikahan sebuah ikatan janji sehidup semati atau seumur hidup. Ikatan janji itu dipersatukan oleh budaya. Budaya mengikat perkawinan agar berlangsung hingga maut memisahkan. Dalam perkawinan itupun disaksikan oleh keluarga besar dari kedua mempelai. Keluarga dari kedua mempelai dipertemukan untuk membicarakan kesepakatan berkaitan dengan belis (Mas Kawin) yang mesti diantar oleh kaum keluarga laki-laki ke kaum keluarga perempuan. Selain itu dibahas juga waktu untuk pernikahan secara agamanya. Dalam budaya Manggarai belis itu sangat diperhatikan dan seharusnya dilaksanakan. belis dalam budaya Manggarai adalah sebuah penghargaan dari keluarga laki-laki untuk keluarga perempuan. Mengapa harus laki-laki yang membawa belis? Pertanyaan ini akan dijawab dalam ulasan tulisan ini.

Tuntutan budaya ini tidak dalam arti bahwa sudah ditentukan secara umum dalam daerah, suku, desa bahwa nominal belisnya dengan jumlah seperti ini. Budaya belis tergantung pada kesanggupan. Budaya belis tidak membanding-banding dengan keluarga lain yang dengan nilai melebihi kemampuan kita. Tuntutan utama dalam budaya belis itu adalah tanggungjawab dan saling mengenal kaum keluarga. Supaya dapat saling menyapa saat berjumpa. Tuntutan belis bukan terletak pada nominal melainkan penghargaan. Singkatnya, agar kaum keluarga dapat mengenal pasangan dari adik atau kakak mereka, sehingga ketika bertemu entah jalan dengan siapa, dimana, kapan dapat dikenal itu pasangan dari adik, kakak, anak, dan lain sebagainya.

Budaya Belis Di Manggarai

Di daerah Manggarai budaya belis selalu diperhatikan oleh kaum keluarga yang akan menikah. Sebelum melangsungkan pernikahan secara agama, terlebih dahulu kaum keluarga dari kedua mempelai dipertemukan dalam urusan adat. Istilah-istilah adat dalam budayapun mulai diucapkan oleh kedua juru bicara dari kedua mempelai yang biasa disebut tongka.

Keluarga laki-laki yang mengantarkan belis ini disebut dengan istilah wagal. Kaum keluarga laki-laki dan juru bicara pergi ke keluarga kaum perempuan. Berapa belis yang mereka antarkan? Itu tergantung komunikasi sebelumnya antara orang tua dari kedua mempelai untuk gambaran umumnya.

Dalam acara adat mengantar-menerima belis ini terjadi seni dengan istilah-istilah adat yang diucapkan oleh juru bicara (tongka). Selain itu ada juga ritual-ritual adat yang dilaksanakan dalam acara ini.

Yang mengantar belis itu adalah keluarga dari kaum laki-laki. karena nantinya mempelai perempuan akan tinggal dengan suaminya atau melayani suaminya dalam arti yang positif. Sebagian besar kehidupan kaum perempuan selanjutnya bersama keluarga besar kaum laki-laki.

Belis itu sebagai ucapan terimakasih dari keluarga laki-laki kepada keluarga perempuan karena telah menjaga tulang rusuk dari anak mereka. Telah mendidik menuju kearah kedewasaan. Maka, "jumlah uang dalam upacara belis ini tidak dipaksakan harus dilunasi semuanya, atau jumlahnya melampaui kemampuan keluarga kaum laki-laki". Dalam acara wagal ini tergantung kemampuan dari keluarga kaum laki-laki. yang terpenting dibicarakan dengan baik melalui istilah-istilah adat oleh juru bicara.

Tuntutan Budaya

Tuntutan budaya belis dalam menikah ini dapat mendorong orang untuk menunda menikah dan bekerja keras mengumpulkan uang. Ada orang yang ketika ditanya waktu menikah. Terdapat beberapa orang menjawab belum ada uang. Dapat disimpulkan bahwa tuntutan budaya bisa menimbulkan terdapat orang mengambil keputusan untuk menunda menikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun