Ataukah menurut kalian, kekerasan fisik dan kekerasan verbal itu rasa sakitnya sama tau beda. Saya merasa bahwa kekerasan fisik lebih besar, karena persoalannya telihat jelas, dipukul, disiksa dan fakta bahwa ada kekerasan langsung ada.Â
Kekerasan verbal misalnya orang bilang pengunaan kata "anjay" itu kekerasan verbal, inikan belum termasuk kekerasan. Karena pengunaan katanya ada karena gurauan, karena kekerabatan, sudah saling dekat satu sama lain. kecuali kalau dipakai saat dalam keadaan marah dengan intonasi yang tinggi, itu baru kekerasan verbal.
Yang diprioritaskan disini adalah persoalan-persoalan kekerasan fisik yang mesti dengan cepat diselesaikan.
Kekerasan fisik akan membuat orang takut, minder dan tidak percaya diri.
Kekerasan fisik membunuh mental seseorang untuk bertumbuh dan berkembang.
Kekerasan fisik akan membuat orang tidak kreatif dan tidak menunjukkan kemampuannya. Karena dia takut nanti kalau membuat kesalahan akan dipukul dan sebagainya. Kalau sejak dalam keluarga seseorang saat berbuat salah langsung dipukul dan disiksa, itu akan berpengaruh ketika anak itu sudah dewasa, dia akan menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan takut.Â
Contoh: walaupun dia mampu menjawab pertanyaan seorang guru akan tetapi dia memasang wajah seorang yang melakukan kekerasan fisik terhadapnya, jadi dia akan menjadi takut. Takut nanti kalau salah menjawab dia akan dipukul.
Dalam menetapkan sesuatu sebagai persoalan atau kekerasan kita mesti melihat dalam masyarakat, mana yang menjadi kekerasan paling besar dan sering terjadi, persoalan-persoalan itu yang segera diproses dengan cepat. Kalau seperti kata "anjay" disini menurut saya belum termasuk kekerasan yang mesti segera diselesaikan dan itu hal biasa-biasa saja.
Dan kalau kata "anjay" menjadi persoalan yang besar bagi budaya tertentu atau bagi masyarakat tertentu atau bagi orang tertentu, saya menawarkan beberapa solusi untuk masyarakat itu tanpa mesti dibuat undang-undang:
- Mengajarkan kepada anak etika sopan santun dalam bertutur kata dan bertindak. Orang tua mesti mengajarkan kepad anaknya kalau berkomunikasi dengan orang yang lebih tua atau dalam masyarakat jangan mengunakan kata-kata ini, karena tidak sopan.
- Ditegur saja. Kalau dalam masyarakat tertentu ada yang mengunakan kata-kata yang tidak sopan sesuai dengan kebudayaan itu, atau misalnya pengunaan kata "anjay", di tegur saja. Tidak perlu dibawa ke ranah hokum. Karena mungkin dia keceplosan lidah saat sedang marah.
- Memperhatikan komunikasi. Saat berkomunikasi kita harus paham siapa lawan bicara kita.
- Mendengarkan nasihat orang tua. Sebagai anak kita mesti mendengarkan nasihat orang tua agar beretika dengan baik. Terkadang kita tidak beretika sopan santun terpengaruh terbiasa melawan orang tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H