Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Demi Anak Sarjana Vs Anak Lupa Diri

7 September 2020   00:43 Diperbarui: 7 September 2020   03:23 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang tua ada yang rela pakaiannya tidak diganti selama bertahun-tahun dan dibiarkan compang-camping. Mereka rela tidak membeli baju baru, demi membiayai anak kuliah. Bekerja di bawah terik matahari, rela dibentak oleh kaum kaya demi mendapatkan uang. Meskipun tidak berenergi yang cukup mereka tetap bekerja keras.

Setiap hari mereka selalu ingin mendengar telepon dari anak mereka. Dan saat anak bertanya pada mereka, Bapa..Mama apa kabar? Mereka pasti selalu menjawab kabar baik, sehat selalu. Ketika ditanya, bapa..mama makan apa tadi? Mereka tentu menjawab makan ikan atau daging. Walaupun kenyataannya mereka hana makan nasi kosong. Mereka pun bertanya balik kepada anaknya, kamu sudah makan dan kamu makan apa? Anak menjawab, makan nasi dengan tempe. Mereka pasti berkata, jaga stamina..makan daging dan minum susu. Iya, meskipun mereka sendiri tidak pernah minum susu.

Pengorbanan orang tua untuk anak-anak sungguh luar biasa. Anak-anak yang berbakti kepada orang tua tentu akan berjuang, dann selalu ingat akan orang tua. Sebagai anak yang berbakti dia pasti mengerti keadaan orang tuanya di kampung halaman, untuk itu dia rajin dalam belajar. Tidak ada kata lelah dalam prinsip orang tua, sebagai anak juga prinsip ini tetap dipegang teguh. Jangan sia-siakan pengorbanan orang tua.

Suatu saat anda wisuda, orang tua akan merasa bahagia sekali. Mereka juga pasti rela meminjam uang pada orang demi hadir dalam wisuda. Mereka menuruti kemauan anak untuk berpesta setelah wisuda sebagai rasa syukur bersama teman-teman. Orang tua tidak memikirkan jumlah utang, yang terpenting anaknya bahagia. 

Bagi mereka melihatmu bahagia, mereka juga akan bahagia. Mereka bahagia berada disisimu saat kamu wisuda, berfoto bersamamu. Sebenarnya mereka ingin menjadi sepertimu, bisa kuliah dan memakai pakaian wisuda, hanya situasi zaman membuat mereka tidak kuliah. Mereka "orsng tua" mengerti bahwa tuntutan zaman anak-anak harus sekolah.

Cobalah di saat anda anak-anak wisuda kalian memakai pakaian wisuda kalian pada orang tua kalian. Kalian memposting foto mereka di media sosial bertuliskan "dia telah wisuda, terimakasih". Akan tetapi jarang anak melakukan hal seperti itu. Yang ada mereka memposting "saya wisuda dengan perjuangan kerasku, tidak sia-sia" sombong lupa siapa yang lebih bekerja keras darimu.

Anak Lupa Diri

Seorang anak ada yang selalu lupa identitasnya. Dia lupa bahwa dia berasal dari keluarga tidak mampu, maka dia harus belajar dan hemat. Atau juga anak dari orang kaya, dia juga lupa nanti kekayaan akan habis dan saat orang tua tiada, siapa yang mencari uang. Berfoya-foya makna anak "lupa diri". ada anak yang berasa dari keluarga kurang mampu, di tempat kuliah dia berfoya-foya bersama teman-temannya dan berbohong pada orang tua, misalnya saya butuh uang untuk penelitian, fotocopy dan sebagainya, padahal tidak ada keperluan itu. Kalau dia masih menjalankan kuliah saat berbohong seperti itu bagus, akan tetapi kalau tidak kuliah, betapa sakit hati orang tua kalau mengetahuinya. Bahkan bisa meninggal.

Bahkan ada anak yang tidak mengakui orang tuanya. Saat orang tua berpakaian compang camping, tidak beralaskan kaki berjalan kaki ingin bertemu anaknya. Anaknya justru tidak mengakuinya sebagai orang tua. Di saat orang tuanya, memanggil anakku. Dia menjawab, apa anak, gila. Saat teman mengatakan bahwa dia orang tuamu, anak menjawab bukan dia pembantu ayahku. Sombong dan "lupa diri". bagaimanakah anak ini nanti diperlakukan oleh anaknya sendiri saat dia menjadi orang tua. Karena buah tidak jatuh jauh dari pohonnya.

Anak dari orang kaya di tempat kuliah "lupa diri" dia memboroskan harta keluarga dengan berfoya-foya padahal tidak kuliah. Perlu diingat bahwa harta orang tuamu "bukan hartamu" suatu saat orang tua tidak mampu bekerja tidak ada yang membiayaimu dan tanggung jawab hidupmu bergantung pada dirimu sendiri.

Di saat orang tua sudah tua dan anak yang "lupa diri" kuliah tidak selesai dan pulang tidak membawa ijasah tentu membawa luka bagi orang tua. Anak orang kurang mampu tana ijasah, di rumah dia akan menyaksikan orang-orang yang datang menagih utang. Orang tua utag demi kuliahmu dan bergarap saat anda selesai kuliah anda sendiri yang bayar. Sadarkah anda saat situasi seperti itu. Apa yang anda lakukan sudah. Apakah anda menangis atau anda akan tertawa seperti saat anda kuliah?. Bagi anak orang kaya yang pulang tidak membawa ijasah, pulang dan sampai rumah menyaksikan harta sudah habis demi membiayaimu. Apakah yang kamu lakukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun