Sosok satu ini hanyalah orang biasa bukan pejabat, sosialita atau dari kalangan  artis.
Mempertahankan toleransi di era sekarang ini sangat sulit dan dapat di katakan seuatu yang langka.
Kalau kita melihat ibu dari penampilannya saja pastinya tidak ada yang istimewa.
Tapi setelah kita mengenal lebih dalam ternyata beliau memiliki sifat dan karakter yang tidak di punyai semua orang.
Ada pun sifatnya itu adalah suka memberi dan berbagi kasih dalam bentuk makanan dan uang kepada siapa pun yang membutuhkan tanpa melihat perbedaan.
Oleh karena itu Bu Misna sering bercerita kalau tiap hari ada saja orang yang di bantu atau datang ke rumahnya.
Perlu di ketahui penghasilan Bu Misna itu pas - pasan  apalagi beliau sudah tidak bekerja lagi, sudah pensiun dari Rumah Sakit Angkatan Laut.
Bu Misna tidak takut ketika sering memberi makan dan uang kepada sesama  karena keimanannya yang kuat makanya selalu ada aja berkat yang di dapatnya.
waktu itu saya tidak sempat menjawab antara iya dan tidak takutnya berhalangan hadir.
Sebenarnya undangan Bu Misna sudah cukup sering cuma baru kemaren saya sempat berkunjung ke rumahnya.
Awalnya saya berpikir kalau open house ini biasa saja paling yang hadir dari lingkungan Gereja sendiri.
Tapi ternyata penilaian saya salah sewaktu sampai di rumah yang berada di pojok gang Daerah Margorejo Surabaya sudah penuh tamu.
Yang membuat saya lebih kaget lagi hampir semua tamunya berhijab.
Dan tamu itu tidak berhenti dari pagi sampai malam bahkan dari lingkungan Gereja hanya sedikit.
Bahkan pada moment natal tersebut Bu Misna bagi -bagi rejeki yang di berikan kepada anak -anak yang hadir.
Dapat saya katakan Bu Misna mampu menjaga tradisi toleransi yang mulai luntur.
Memang moment saling mengucapkan di hari keagaman sudah sangat sulit di temui.
Cuma sangat di sayangkan masih saja ada ulah beberapa orang yang masih menghargai seseorang berdasarkan penampilan.
Berdasarkan cerita dari anaknya Ibu sering banget di cibir, pernah suatu saat ada kegiatan amal, Bu Misna akan menyumbang bukan di terima secara baik tapi malah di maki dengan ucapan kalau amplop yang di berikan itu kosong padahal jelas - jelas ada uangnya, kalau sudah begitu biasanya curhat ke anaknya.
Hal yang sama juga sering di alami  salah satu anaknya yang bernama Bu Monik ketika berkunjung ke toko sering di anggap sebagai asisten rumah tangga padahal saya bawa uang, ya kalau sudah begitu di bawa ketawa aja.
Bu Misna sendiri sudah di tinggal suami akibat sakit, dan mempunyai tujuh anak dan dapat di katakan semua sukses.
Di samping itu di dalam keluarga Bu Misna penuh keragaman terbukti dari ketujuh anaknya tidak semua Katholik tapi ada juga yang Muslim.
Berikut ini ketujuh anaknya Bu Misna berikut profesinya yang pertama bernama Muslikan Sarjana Pendidikan (guru), Petrus Sarjana Katekis (Swasta), Yakubos Sarjana Bahasa Jerman (Swasta), Monica (PNS), Paulus ( Hukum ), Emertiana sarjana farmasi ( punya CV sendiri ), Dr. Ignatius kepala Puskesmas Semboro Jember.
Bu Misna merupakan  bukti nyata yang mampu menjaga marwah dari keragaman tanpa terpengaruh oleh isu apa pun.
Yang utama Bu Misna bisa menjadi teladan bagi kita semua tanpa melihat perbedaan.
Berharap kita jangan selalu melihat dari penampilan, Bu Misna yang sederhana ternyata mempunyai kesuksesan dalam mendidik anak dan berbagi kasih terhadap sesama.
Banyak orang berpenampilan mewah ternyata itu semua tipuan untuk mencari keuntungan pribadi dan merugikan banyak orang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H