Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maafkan Ibu Nak

1 April 2021   13:22 Diperbarui: 1 April 2021   13:56 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta seorang ibu kepada seorang anaknya tak akan purnah oleh waktu. Apapun yang dihadapi, seorang ibu tetap mencintai anaknya. Ibu dengan segala cara berusaha agar anaknya bahagia dan bertahan hidup. Kebahagian anak membawa kebahagiaan juga bagi ibu. Alasan untuk bertahan hidup dalam penderitaan dari seorang ibu adalah anak. Dalam diri sudah dibangun rasa tanggungjawab untuk melindungi darah dagingnya.

Ibu Dian seorang ibu yang cantik, gadis yang sangat disukai banyak lelaki pada masa mudanya. Putih, hidung mancung, pipi lesung dan body gitar itulah sosok ibu Dian. Sepuluh tahun yang lalu ibu Dian, kenal dengan banyak pria yang kaya. Hampir semua orang yang ingin menikah dengan bu Dian adalah lelaki kaya. Setiap kali datang ke rumahnya, setiap lelaki selalu memamerkan harta kekayaan, dengan mobil mewah, style dan sebagainya. Bukan berarti ibu Dian seorang gadis matre. Dia seorang gadis yang pendiam dan alim saat masih mudah.

Waktu itu Dian pun akhirnya memilih menikah dengan Rikar, seorang pria yang juga tampan dan kaya raya. Rikar seorang pria pengusaha yang terkenal dengan kekayaannya. Dia selalu bekerja keras agar memiliki harta kekayaan. Baginya waktu adalah uang. Untuk itu setiap waktu harus dijalankan dengan kerja agar dapat menghasilkan uang.

Pada pernikahannya dengan Rikar berlangsung dengan acara yang mewah. Betapa bahagianya Dian, kata teman-temannya. Menikah dengan seorang pria yang kaya raya, baik dan tampan. Bagaimana tidak, pernikahannya berlangsung disebuah hotel mewah dengan pesta selama tiga hari. Tamu-tamu yang hadirpun, ada yang datang dari luar kota.

Satu tahun pernikahan, mereka dikaruniai oleh seorang anak laki-laki yang bernama Rian. Nama Rian sebagai singkatan dari Rikar-Dian. Betapa bahagianya mereka dengan kelahiran putra pertama mereka ini. Mereka pun melakukan syukuran atas kelahiran dari putra pertama mereka ini.

Rian sudah berumur kurang lebih lima tahun. Betapa bahagianya mereka di hari ulang tahun kelima Rian. Mereka menghadiahkan sebuah mobil mewah di hari ulang tahun Rian. Keluarga mereka betapa bahagiannya dihari ulang kelima Rian, ditambah lagi sang Ayah mendapatkan proyek baru yang sangat besar.

Hujan dan badai akan datang kapan saja, rencana Tuhan tidak bisa dihindari manusia. Tuhan sudah merencanakan segala sesuatu untuk kehidupan manusia. Manusia yang hanya datang untuk berziarah di bumi ini tak dapat melawan rencana Tuhan, karena Dialah pemegang kehidupan.

Sore itu setelah ulang tahun Rian, ayahnya minta izin untuk pergi keluar kota melihat proyek barunya. Akan tetapi sang istri melarangnya untuk pergi. Istrinya mengatakan, mas..janganlah pergi dulu, biarkan besok baru pergi. Akan tetapi karena prinsip hidup dari Rikar yang waktu adalah uang membuat dia tidak mau mendengarkan suara sang istri.

Sepertinya dipesta hari ulang tahun kelima Rian menjadi momen bahagia kebersamaan mereka yang terakhir kalinya. Peristiwa yang malang menimpa keluarga mereka, sang ayah tertimpa kecelakaan, saat hendak pergi untuk melihat proyeknya. Dia mengalami kecelakaan bertabrakan dengan sebuah truk di tengah jalan bersama sopirnya. Hari itu memang hujan sangat lebat. Nyawa Rikarpun tak diselamatkan, dia meninggal di tempat kecelakaan. Betapa terpukulnya Dian mendengar berita itu, sepertinya hidup tak dimaukannya lagi. Dia ingin mati pergi bersama suaminya. Betapa terkejutnya lagi saat Dian membaca isi surat ddibalik kado bungkusan kunci mobil yang diberikan Rikar kepada anaknya. Nak, usiamu lima tahun, betapa bahagianya ayah, jadilah anak yang baik untuk ibumu. Itulah isi pesan dari sang ayah. Sepertinya sang ayah sudah mengetahui takdirnya.

Dua tahun telah berlalu dengan kepergian Rikar suami Dian, rupanya kebahagiaan sang anak Rian akan hilang lengkap dari hidupnya. Dian yang kini kembali tampil cantik disukai oleh banyak lelaki, apalagi ditambah dengan harta kekayaan peninggalan Rikar yang berlimpah. Dianpun kembali jatuh cinta dengan seorang lelaki tampan. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menikah.

Rian sebagai seorang anak kecil tidak menyukai ibunya menikah lagi, dia tidak suka dengan sosok ayah baru baginya. Akan tetapi, ibunya terus memarahi Rian dan meminta agar menyukai ayah barunya. Rian tetap tidak suka dan terpaksa untuk menyukai ayah tirinya.

Sepertinya ikatan batin Rian dan ayahnya alamarhum Rikar masih ada, apa yang diucapkan Rian seperti dorongan batin sang ayah dan juga sepertinya Rian selalu teringat dengan pesan terakhir ayahnya, agar menjaga ibunya. Suami baru Dian ternyata seorang laki-laki yang sudah memiliki tiga orang istri. Dia mau menikah dengan Dian hanya karena harta kekayaannya. Rencana dari laki-laki itu untuk mengambil seluruh harta kekayaannya.

Suatu hari betapa kagetnya, Dian ketika melihat isi pesan di ponsel suami barunya. Pak, gimana udah berhasil belum ngambil hartanya. Kami merindukan bapak. Dian terpukul membaca pesan itu dan lebih terpukul lagi saat dia mengecek satu persatu isi ponsel lelaki bejat itu dan mulai mengetahui kalau dia sudah beristrikan tiga orang dan Dian yang keempatnya.

Dian menangis penuh dengan luka, suara anaknya yang tidak didengarnyapun disesalinya. Dia mengusir lelaki itu untuk pergi dari rumahnya. Beruntung harta kekayaannya belum berhasil diambil oleh lelaki bejat tadi. Dia pun memeluk Rian anaknya. Akan tetapi, semuanya terlambat, Rian anak semata wayangnya sudah terlanjur luka batin akan sikap ibunya yang lebih memilih suami barunya dibanding dirinya. Juga yang terus memaksa dirinya untuk menyukai ayah tirinya itu.

Ibunya pun meminta maaf pada Rian, nak maafkan ibu atas sikap ibu. Ibu tidak akan menikah lagi. Ibu akan selalu menjaga Rian. Ibu tidak mau kehilangan orang yang mencintai ibu kedua kalinya. Mereka berduapun ibu dan anak menangis bersama, sebagai dua pribadi yang sama terluka dengan kehilangan Rikar sang ayah dan suami dan juga dengan kehadiran pria bejat suami baru Dian yang sudah disuruhnya pergi.

                                                                      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun