Â
Olahraga penting dalam kehidupan sebagai bentuk mengolah fisik agar tetap bugar dan sehat. Olahraga salah satu kegiatan yang membawa kita keluar dari kejenuhan saat berada di rumah terus-menerus. Situasi PSBB menuntut orang untuk jaga jarak dalam beraktivitas di rumah dan di luar rumah.
Salah satu kegiatan olahraga yang mampu membawa orang keluar dari kejenuhan adalah bersepeda.
Dalam bersepeda kita naik sendirian yang berbeda dengan naik motor yang kada kalah naik dua orang. Naik motor yang masih diijinkan bersama teman tentu tidak sebagai bagian dari jaga jarak. Bersepeda sebagai bagian dari jaga jarak, hanya seorang diri yang mengunakannya.
Bersepeda sebagai olahraga yang tren di tengah pandemi covid-19 ini. Orang seringkali saat ini lebih suka bersepeda dibandingkan lopas atau lari-lari santai.
Bersepeda sebagai bagian dari aktivitas gerak, kaki kita ikut bergerak mendayunkan sepeda agar berpindah dari satu titik ke titik yang lain. dengan demikian otot-otot tubuh kita ikut bergerak dan membuat kita yang bersepeda berkeringat.
Dalam bersepeda banyak hal yang kita peroleh selain juga mengolah tubuh kita.
Salah satu yang kita peroleh adalah dapat menikmati keindahan alam sekitar dan berfoto-foto di setiap titik kita berhenti sejenak atau beristirahat. Orang bersepeda tentu masih dengan memenuhi protokol yang ada yaitu dengan memakai masker.
Tidak mengherankan jika kita melihat setiap sore banyak orang yang bersepeda, bahkan ada yang bersepeda satu keluarga (bapa, mama, anak-anak). Oleh karena itu bersepeda juga untuk tetap menjaga kebersamaan tetap terjalin harmonis.
Keluarga sering kali memanfaatkan kejenuhan di rumah dengan bersepeda sembari memandang dunia yang penuh kesepian.
Kalau dulu yang sering bersepeda itu hanya anak-anak, sekarang kita dapat melihat bahwa yang bersepda mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Itu karena orang melihat manfaat penting dari bersepeda.
Pada beberapa tahun lalu juga dikalangan anak muda seringkali menyindir sesame anak muda yang sering mengunakan sepeda sebagai alat transportasi.
Mereka menyindir anak-anak muda yang sering bersepeda dengan mengangap bersepeda itu tidak mungkin tren bahkan ada anak muda yang mengunakan motor sengaja menyengol anak muda yang bersepeda. Akan tetapi sekarang berbanding terbalik dimana banyak anak muda yang trena bersepeda.
Konteks keberadaan zaman memang selalu berubah-ubah, yang tidak dulu dianggap tidak trean bisa menjadi tren pada waktu tertentu dan yang dulu tren bisa menjadi tidak tren di waktu tertentu, semuanya tergantung pada situasi. Sekarang situasi pandemi covid-19 membuat situasi bersepeda menjadi tren.
Saat saya masa kanak-kanak dulu bersepeda hanya tren di kalangan anak-anak. Sepeda hanya dibelikan untuk anak-anak, sedangkan orang tua tidak berminat sekali, mereka beranggap bahwa bersepeda itu hanya milik anak-anak sebagai bagian dari mainan mereka.
Dan juga sebagai bagian dari agar anak-anak tidak menggangu kerja dari orang tua. saya saat masa kanak-kanak saja seringkali bersepeda sebagai bagian dari mainan kesukaan saya bersama teman-teman. Bahkan sering balapan bersepeda dengan teman-teman.
Tidak memiliki sepeda anak-anak seusia saya waktu itu menangis histeris meminta pada orang tua agar membelinya.
Disaat SMP tren bersepeda hilang, dan yang bersepeda dianggap tidak mengikuti tren. Anak-anak seusia saya saat SMP lebih suka mengunakan motor dan sepedapun ditinggalkan. Saya tidak mengikuti tren saat SMP karena saya tidak memiliki motor. Saya beralih sudah saat itu yaitu dengan naik angkot menuju sekolah. Hal ini berlanjut saat SMA
 Akan tetapi saat kuliah demi hemat pada tahun 2017 saat saya tingkat satu saya mengunakan sepeda ke kampus. Memang belum tren saat tahun 2017 dalam bersepeda.
Di tahun 2020 saya melihat bahwa bersepeda menjadi tren lagi dimana banyak mahasiswa yang mengunakan sepeda ke kampus dan juga berolahraga. Ditambah lagi dengan situasi saat ini yaitu di tengah pandemi covid-19.
Dengan berolahraga bersepeda juga di saat pandemi covid-19 ini dapat menghemat pengeluaran di bidang keuangan. Dibandingkan dengan berolahraga di tempat yang lain. bersepeda sebagai pilihan untuk menghemat dana tabungan keluarga.
Bayangkan saja misalnya semua keluarga memilih untuk berolahraga di tempat yang berbayar mahal, kita melihat berapa pengeluarannya sementara kita berada dimasa krisis dimana keluarga mungkin kehilangan pekerjaan dan penghasilan.
Budaya gengsi memang tinggi sekali di zaman sekarang. Orang gengsi bila tetangga sebelah memiliki kelebihan dibandingkan dengan kita. Gengsi bila tetangga berpenampilan mewah dibandingkan kita. Bahkan orang seringkali meminjam uang demi memenuhi tuntutan gengsi. Budaya gengsi memang selalu ada dalam kehidupan.
Akan tetapi apakah di saat pandemi covid-19 ini kita masih memelihara budaya gengsi ini. Dalam menjalankan kehidupan kalau masih memelihara budaya gengsi apakah sebagai bagian dari esensi keberadaan. Tentu ini bagian dari kelemahan dalam diri sebagai manusia. Beruntung sekarang yang lagi tren hanya bersepeda, yang harganya tidak terlalu banyak mengeluarkan banyak uang.
Tren bersepeda memang bagus sekali untuk menghemat pengeluaran. Saya pun melihat bahwa anak-anak sering kali mendesain sepedanya sendiri dengan kreativitas mereka yang ada dan biayanya tidak terlalu mahal. Hal ini juga bagus karena mendidik anak untuk hidup penuh kreatif.
Beberapa tren kreatif mendesain sepeda sekarang ini:
Pertama, meng-cat sepeda. Meng-cat sepeda juga menjadi tren sekarang. Anak-anak sering kali bersaing dalam menunjukkan keindahan sepedanya. Mereka sering kali bersaing memperlihatkan hasil cat sepeda mereka. Terkadang penuh warna-warni yang membangakan bagi diri mereka sendiri saat ada yang memuji hasil kreativitas mereka ini.
Kedua, memasang lampu pada sepeda. Anak-anak seringkali memasang lampu di sepeda dan tentu lampu yang bernyala kedap-kedip untuk menghiasi sepeda mereka.
Ketiga, memasang poster di sepeda. Memasang poster bukan hanya di motor dan mobil, di sepeda juga orang seringkali memasang poster kesukaan mereka. Anak-anak yang sering melakukan hal seperti ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H