Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Filosofi Bahagia Sebagai Keutamaan (Virtus) Hidup

6 Desember 2020   00:44 Diperbarui: 6 Desember 2020   00:48 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

           

Bahagia merupakan sesuatu yang menjadi pencarian dari manusia dalam kehidupan. Setiap individu ingin hidupnya bahagia. Apa itu bahagia dan kriteria dari kebahagiaan? Bahagia itu merupakan sesuatu yang telah dicapai atau diraih oleh manusia. Ungkapan dari kebahagiaan ini seperti ketawa, tersenyum, raut wajah cerah, melompat, berlari, berpelukan, bergoyang, dan sebagainya. Begitu banyak ekspresi ungkapan kebahagiaan dari manusia. 

Definisi kebahagiaan itu berbeda-beda setiap orangnya, tergantung pemaknaan hidup. Ada yang bahagia bila hartanya berlimpah, punya mobil, rumah mewah, motor, Hanphone dan harta lainnya. Ada yang bahagia bila memiliki kekuasaan dalam masyarakat. Akan tetapi, ada juga yang bahagia meskipun kehidupannya sedehana. Tidak punya mobil, motor, rumah mewah atau hidupnya tanpa harta mewah. Mereka ini masih merasakan kebahagiaan. Akan tetapi dalam pandangan beberapa orang dari luar berpikir bahwa mereka yang memiliki harta berlimpah, punya kekuasaan sangat bahagia dan mereka yang tidak memiliki harta atau miskin tidak bahagia. Apakah benar bahwa orang yang memiliki harta berlimpah sangat bahagia dan mereka yang tidak memiliki harta mewah tidak bahagia?

            Apabila kebahagiaan terletak pada harta, mengapa ada orang kaya yang melakukan aksi bunuh diri dan juga bom bunuh diri. Bukankah mereka sudah bahagia dengan hartanya. Orang miskin atau tidak memiliki harta berlimpah tetap tersenyum dan menjalankan kehidupan dengan baik, sopan santun dan beretika. Bahkan orang yang memiliki kekuasaan dan harta berlimpah sering sakit dibandingkan orang sederhana. Ada orang kaya yang mengatakan bahwa menjadi orang kaya itu berat. Pada malam harinya terkadang tidak dapat tidur dengan nyenyak memikirkan harta, takut dicuri, cara agar bisnis tetap berjalan, takut lupa kunci pintu, dan banyak orang yang iri serta tidak mau membangun relasi dengannya.

            Kalau orang miskin tidak bahagia, kenapa mereka masih tersenyum, jarang kasus bunuh diri. Orang miskin tanpa harta berlimpah enjoy dalam menjalankan hidup. Meskipun terkadang hasil yang mereka cari hanya untuk makan dan minum di hari itu. Sedangkan orang kaya di satu sisi selalu merasa tidak puas dengan harta yang ada, ingin memiliki harta lebih banyak lagi.

            Thomas Aquinas mengungkapkan bahwa kebahagiaan itu sebagai aktivitas untuk mencapai keutamaan (virtus) dan ini sebagai sebuah aktivitas yang membahagiakan. Keutamaan dalam hal ini adalah berkaitan dengan tindakan yang sering kali dilakukan dan menjadi kebiasaan. Maka kebahagiaan terletak pada aktivitas dari manusia. Aktivitas apa yang membuat atau membawa orang itu merasa hidupnya bahagia, itu yang akan dilakukannya. Artinya bahwa perbuatan itu dilakukan bukan hanya sekali saja, melainkan berkali-kali untuk kebaikan orang lain. Keutamaan dengan merasa bahagia apabila hidup dalam berbagi dengan membangun relasi bersama orang lain.

            Kebahagiaan itu selain untuk kebahagiaan diri sendiri juga untuk kebahagiaan orang lain. Orang lain misalnya orang tua dan kaum keluarga. Senyuman mereka karena apa yang kita lakukan sesuai dengan cita-cita dan harapan mereka, maka itu membawa kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang diluar diri seperti orang tua atau kaum keluarga. Keinginan hanya untuk kebahagiaan diri sendiri saja tanpa memperhatikan orang lain akan jatuh pada keegoisan dan hakikat sebagai makhluk sosial yang ada dalam dirinya hilang. Ketika hanya untuk kebahagiaan dirinya saja dan berpikir bahwa itu membuatnya bahagia misalnya melakukan aksi bom bunuh diri dan melempar bom ke orang lain. Orang yang melakukan aksi akan berpikir bahwa tindakannya akan membuat dia bahagia sesuai dengan pola pikirnya. Akan tetapi justru membuat orang lain menderita dalam hidup. Dan ini bukanlah kebahagiaan sejati dan bukan keutamaan. Bukan kebahagiaan yang dicari oleh banyak orang.

            Kebahagian sebagai keutamaan ciri-cirinya adalah sebagai berikut: Pertama, berbagi dalam hidup. Tindakan berbagi dalam hidup dan menjadi sebuah kebiasaan adalah sebuah keutamaan untuk mencapai kebahagiaan hidup. Meskipun kita berbagi dari kekurangan atau keterbatasaan kita. Tindakan berbagi ini sebagai sebuah pencapaian dari esensi manusia sebagai makhluk sosial. Bahwa setiap pribadi tidak hidup seorang diri melainkan hidup bersama orang lain. Di dalam masyarakat sebagai sebuah komunitas yang terdiri dari banyak orang, pribadi itu harus mampu berbagi apa yang menjadi kelebihannya. Dalam hal ini berbagi bukan hanya teletak berbagi harta kekayaan melainkan juga kepandaian, tindakan hidup yang baik, keramahan dan kebaikan lainnya. Dalam hal ini saya mengambil contoh kehidupan dari orang orang yang memiliki keterbatasan fisik.

            Saya satu bulan hidup dan tinggal di komunitas bersama mereka ini. di komunitas ini ada yang tidak bisa berjalan, tidak dapat bangun sama sekali, berbicara tidak jelas dan jalan mengunakan tangan. Mereka hidup dalam pandangan saya semacam tidak memiliki beban hidup. Setiap hari mereka selalu tersenyum, ketawa, meskipun hidup dalam keterbatasan. Bahkan diantara mereka juga saling menyuap nasi saat makan sembari tertawa. Lalu ada seorang ibu yang sering pergi kesana membawa sesuatu. Saya bertanya dalam hati, mungkin ini penjual atau pedangan. Lantas suatu hari saya bertanya kepadanya, ibu menjual sayuran? Dia menjawab saya tidak menjual dan saya hanya membagikan apa yang saya miliki ke komunitas ini. saya pun mencari tahu apakah ibu ini orang kaya atau yang hidupnya mewah. Setelah saya mencari tahu ternyata ibu ini juga orang yang hidupnya penuh kekurangan.

            Kedua, jangan mencari yang lebih. Dalam kehidupan ini kita tidak boleh memaksa kemampuan kita untuk mencapai sesuatu yang sulit untuk kita capai. Hal seperti ini akan membuat kita tidak bahagia dan akan menimbulkan perasaan stres. Maka syukur dan terimakasih atas pencapaian kita sesuai dengan kemampua kita. Kemudian tidak boleh hanya demi bersaing dengan tetangga, teman dan sebagainya kita mengorbankan seluruh energi kita hingga lupa untuk memperhatikan kesehatan. Seandainya kita sakit dalam kerja keras kita untuk mendapatkan harta berlimpah demi dapat bersaing dengan orang lain, siapakah yang akan menikmatinya dan dimana kebahagiaannya? Kita hidup karena ingin bahagia. Saya mengambil contoh di kampung saya ada dua orang kaya, awalnya kekayaan mereka hampir sama jumlahnya. Ketika orang kaya yang satunya meraih keuntungan dan membeli mobil yang baru lagi. Orang kaya yang satunya merasa iri dan berusaha agar dapat melebih kekayaan dari orang kaya yang mendapatkan keuntungan dan telah membeli mobil baru tadi. Dia bekerja dari pagi bahkan hingga tidak tidur malam. Akibatnya bahwa dia sakit karena tidak istirahat malam demi kerja mengumpulkan uang. Oleh karena itu merasa puas dan cukup akan harta yang sudah dimiliki itu penting.

            Ketiga, menjadikan yang lain sebagai bagian dari aku. Untuk mewujudkan keutamaan ini kita harus berusaha agar orang lain dapat kita anggap sebagai diri kita. Ketika kita telah sampai pada pikiran orang lain sebagai bagian dari diri kita sendiri, kita akan mencintai orang itu sama seperti kita mencintai diri kita sendiri. Kecintaan akan diri sendiri membuat kita juga dapat mencintai orang lain. Dengan berusaha memposisikan diri seandainya saya mengalami kehidupan seperti dia yang misalnya sedang mengalami duka atau masa sulit. Untuk sampai pada tahap menjadikan orang lain sebagai bagian dari aku membutuhkan refleksi diri yang dalam. Martin Buber sudah mengagas filosofi mengenai aku dan yang lain ini.        

            Dari ketiga poin ini saya masuk pada pengalaman menarik dalam hidup saya yang membawa saya pada sebuah kebahagiaan sejati. Ini berkaitan dengan pelayanan seorang ibu yang bukan kaum keluarga saya terhadap saya. Dari pelayanan ibu ini saya merasakan bahwa dia memberi dengan penuh ketulusan dan merasa bahagia dengan berbagi. Saya yang dilayaninya dan dia yang melayani sama-sama merasakan bahagia. Saya waktu SMA jauh dari kampung halaman. Tiba-tiba seorang ibu yang merupakan keluarga yang sederhana, yang hidup dengan hasil kerja hari itu untuk kehidupan di hari itu. Ibu ini saat ketemu saya mengajak saya untuk makan ubi di rumahnya, saya pergi ke rumahnya dengan teman-teman, dan ibu ini melayani kami sama seperti dia melayani anak-anaknya sendiri. Setiap kami ke rumahnya selalu dia memasak ubi untuk kami dan dalam benaknya tidak ada pikiran bahwa kalian bukan keluargaku. Dia pun mengatakan bahwa dia bahagia sekali saat kami kunjung dan dia berharap kami selalu mengunjungi rumahnya dan menerima pemberiannya walaupun hanya ubi saja. Saya melihat ada kebahagiaan dalam dirinya saat dikujungi. Dan waktu saya dan beberapa teman yang sering ke rumahnya lulus SMA, ibu ini pun menangis mengingat saya dan teman-teman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun