Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Teing Tinu Dalam Budaya manggarai: Upacara Simbolik Terima Kasih pada Orangtua, Acara Berlinang Air Mata, Begini Acaranya

12 Februari 2024   05:39 Diperbarui: 12 Februari 2024   05:40 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://klikbmi.com

Budaya Manggarai memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Begitu banyak kekayaan budaya yang menampilkan acara-acara syukur atas kebaikan yang dialami. Salah satu budaya yang ada di daerah Manggarai adalah budaya teing tinu. Acara ini merupakan acara sebagai rasa terimakasih dari anak-anak kepada orang tua untuk jasa yang telah membesarkan mereka. Acara ini berupa simbol-simbol adat yang akan dilakukan oleh anak-anak mereka. Bukan berarti ada kalkulasi pengeluaran orang tua selama membesarkan anak. Acara ini hanya simbol bahwa anak merasa bersyukur dan menyadari akan pengorbanan orang tua selama membesarkan mereka. Dalam acara ini kaum keluarga besar diundang, tua-tua adat di kampung juga diundang untuk menyaksikan acara ini. Yang pasti juga adalah pembicara adat (tukang torok), yang akan memandu acara itu.

Terima Kasih Kepada Orang tua

Acara teing tinu ini sebagai sebuah simbol acara terim kasih kepada orang tua untuk jasa-jasa mereka yang telah membesarkan anak-anaknya. Anak-anak mereka hadir untuk mengikuti acara atas kesadaran kasih sayang dan cinta orang tua mereka. Kesadaran akan suka duka dari orang tua membesarkan mereka. Orang Manggarai sering menyebut acara ini dengan "balas jasa" atas seluruh pengorbanan orang tua. Terima kasih dari anak-anak ini bukan hanya terbatas pada simbol acara itu berlangsung, melainkan pengorbanan mereka sebagai anak-anak untuk merawat orang tua selanjutnya.

Dalam setiap keluarga tentu memiliki suka dan duka masing-masing. Sebagai anak-anak tentu dalam acara ini akan merenungkan pengalaman-pengalaman unik yang dialami saat masih kecil hingga saat itu bersama orang tua. Entah itu pengalaman suka maupun pengalaman duka. Dari sebab itu, cerita-cerita masa lalu mulai diceritakan lagi yang membuat air mata menetes dipipi.

Anak-anak biasanya mengatakan bahwa kami tidak mampu membalas jasa dan budi baik bapa-mama selama ini membesarkan kami, yang dapat kami lakukan hanyalah ucapan terimakasih. Kata-kata ini juga yang membawa orang tua itu menangis dan menjawab: kami juga sudah merasakan hasil kerja kalian dengan merawat kami dan menyediakan makanan untuk kami setiap hari diusia kami yang tidak lagi produktif. Kata-kata dari anak-anak dan orang tua yang mengharukan.

Acara ini menunjukkan bahwa orang Manggarai sangat menghargai orang tua dan selalu bersyukur akan pengalaman hidup yang terjadi. Orang tua dianggap guru pertama dalam hidup, yang mengajarkan pahit-manisnya hidup serta kebaikan-kebaikan dalam menjalankan hidup. Dengan tujuan agar suatu saat bisa menjadi orang yang bisa berguna bagi orang lain.

Terimakasih kepada orang tua ini adalah kesadaran dari anak-anak akan pencapaian mereka diusia yang sudah dewasa karena didikan yang luar biasa dari orang tua. Ungkapan terimakasih itu bukan hanya sebatas kata-kata melainkan juga dengan perbuatan-perbuatan kebaikan selanjutnya. Perbuatan yang menjadi orang tua yang baik juga bagi anak-anak kita. Dengan menjadikan orang tua kita sebagai contoh yang baik untuk mendidik anak-anak kita selanjutnya atau cucu-cucu mereka.

Kapan Acara Ini Dilaksanakan

Pertanyaan mendasarnya adalah mengenai waktu acara ini dilaksanakan. Sebenarnya mengenai waktu acara ini dilaksanakan tergantung dari kesepakatan bersama anak-anak saat melihat kondisi kesehatan dan usia dari orang tua. Biasanya apabila orang tua sudah usia lanjut acara ini dilaksanakan juga apabila orang tua sudah mengalami sakit dan sedang dalam kondisi kritis. Anak-anak biasanya secara simbolik melakukan ritual adat ini. Ucapan terimakasih secara simbolik adat atas jasa orang tua. Acara teing tinu bisa dilakukan hanya untuk bapa saja atau hanya untuk mama saja tergantung dari situasi yang terjadi. Acara teing tinu ini dilakukan di pagi hari dan saat tamu yang diundang sudah hadir untuk menyaksikan acara itu.

Berkumpul Bersama Seperti Masa Kecil

Setelah sudah dewasa dan memiliki keluarga masing-masing anak dari orang tuapun mulai berpencar mencari nafkah. Ada yang merantau dan juga tinggal bersama orang tua. Waktu untuk berkumpul bersama jarang terjadi bahkan tidak terjadi lagi seperti masa kecil. Saat acara teing tinu ini adalah momen yang tepat untuk kembali berkumpul bersama seperti masa kecil. Untuk mengenang kembali masa kecil. Mungkin itu saat-saat terakhir berkumpul bersama bersama orang tua yang di teing tinu di masa hidupnya. Sebab menurut saya setelah acara ini selesai anak-anak kembali ke tempat kerja masing-masing.

Berlinang Air Mata, Bapak Pergi Sebelum Teing tinu

Saya ingin menceritakan pengalaman saya dalam acara teing tinu bapak saya. Jadi bapak saya mengalami sakit kritis selama tiga bulan dan dirawat di rumah sakit. Belum sempat kami melaksanakan acara teing tinu beliau sudah meninggal dunia. Apakah tetap bisa dilakukan acara teing tinu? Tetap bisa dilakukan dengan ritual adat ada. Hanya perbedaannya orang tua tidak menjawab lagi. Disitulah sedihnya. Dari pengalaman ini saya secara pribadi merasa terpukul karena tidak mendengarkan nasihat dan pesan terkahir dari bapak di acara adat yang bermakna ini. Saat acara dilaksanakan, bapakku sudah terbaring tak berdaya di tempat tidur menunggu waktu dikuburkan. Tetesan air mata dari kami anak-anak pun terjadi yang tidak menduga peristiwa seperti itu terjadi.

Begini Acaranya

Ritual adat teing tinu itu dilakuan dengan mengundang kaum keluarga tua-tua adat. Bahannya berupa ayam juga bisa babi yang sembelum disembelih diritual adatkan terlebih dahulu oleh pembicara adat yang dipilih. Setelah disembelih, daging dari hewan kurban itu dimasak di suapin ke orang tua kita.

Peristiwa menyuapi orang tua dengan makanan ritual adat teing tinu ini mengingat kita kembali lagi ke masa kecil kita. Dengan orang tua kita menyuapi kita makanan. Kemudian kita mencium tangan orang tua kita, bahkan tanpa kata-kata yang diucapkan, hanya air mata saja. Sebab tidak mampu lagu mengungkapkan kata-kata. Kata-kata tidak penting dan tidak mampu membalas semuanya.

Menghargai Orang tua

Dari acara teing tinu ini, pesan yang disampaikan adalah rasa syukur dan terimakasih kepada Tuhan yang telah menitipkan kita kepada orang tua kita dan ras syukur kepada orang tua yang telah membesarkan kita. Acara teing tinu ini mengajarkan kepada kita untuk bisa menghargai orang tua kita. Saat mereka sudah tua tak berdaya, bahkan sakit tidak dapat bangun sendiri di tempat tidur atau bahkan berak di tempat tidur, kita harus tetap merawat dan menghargai mereka. Kita harus kembali ke masa kecil kita, yang juga tidak dapat melakukan apa-apa, orang tua tetap menjaga kita meskipun kita berak dan kencing di tempat tidur. Mengapa saya mengungkapkan ini? Karena saya melihat ada anak-anak yang tidak merawat orang tuanya yang sedang sakit dengan baik bahkan merasa jijik.

Orang tua tidak membutuhkan harta berlimpahmu disaat kamu sudah menjadi orang kaya. Orang tua tidak membutuhkan jabatanmu disaat kamu sudah memiliki jabatan yang tinggi. Larena orang tua tidak membesarkan kamu dengan uang dan jabatan melainkan dengan cinta dan kasih sayang. Oleh karena itu, jika kita sudah menjadi orang berduit, jangan terbiasakan merawat orang tua yang sudah lanjut usia dengan membayar orang untuk merawat dan kita sendiri jijik. Orang tua tidak jijik saat membesarkan kita.

Kepuasan

Saat kita sendiri yang merawat orang tua kita yang sedang sakit adalah membawa kepuasan tersendiri bagi kita. Teing tinu yang sesungguhnya adalah terletak pada perbuatan yang nyata ini bukan hanya sekedar symbol adat karena takut leluhur. Saya ingat saat merawat bapaku di rumah sakit sebelum beliau pergi meninggalkan kami selamanya. Kami merawatnya dengan sungguh selama hampir tiga bulan di rumah sakit. Kami rela bergantian tidur untuk merawatnya. Kami rela meninggalkan pekerjaan kami masing-masing untuk merawat beliau. Meskipun beliau pergi untuk selama-lamanya dari hidup kami, kami merasa puas telah merawatnya dengan baik di saat terakhir kehidupannya. Bagi kami teing tinu yang sesungguhnya ada pada perbuatan itu sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun