Pembeli biasanya memanggil dan merasa akrab dengan menyebut Pak Rangin.
Nampak pembeli sedang ngantri nunggu pesanannya (Dokumentasi Pribadi)
Oh ya Pak Rangin selalu berjualan disekitar Tugu Pahlawan Surabaya tidak pernah pindah tempat.
Dalam berjualan tiapa hari Pak Ran menghabiskan dua setengah kilo dari bahan yang dibutuhkan. Dan dia berjualan sampai bahan bakunya habis hari itu, karena bahan bakunya tidak bisa nginap, akan cepat basi karena ada santannya.
Perlu diketahui kenapa Pak Ran memilih jualan kue rangin kebetulan resepnya berasal dari saudaranya.
Pembeli menunjukkan kue rangin (Dokumentasi Pribadi)
Untuk harga kue rangin lima ribu rupiah. Bagaimana dengan keluarganya? Pak Ran sudah memiliki dua anak yang satunya sudah nikah. Â Tapi yang bikin trenyuh Bapak satu ini harus jalan cukup jauh dari rumah ke tempah dagangnya kurang lebih 2,5 kilo Bisa dibayangkan jalan kaki dengan memikul beban berat. Sedangkan kita jalan sedikit saja sudah ngomel. Benar - benar Pak Ran sebagai pejuang kehidupan. Beliau libur jualan pada saat capek saja. Ternyata Pak Rangin memiliki berbagai pengalaman dan sudah merantau kemana - mana salah satunya ketika di Papua sebagai ojek selama tujuh tahun, beliau berhenti dan kembali ke Surabaya karena tidak tahan dengan nalaria disana.
Apa yang dilakukan Pak Ran bisa menjadi contoh bagi kita. Pak Ran selalu tersenyum tidak nampak dalam raut  wajahnya  kekesalan dalam menjalani beratnya kehidupan. Semangat terus Pak Rangin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya