Penulis: Michael Hans Ranteallo
Pancasila adalah dasar negara dan ideologi resmi Indonesia, Istilah "Pancasila" berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata, yaitu "panca" yang berarti "lima" dan "sila" yang berarti "prinsip" atau "dasar". Pancasila secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai "lima prinsip" atau "lima dasar". Keberadaan Pancasila menjadi landasan utama dalam menjalankan negara dan pemerintahan di Indonesia. Pancasila tidak hanya menjadi dasar ideologi negara, tetapi juga memberikan arah dan prinsip dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hukum. Meskipun demikian, relevansi nilai-nilai Pancasila ni banyak diperdebatkan tergantung pada sudut pandang individu (terkhususnya bagi kalangan generasi Z). Â
Generasi-Z biasanya dikenal sebagai Gen Z atau iGen, yang dimana generasi ini mengacu kepada kelompok yang lahir di antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Meskipun tidak ada tanggal pasti yang menentukan batas akhir Generasi Z, umumnya mereka dianggap sebagai generasi yang mengikuti Generasi Y (Millennials) dan mendahului Generasi Alpha. Karakteristik dari Generasi Z ini adalah generasi yang tumbuh dengan teknologi digital yang luas, seperti internet, media sosial, dan perangkat mobile. Yang dimana mereka sering kali dianggap sebagai "digital natives" karena terbiasa dengan penggunaan teknologi sejak usia dini. Selain itu, Generasi Z kerap kali dianggap sebagai orang yang Multikulturalisme, hal ini dikarenakan mereka terhubung dengan beragam budaya dan pandangan melalui internet, sehingga Generasi Z cenderung lebih terbuka terhadap perbedaan dan memiliki pemahaman yang lebih tentang keberagaman.
Pancasila yang secara luas diterima dan diakui sebagai dasar negara Indonesia semakin lama menimbulkan kesukaran untuk bisa beradaptasi dengan era saat ini, khususnya bagi generasi Z. Terdapat dua hal yang memicu, yaitu pertama mengenai tantangan global, yang dimana Pancasila tidak lagi mampu memberikan panduan yang memadai sehingga Indonesia harus lebih terbuka terhadap nilai-nilai dan ideologi global yang dapat mempromosikan kerjasama internasional, hal ini memiliki korelasi dengan karakter dari Generasi-Z itu sendiri yaitu Multikulturalisme. Terakhir mengenai keterbatasan dalam merespons perubahan sosial, yang dimana Pancasila memiliki keterbatasan dalam merespons perubahan sosial yang cepat dan kompleks. Dalam era digital dan globalisasi, nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam Pancasila sukar untuk bisa mencerminkan realitas dan aspirasi masyarakat Indonesia, Â Â Â terkhususnya disini bagi Generasi-Z.
Penilaian terhadap kurangnya relevansi Pancasila terhadap Generasi Z sangatlah bersifat subjektif dan bervariasi. Â Banyak hal yang belum dimengerti oleh Generasi Z karena pembelajaran Pancasila yang mereka terima sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah bersifat monoton dan terkesan hanya berasal dari satu sumber kebenaran yaitu aturan dan doktrin negara serta pemerintah yang disampaikan melalui buku-buku pelajaran yang harus dipelajari. Berikut hal-hal Pancasila yang belum dipahami oleh Generasi Z, yaitu:
- Ketuhanan Yang Maha EsaÂ
Nilai ini menekankan pada pengakuan dan penghormatan terhadap Tuhan yang Maha Esa. Nilai ketuhanan YME merupakan konsep yang penting dalam Pancasila yang menunjukkan pengakuan terhadap keberadaan Tuhan yang Maha Esa. Pemahaman ini dapat menjadi pedoman bagi kita dalam menjalani kehidupan bersama dalam masyarakat yang memiliki kepercayaan dan agama yang berbeda-beda. Pentingnya nilai Ketuhanan YME ini adalah untuk menghormati dan mengakui keberagaman agama dan kepercayaan dalam masyarakat. Hal ini berarti bahwa setiap individu memiliki untuk memilih dan menjalankan agamanya bahkan kepercayaannya masing-masing tanpa adanya paksaan atau diskriminasi. Dengan tujuan agar pilihan setiap orang terhadap agama maupun kepercayaannya akan Tuhan harus dihormati sebagai bagian dari kesetaraan dan pengakuan terhadap semua makhluk hidup ciptaan Tuhan itu sendiri.
Pemahaman ini juga mengajarkan kita untuk saling menghormati dan memperlakukan dengan adil terhadap sesama, tanpa memandang perbedaan agama atau kepercayaan. Dalam konteks hidup bersama, nilai Ketuhanan YME mengajarkan pentingnya toleransi, kerukunan, dan kerja sama antarindividu yang berasal dari berbagai latar belakang agama dan kepercayaan. Meskipun memiliki keyakinan yang berbeda, kita harus dapat menciptakan ruang untuk saling menghormati dan memahami perbedaan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan berdialog, menghargai pendapat orang lain, dan mencari titik persamaan yang dapat memperkuat persatuan dan kebersamaan.
- Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kedua ini ingin memperlihatkan bagi Generasi Z bahwa untuk memperlakukan semua orang dengan adil, tanpa memandang latar belakang, suku, agama, rasa, atau jenis kelamin. Penghormatan terhadap pilihan hidup meliputi hak setiap individu untuk menentukan jalan hidupnya sendiri, termasuk pilihan agama, kepercayaan, orientasi seksual, indentital gender, dan gaya hidup yang sesuai dengan nilai-nilai mereka. Ini berarti Generasi Z harus menghargai dan menghormati kebebasan individu untuk memilih dan menjalani kehidupan sesuai dengan keyakinan dan identitasnya sendiri, selama itu tidak merugikan atau melanggar hak orang lain. Pentingnya penghormatan terhadap pilihan hidup dan identitas makhluk hidup adalah untuk menjadi diri mereka yang sebenarnya tanpa takut dicemooh, dikucilkan, atau dihakimi.
Penghormatan terhadap pilihan hidup dan identitas makhluk hidup juga melibatkan mendengarkan dan memahami perspektif orang lain. Ini berarti kita harus membuka pikiran dan hati untuk belajar dari pengalaman dan kehidupan mereka, serta menghormati perbedaan pandangan dan pendekatan yang mungkin berbeda dengan kita. Dalam praktiknya penghormatan terhadap semua pilihan hidup dan identitas makhluk hidup melibatkan sikap terbuka, toleransi, empati, dan sikap saling menghargai. Ini berarti tidak memaksakan pandangan atau kehidupan kita kepada orang lain, melainkan menghargai hak setiap individu untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai dan identitas mereka sendiri. Dengan menerapkan penghormatan terhadap semua pilihan hidup dan identitas makhluk hidup sesuai dengan Sila Kedua, kita dapat membangun masyarakat yang lebih harmonis, adil, dan menghargai keberagaman, di mana setiap individu merasa dihormati, diakui, dan diterima dalam keragaman yang ada.
Sila Kedua ini tidak hanya memperlakukan sesama manusia secara adil dan beradab, tetapi juga hewan dan tumbuhan. Kita sebagai Generasi Z memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melindungi kehidupan di sekitar kita, termasuk hewan dan tumbuhan, sebagai bentuk penghargaan terhadap karunia Tuhan yang diberikan kepada kita. Dalam memperlakukan hewan, kita dapat berupaya untuk tidak menyiksa atau menyebabkan penderitaan yang tidak perlu. Kita dapat memastikan bahwa hewan-hewan yang kita pelihara mendapatkan perawatan yang memadai, makanan yang cukup, lingkungan yang nyaman, dan perlindungan dari perlakuan kekerasan. Kita juga dapat mendukung praktik pertanian yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan hewan dan menjaga kelestarian satwa liar di alam. Dalam keseluruhan, penghormatan terhadap semua makhluk ciptaan Tuhan, baik itu manusia, hewan, maupun tumbuhan adalah esensi dari Sila Kedua. Dengan menjalankan penghormatan ini, kita dapat hidup harmonis dan menjaga keselarasan dalam lingkungan yang Tuhan ciptakan untuk kita semua.
- Persatuan Indonesia
Nilai ini menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam keragaman Indonesia. Meskipun ini masih relevan bagi sebagian besar generasi Z, beberapa orang mungkin berpendapat bahwa dalam era globalisasi dan meningkatnya pluralisme budaya, nilai ini perlu disesuaikan dengan pengakuan dan penghormatan terhadap keberagaman yang lebih luas. Selain itu, sila-ketiga ini secara implisit mengandung nilai gotong royong. Bila dikaitkan dengan Generasi Z yang notabene karakteristiknya adalah Individualis maka nilai gotong-royong ini akan sangat sulit untuk bisa dipraktekan kembali.