Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bersepeda Tren di Tengah Pandemi, karena Ini...

20 September 2020   03:08 Diperbarui: 20 September 2020   04:37 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.google.com/search?q=desain+bersepeda+olahraga&sxsrf=ALeKk023clJlEWxbEE75APP05P5tOJ5wPg:1600545924086&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwjLuIGagvbrAhWOH7cAHeeLClkQ_AUoAXoECAwQAw&biw=1366&bih=657#imgrc=HHDv-JFJZeoGKM

Pada beberapa tahun lalu juga dikalangan anak muda seringkali menyindir sesame anak muda yang sering mengunakan sepeda sebagai alat transportasi.

Mereka menyindir anak-anak muda yang sering bersepeda dengan mengangap bersepeda itu tidak mungkin tren bahkan ada anak muda yang mengunakan motor sengaja menyengol anak muda yang bersepeda. Akan tetapi sekarang berbanding terbalik dimana banyak anak muda yang trena bersepeda.

Konteks keberadaan zaman memang selalu berubah-ubah, yang tidak dulu dianggap tidak trean bisa menjadi tren pada waktu tertentu dan yang dulu tren bisa menjadi tidak tren di waktu tertentu, semuanya tergantung pada situasi. Sekarang situasi pandemi covid-19 membuat situasi bersepeda menjadi tren.

Saat saya masa kanak-kanak dulu bersepeda hanya tren di kalangan anak-anak. Sepeda hanya dibelikan untuk anak-anak, sedangkan orang tua tidak berminat sekali, mereka beranggap bahwa bersepeda itu hanya milik anak-anak sebagai bagian dari mainan mereka.

Dan juga sebagai bagian dari agar anak-anak tidak menggangu kerja dari orang tua. saya saat masa kanak-kanak saja seringkali bersepeda sebagai bagian dari mainan kesukaan saya bersama teman-teman. Bahkan sering balapan bersepeda dengan teman-teman.

Tidak memiliki sepeda anak-anak seusia saya waktu itu menangis histeris meminta pada orang tua agar membelinya.

Disaat SMP tren bersepeda hilang, dan yang bersepeda dianggap tidak mengikuti tren. Anak-anak seusia saya saat SMP lebih suka mengunakan motor dan sepedapun ditinggalkan. Saya tidak mengikuti tren saat SMP karena saya tidak memiliki motor. Saya beralih sudah saat itu yaitu dengan naik angkot menuju sekolah. Hal ini berlanjut saat SMA

 Akan tetapi saat kuliah demi hemat pada tahun 2017 saat saya tingkat satu saya mengunakan sepeda ke kampus. Memang belum tren saat tahun 2017 dalam bersepeda.

Di tahun 2020 saya melihat bahwa bersepeda menjadi tren lagi dimana banyak mahasiswa yang mengunakan sepeda ke kampus dan juga berolahraga. Ditambah lagi dengan situasi saat ini yaitu di tengah pandemi covid-19.

Dengan berolahraga bersepeda juga di saat pandemi covid-19 ini dapat menghemat pengeluaran di bidang keuangan. Dibandingkan dengan berolahraga di tempat yang lain. bersepeda sebagai pilihan untuk menghemat dana tabungan keluarga.

Bayangkan saja misalnya semua keluarga memilih untuk berolahraga di tempat yang berbayar mahal, kita melihat berapa pengeluarannya sementara kita berada dimasa krisis dimana keluarga mungkin kehilangan pekerjaan dan penghasilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun