Keterangan Foto: Presiden Joko Widodo saat melepas ekspor komoditas pertanian secara virtual di Istana Kepresidenan Bogor (sumber: Humas Ditjenbun Kementan)
Di lokasi pelepasan ekspor, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan bahwa nilai total ekspor dalam kegiatan yang bertajuk Merdeka Ekspor Pertanian Tahun 2021 mencapai Rp 7,29 triliun.
"Ekspor yang akan dilepas pada kesempatan ini sebesar Rp 627,4 juta ton, nilainya Rp 7,29 triliun, meliputi komoditas yang pertama perkebunan 564,6 juta ton, tanaman pangan 4,3 juta ton, hortikultura 7,2 juta ton, peternakan 4 juta ton, dan beberapa komoditas lainnya," ujar Syahrul.Â
Ekspor pertanian tersebut akan dikirimkan ke sejumlah negara tujuan ekspor seperti Tiongkok, Amerika Serikat, India, Jepang, Korea Selatan, Thailand, Malaysia, Inggris, Jerman, Rusia, Uni Emirat Arab, Pakistan, dan beberapa negara lain. "Hari ini kita akan lakukan ekspor komoditas pertanian secara serentak dari 17 pintu ekspor melalui bandar udara dan pelabuhan laut di berbagai daerah di Indonesia sebagai momentum penguatan ekspor komoditas pertanian Indonesia dan menandai kebangkitan ekonomi nasional di tengah pandemi," ungkap Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) saat melepas ekspor komoditas pertanian secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.
Sektor Pertanian merupakan salah satu sektor yang mampu bertahan dari hantaman pandemi Covid-19. Hal itu antara lain ditunjukkan dengan terus meningkatnya nilai ekspor pertanian pada dua tahun terakhir. Ekspor pertanian pada tahun 2020 mencapai Rp 451,8 triliun, naik 15,79% dibandingkan tahun 2019 yang angkanya mencapai Rp 390,16 triliun.Â
"Pada Semester I tahun 2021 dari Januari sampai dengan Juni 2021, ekspor mencapai Rp 282,86 triliun, naik 14,05 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 202,05 triliun," tambah Presiden Jokowi.
Lebih lanjut, menurut Presiden, peningkatkan ekspor komoditas pertanian tersebut ikut berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani. Hal itu ditunjukkan dengan nilai tukar petani yang terus membaik. "Pada Juni 2020, nilai tukar petani berada d angka 99,60, secara konsisten meningkat hingga Desember 2020 mencapai 103,25 dan Juni 2021 mencapai 103,59. Ini sebuah kabar yang baik yang bisa memacu semangan para petani kita untuk tetap produktif di masa pandemi," tukas Presiden.
Terkait dengan ekspor beras yang mulai dilakukan ke Arab Saudi, Presiden meminta jajarannya agar melakukan kalkulasi secara cermat, sehingga stok beras untuk kebutuhan dalam negeri bisa tetap diamankan. "Kalau memang dihitung betul beras kita ini berlebih dan mampu kita ekspor, ya ekspor saja. Tapi sekali lagi, dikalkulasi, dihitung bahwa benar-benar stok yang ada itu cukup untuk kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu. Artinya, kebutuhan dalam negeri didahulukan. Kalau hitung-hitungan ada sisa, silakan diekspor," ucap Presiden.Â
Presiden juga meminta para kepala daerah untuk menggali potensi ekspor di daerahnya masing-masing. Presiden meminta agar komoditas-komoditas pertanian yang potensial untuk dikembangkan segera digarap. Tak hanya itu, Presiden juga meminta agar petani diperkuat dengan akses permodalan, inovasi teknologi, dan pendampingan.
"Saya sudah banyak berbicara dengan dirut-dirut perbankan agar pertanian mendapatkan perhatian khusus. Karena ini ada kesempatan seperti yang disampaikan Menteri Pertanian mengenai porang. Ada pasar yang besar yang bisa kita masuki. Tapi juga ekspornya jangan mentahan, apalagi masih dalam bentuk umbi-umbian. Ya paling tidak sudah dalam bentuk tercacah atau syukur bisa barang jadi atau beras porang yang sudah jadi. Target kita memang hilirisasi," kata Presiden.Â
Presiden meminta agar para petani disambungkan dengan rantai pasok, baik nasional maupun global. Dengan demikian, para petani dan pelaku-pelaku usaha pertanian dapat dengan mudah mengekspor produknya, sehingga bisa berkembang menjadi sentra-sentra produksi pertanian yang berorientasi ekspor.Â
"Saat ini dari 514 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia, baru 293 yang memiliki sentra komoditas pertanian unggulan ekspor, baik itu produk sawit, karet, kopi, dan beberapa komoditas lain yang diminati pasar global. Masih banyak komoditas yang sangat potensial untuk dikembangkan," ujar Presiden.Â
Sejumlah komoditas pertanian lainnya yang masih memiliki potensi untuk diekspor antara lain sarang burung walet, porang, minyak atsiri, bunga melati, tanaman hias, edamame, serta produk hortikultura lainnya. "Kalau kita betul-betul berikan perhatian akan menjadi sebuah produk yang baik untuk kita ekspor. Juga produk olahan peternakan yang juga makin terbuka pasarnya," tukas Presiden.Â
Namun, Presiden Jokowi mengingatkan bahwa tidak cukup hanya fokus untuk meningkatkan produksi. Menurutnya, yang penting juga adalah pengusahaan teknologi untuk meningkatkan produktivitas. "Melakukan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah dan menghitung skala ekonomi dengan klasterisasi, ini penting sekali, serta melakukan mekanisasi pengembangan produk dan juga promosi produk berbasis digital. Ini juga harus kita kembangkan agar produk-produk pertanian kita makin dikenal luas dan makin kompetitif," papar Presiden Jokowi. (sumber: Humas Ditjenbun)Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H