Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Februari Bahagia atau Sedih di Indonesia di Valentine Day

1 Februari 2024   02:03 Diperbarui: 1 Februari 2024   02:06 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

FEBRUARI BAHAGIA ATAU SEDIH DI INDONESIA DI TENGAH VALENTINE DAY

Pada tanggal 14 Februari 2024 kita bangsa Indonesia akan menentukan keberadaan bangsa di beberapa tahun ke depan. Kita bangsa Indonesia yang berumur 17 tahun ke depan sebagai pemilih yang menentukan itu. Apakah anak yang berusia 17 tahun mengetahui alasan memilih pasangan calon yang dipilih? Ataukah karena arahan dan dorongan dari orang tua atau keluarga. Anak-anak yang dalam tanda kutik baru menyelesaikan Pendidikan jenjang SMA, apakah mereka paham politik? Ataukah keberadaan situasi pemilihan yang berlangsung tanggal 14 Februari 2024 ini akan merusak kebahagian hari valentine day. Hari yang bagi anak muda berpesta, bertukar kado, namun karena situasi politik beda pilihan akan menjadi fenomena permusuhan. Sudahkah bersosialisasi ke anak-anak pemilih untuk pertama kalinya mengenai politik. Berapa lama sosialisasinya, jika satu hari, apakah cukup menjelaskan tentang politik, dan memilih berdasarkan suara hati?

Dalam situasi di pemilu tahun ini, saya melihat bahwa akan ada konflik yang terjadi. Situasi debat di media-media mempengaruhi psikis dari para pemilih. Mereka akan hidup dalam tanda tanya. Benarkah calon yang bersangkutan seperti itu. Apakah benar persoalan etika menentukan kemajuan bangsa atau justru yang diperhatikan kecerdasannya yang diimbangi etika. Gaya bicara tidak menjadi tolak ukur keburukan etika seseorang. Gaya bicara sebagai bagian dari kekhasan seseorang berdasarkan pemahamannya. Yang menjadi tolok ukur etika yang buruk menurut saya adalah caci maki. Dalam perdebatan yang dinilai adalah kecerdasan berpikir melihat permasalahan yang ada. Mengapa etika yang dinilai?

Bagaimana solusi yang mesti diambil oleh pemerintah agar kebahagiaan di valentine day tetap ada meskipun dalam situasi pemilihan. Mesti dipikirkan dari sekarang oleh pihak pemerintah. Agar isu-isu yang dibicarakan oleh media selama ini mengenai pasangan calon dan hasil perhitungan sementara tidak menjadi pemicu konflik.

Apa penyebab konflik setelah pemilihan? Saya melihat bahwa penyebab konflik setelah pemilihan adalah pawai kemenangan dari pendukung pasangan yang menang di daerah tersebut atau TPS tertentu dalam hal kecilnya. Pawai dengan kata-kata yang memprovokasi. Situasi ini mendorong tim lawan yang kalah sakit hati dan terjadilah konflik.

Situasi pemilih Umur 17 tahun

Apakah pemilih awal mengerti politik dan tujuan memilih? Apakah mereka memilih berdasarkan suara hati nurani? dalam pemikiran saya, melihat bahwa belum tentu semua pemuda pemilih awal memilih berdasarkan suara hati nurani karena mengerti politik dan memahami jejak dari seorang calon. Menurut saya mereka memilih berdasarkan kelompok mereka bergaul dan atas dorongan dari orang tua. Kemungkinan besar juga mereka akan golput dan bahkan tidak membuka kotak suara saat di tempat pemilihan dan langsung saja menusuk kertas itu. Ini hanya kemungkinan besar. Jadi kemungkinan besar golput itu pada usia pemilih pertama. Pemerintah harus sebenarnya teliti melihat situasi pada remaja pemilih awal ini.

Apalagi situasi pemilu ini bertepatan dengan hari valentine day, kemungkinan besar anak remaja ini lebih mementingkan kumpul Bersama teman di valentine day dan mengabaikan datang ke tempat pemungutan suara. Dalam pemikiran mereka untuk apa kami memilih.

Hindari konflik

Menurut saya konflik setelah perhitungan sementara itu dapat diatasi dengan melarang merayakan kemenangan dengan arakan-arakan pawai motor atau mobil sambal berteriak-teriak. Kemudian tidak boleh diijinkan adanya pesta kemenangan dengan bergoyang pada tempat tertentu misalnya saja rumah. Kemungkinan besar ada alcohol dalam pesta kemenangan itu. Apabila orang-orang sudah minum alcohol dan setelah keluar dari tempat itu apalagi anak muda, kemungkinan akan pawai di jalan dan mengeluarkan kata-kata provokasi. Ini akan menganggu ketertiban umum. Bahkan bisa menimbulkan kecelakaan.

Jangan mengijinkan pesta dengan alasan valentine day

Di valentine daya tahun ini menurut saya tidak boleh mengijinkan anak-anak muda merayakannya dalam kelompok bergaul mereka. Kemungkinan besar mereka datang dari tempat pemilihan dan berbeda dukungan. Dan terjadilah perdebatan dan kemungkinan bisa terjadi membanggakan calonnya masing-masing dan bisa saja merendahkan calon lain. Peristiwa ini bisa menimbulkan konflik diantara mereka. Dari peristiwa diantara mereka bisa melibatkan orang tua. Dari persoalan kecil bisa menjadi persoalan besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun