Aku masih ingat betul masa kanak-kanak hingga masa remajaku ketika satu atap dengan kedua orang tuaku.
Masa-masa bahagia sekalipun takbisa kugambarkan sempurna
Masa-masa bahagia sekalipun ukurannya tidak bisa kusamakan dengan bahagia menurut ukuran orang lain
Yang pasti dalam ukuranku itu sudah bahagia.
Masa yang coba kugambarkan,itulah masa disaat aku jauh dari gumpalan asap putih..
Asap putih yang kadang melesat bagai kilat,yang kadang meliuk-liuk bagai penari..
Jangankan ingin mencoba,melihatnya saja aku mengasihani mereka yang menggadaikan materi dan hidup untuk asap.
Tapi itu dulu..dulu sekali,yang sungguh kuingin kembali.
Rokok...
Itulah hari-hariku kini
Bila gambaran visualnya kira-kira seperti
Seperti pemuda parlente dengan kantong membuntal di dua liris pahaku
Seperti pemuda yang punya nilai eksklusif yang terselip di dua jemari kokohku
Seperti pemuda yang punya pabrik paling produktif yang melekat disetiap sisi bibir hitam pekat
Layaknya pemuda yang punya petualangan sejati seperti yang diwakili iklan-iklan inspiratif di Tv
Seperti pemuda kreatif yang punya kesibukan sendiri ketika orang-orang di dekatnya menutup mulut dan hidung
Seperti pemuda patriot yang membantu Indonesia-nya dari pos pajak cukai melebihi pejuang yang beradu cepat dengan buruan tarian peluru.
Seperti romeo yang kharismatik saat menggoda juliet sekalipun dia bukan hanya membusur panah cintanya tapi juga meracuni ditiap celah tutur sapana
Atau seperti pemuda gaul nan macho dengan relasi dimana-mana..di halte bis,di kantor kerja,di kantin kuliah,di pintu rumah ibadah dan disetiap sudut dimana aku mulai membuka topik ngawur,hingga mata-mata yang mengawasi teteskan air mata.tapi tanpa kusadari mereka telah menyeka airmata kepedihan disayat asap yang ngotot kugambar sebagai keharuan.
Akhh...rokok
Apa sih hebatmu???
Hingga banyak jiwa-jiwa yang bergumul denganmu sesaat setelah bercumbu mesra
Hingga banyak jiwa-jiwa yang menuntut cerai sekalipun telah lama bersanding denganmu
Hingga banyak pribadi-pribadi yang sanggup berpacu dengan rasa lapar yang melilit bagai sayatan keris hanya untuk membawamu jauh kedalam paru-paru yang sebenarnya terpanggang sudah.
Benarkah engkau begitu istimewanya??!
Rokok...
Kubersamamu dan menjadikanmu raja disetiap hela nafasku
Bangun tidur,habis sarapan,naek motor,di kantor,di kuliah,di sela mandi dan disetiap hariku kujadikan kau jadi permaisuri pertamaku.
Segitunya???...tanya si surti.
Memang ia,bahkan mungkin lebih dari itu
Coba deh tanya sobat-sobat 'smokers' dimana2
Banyak yang jauh lebih wow dari ini.
Dengar saja kata perokok!!!
Sitejo : Ampun dadaku seperti ditusuk-tusuk jarum kalo bernafas tapi tunggulah dulu seperti ditusuk-tusuk bambu runcing baru berhenti,itupun kalo bisa..hehe
Siberto: Ampun..tau ngak,sekarang ini aku cuma sanggup 1x putaran lari di halaman rumahku,tapi gak apa-apalah orang aku bukan tentara yang mau kemedan tempur.
Sidokter: Emang sih di teori dibilang merusak kesehatan tapi udahlah namanya juga selera.lagian oppungku masih sehat diumurnya 75 tahun yang perokok sejak usia 15.ilmu kesehatan itu kan bukan ilmu pasti..alasan.
Dan seribu satu alasan pembenaran diri.
Sekalipun mereka-mereka bilang.
Sisurti: Gila loe ya tejo,mau bunuh anakmu ya?.tiap hari merokok,tiap saat,tiap tempat...hikshiks(sambil menyeka air mata).mereka di RS nungguin anaknya yang opname karena akult pernapasan dari asap rokok bapaknya sendiri.
Putri: Mas..bang..ito!kayana kalo emang gakbisa berhenti merokok,kita putus aja.titik.(gimana menghargai ade sedangkan menghargai diri sendiri tidak becus).sungut si putri sama sang mantan pacar(kan bru putus)
Dan berbagai alasan mengapa sebenarnya kita harus berhenti merokok.
Tuhan..teman..saudaraku..kekasihku..
Inilah pergumulanku.
Bukan kutakcoba berhenti sobat
Bukan kutakmendengar celotehmu teman
Bukan kutak menggubris nasihatmu saudaraku
Bukan kutakhargai rayuanmu,pintamu kasihku
Bukan kutaktahu Hukummu Tuhan
Tapi tetap saja kubelum mampu
Sekalipun berkali-kali kucoba tapi sepertinya kubelum terlalu kuat
Sepertinya aku belum benar-benar siap.
Hanya pembelaan dengan berbagai alasan kepentingan
Hanya penundaan dengan berbagai alasan kebutuhan
Hanya pembenaran dengan berbagai alasan keadaan
Ini hanyalah alasan,sekali lagi hanya 'ALASAN'
Sekalipun telah banyak bukti kenyataan
Sekalipun telah berjuta bukti pernyataan
Sekalipun telah tak terhitung korban kematian
Ini semua fakta kesehatan setelah metodologi penelitian.
Tapi lagi alasan pembenaran itu tetap terbesit lirih kuucapkan.
rokok..jadikan kumiskin
rokok..jadikan kupesakitan
rokok..jadikan kukecanduan
rokok..hadirkan kematian
Kapankah kuhentikan,kapankah kubunyikan gong perpisahan
Bila tak sekarang masihkah besok kita berkawan?.
Aku ingin berhenti dan akan berhenti
Tapi sebelum itu tolong jangan hakimi aku kawan
Hanya kalian yang mungkin jadi korban
Bisa lesatkan aku bagai peluru memburu sasaran
Hingga aku tak terganggu macam bujuk rayuan
Tapi aku kan kokoh capai tujuan
Aku ingin berhenti dan akan berhenti.
Good by cigaret.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H