Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Demi Anak Sarjana Vs Anak Lupa Diri

7 September 2020   00:43 Diperbarui: 7 September 2020   03:23 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

         

Nasibmu tidak boleh seperti kami dan kamu mesti lebih baik dari kami.

Biarlah kami makan dua kali sehari, berpakaian compang-camping  yang penting kamu sarjana anakku.

Akan tetapi lupa diri akan membuat masa depanmu hancur, ingatlah pengorbanan kami.

Orang tua selalu menginginkan yang terbaik dalam hidup anak-anaknya. Mereka menginginkan agar anak-anak darah mereka sukses, mendapatkan kerja yang ringan dan dapat mengangkat martabat keluarga. Orang tua akan merasa bahagia bila anaknya menjadi kebanggaan buat orang banyak. 

Tidak mengherankan jika sejak anak-anak masih kecil, mereka sering menasihati agar bersikap sopan santun dan rajin belajar. Bahkan juga orang tua mendidik anaknya dengan keras, agar anak-anak mereka mau berjuang dalam hidup. Dan sebagai anak yang baik pasti akan rajin belajar demi mencapai harapan dari orang tua. Dia tentu mengerti apa yang menjadi kerinduaan dari orang tuanya.

Tidak mengherankan jika seorang anak yang memiliki motivasi yang kuat untuk sukses selalu mendengar dengan setia nasihat orang tuanya. Apa yang dibicarakan orang tuannya diresapkan dalam hatinya untuk dijalankan dalam hidup sebagai seorang anak. 

Dalam perjuangannya sebagai anak tentu dia akan selalu mengingat pengorbanan orang tuanya demi hidupnya kelak. Akan tetapi selalu ada anak yang melawan dan tidak mendengar nasihat orang tua. Anak-anak akan gagal dalam hidupnya dan pada titik tertentu dia akan menyesal "coba dulu saya mendengar" nasihat dari orang tua.

Demi Anak Sarjana

Banyak hal yang dilakukan oleh orang tua demi melihat anaknya menjadi seorang sarjana. Demi menyaksikan anaknya memakai pakaian wisuda dan didampinginya. Oleh karena itu sebagai orang tua mereka bekerja keras mencari uang. Mereka mau utang ( meminjam uang) dengan bunga yang tinggi pada orang lain demi kesuksesan anak. Bahkan ada orang tua yang hanya makan dua kali sehari bahkan satu kali sehari, karena uang habis kirim untuk anak di bangku kuliah. Sebagai orang tua mereka rela hanya makan daun ubi lebih banyak dibandingkan nasi, demi anak.

Orang tua ada yang rela pakaiannya tidak diganti selama bertahun-tahun dan dibiarkan compang-camping. Mereka rela tidak membeli baju baru, demi membiayai anak kuliah. Bekerja di bawah terik matahari, rela dibentak oleh kaum kaya demi mendapatkan uang. Meskipun tidak berenergi yang cukup mereka tetap bekerja keras.

Setiap hari mereka selalu ingin mendengar telepon dari anak mereka. Dan saat anak bertanya pada mereka, Bapa..Mama apa kabar? Mereka pasti selalu menjawab kabar baik, sehat selalu. Ketika ditanya, bapa..mama makan apa tadi? Mereka tentu menjawab makan ikan atau daging. Walaupun kenyataannya mereka hana makan nasi kosong. Mereka pun bertanya balik kepada anaknya, kamu sudah makan dan kamu makan apa? Anak menjawab, makan nasi dengan tempe. Mereka pasti berkata, jaga stamina..makan daging dan minum susu. Iya, meskipun mereka sendiri tidak pernah minum susu.

Pengorbanan orang tua untuk anak-anak sungguh luar biasa. Anak-anak yang berbakti kepada orang tua tentu akan berjuang, dann selalu ingat akan orang tua. Sebagai anak yang berbakti dia pasti mengerti keadaan orang tuanya di kampung halaman, untuk itu dia rajin dalam belajar. Tidak ada kata lelah dalam prinsip orang tua, sebagai anak juga prinsip ini tetap dipegang teguh. Jangan sia-siakan pengorbanan orang tua.

Suatu saat anda wisuda, orang tua akan merasa bahagia sekali. Mereka juga pasti rela meminjam uang pada orang demi hadir dalam wisuda. Mereka menuruti kemauan anak untuk berpesta setelah wisuda sebagai rasa syukur bersama teman-teman. Orang tua tidak memikirkan jumlah utang, yang terpenting anaknya bahagia. 

Bagi mereka melihatmu bahagia, mereka juga akan bahagia. Mereka bahagia berada disisimu saat kamu wisuda, berfoto bersamamu. Sebenarnya mereka ingin menjadi sepertimu, bisa kuliah dan memakai pakaian wisuda, hanya situasi zaman membuat mereka tidak kuliah. Mereka "orsng tua" mengerti bahwa tuntutan zaman anak-anak harus sekolah.

Cobalah di saat anda anak-anak wisuda kalian memakai pakaian wisuda kalian pada orang tua kalian. Kalian memposting foto mereka di media sosial bertuliskan "dia telah wisuda, terimakasih". Akan tetapi jarang anak melakukan hal seperti itu. Yang ada mereka memposting "saya wisuda dengan perjuangan kerasku, tidak sia-sia" sombong lupa siapa yang lebih bekerja keras darimu.

Anak Lupa Diri

Seorang anak ada yang selalu lupa identitasnya. Dia lupa bahwa dia berasal dari keluarga tidak mampu, maka dia harus belajar dan hemat. Atau juga anak dari orang kaya, dia juga lupa nanti kekayaan akan habis dan saat orang tua tiada, siapa yang mencari uang. Berfoya-foya makna anak "lupa diri". ada anak yang berasa dari keluarga kurang mampu, di tempat kuliah dia berfoya-foya bersama teman-temannya dan berbohong pada orang tua, misalnya saya butuh uang untuk penelitian, fotocopy dan sebagainya, padahal tidak ada keperluan itu. Kalau dia masih menjalankan kuliah saat berbohong seperti itu bagus, akan tetapi kalau tidak kuliah, betapa sakit hati orang tua kalau mengetahuinya. Bahkan bisa meninggal.

Bahkan ada anak yang tidak mengakui orang tuanya. Saat orang tua berpakaian compang camping, tidak beralaskan kaki berjalan kaki ingin bertemu anaknya. Anaknya justru tidak mengakuinya sebagai orang tua. Di saat orang tuanya, memanggil anakku. Dia menjawab, apa anak, gila. Saat teman mengatakan bahwa dia orang tuamu, anak menjawab bukan dia pembantu ayahku. Sombong dan "lupa diri". bagaimanakah anak ini nanti diperlakukan oleh anaknya sendiri saat dia menjadi orang tua. Karena buah tidak jatuh jauh dari pohonnya.

Anak dari orang kaya di tempat kuliah "lupa diri" dia memboroskan harta keluarga dengan berfoya-foya padahal tidak kuliah. Perlu diingat bahwa harta orang tuamu "bukan hartamu" suatu saat orang tua tidak mampu bekerja tidak ada yang membiayaimu dan tanggung jawab hidupmu bergantung pada dirimu sendiri.

Di saat orang tua sudah tua dan anak yang "lupa diri" kuliah tidak selesai dan pulang tidak membawa ijasah tentu membawa luka bagi orang tua. Anak orang kurang mampu tana ijasah, di rumah dia akan menyaksikan orang-orang yang datang menagih utang. Orang tua utag demi kuliahmu dan bergarap saat anda selesai kuliah anda sendiri yang bayar. Sadarkah anda saat situasi seperti itu. Apa yang anda lakukan sudah. Apakah anda menangis atau anda akan tertawa seperti saat anda kuliah?. Bagi anak orang kaya yang pulang tidak membawa ijasah, pulang dan sampai rumah menyaksikan harta sudah habis demi membiayaimu. Apakah yang kamu lakukan?

"Lupa diri" tidak bagus dalam hidup. Justru ini akan membawa anda sendiri ke jurang dan masa depan menjadi hancur. Untuk itu tidak boleh membangun situasi "lupa diri".anda mesti berusaha melawan lupa. Anda harus berhasil melawan lupa akan perjuangan dan kerja keras dari orang tua. Anda harus berpikir bahwa di setiap tetes keringat adalah sebuah doa. Tetes keringat orang tua doa, dan ketika doa dijawab dengan tanpa kerja keras dari anak dengan tidak rajin belajar saat kuliah akan berakibat pada diri anak sendiri.

          

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun