Hari ini semua umat Kristiani merayakan berita sukacita dengan lahirnya sang juru selamat.
Ada pun bentuk perayaan dan kemeriahan di lakukan dengan berbagai macam cara.
Di samping itu Yopem membuat sesuatu yang unik, dimana pohon natalnya berasal dari botol bekas.
Tapi melalui tulisan saya kali ini, saya akan mengulas sedikit mulai sirnanya toleransi.
Memang sangat di sayangkan akhir - akhir ini kaum minoritas mengalami beberapa peristiwa yang dapat menganggu kerukunan antar umat beragama.
Seharusnya Negara mampu memberi perlindungan dan kenyamaan bagi setiap masyarakat tanpa kecuali.
Yang paling utama jangan sampai ada dari pihak Pemerintah Daerah ikut merusak toleransi.
Apapun alasannya agama tidak bisa di jadikan alasan untuk mendapatkan kekuasaan.
Apalagi tahun ini merupakan tahun politik, di harapakan agama jangan di jadikan senjata untuk menyerang atau menjatuhkan lawan politik.
Secara pribadi saya sangat merindukan moment antar umat beragama saling mengucapkan di hari raya keagamaan.
Yang terjadi sekarang justru berbeda sudah tidak ada lagi yang namanya saling menghormati dan menghargai.
Tidak jarang akibat ulah dari orang yang tidak bertanggung jawab dapat merusak toleransi antar umat.
Padahal Negara di bentuk berdasarkan keragaman karena itu merupakan landasan yang di dasarkan pada Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
Semoga dengan damai Natal dapat membawa dan menyatukan berbagai perbedaan.
Dengan kesederhana dari Tuhan Yesus dapat menjadi teladan untuk kita semua tanpa melihat dari mana kita berasal.
Adanya berita suka cita Natal di harapkan kita bisa berbagai kasih dengan sesama yang merasa kurang beruntung.
Oh ya, di moment ini saya ingin mengucapkan Natal untuk pembaca dan para Kompasianer yang merayakan. Semoga damai dan sukacita Natal menyertai kita semua.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H