Kehadirannya bersama bentangan alam pegunungan, pantai dan laut yang memukau, menjadi daya tarik tersendiri yang membuat pemerintah tak bisa tidak mengambil langkah strategis untuk menjadikan kawasannya sebagai satu dari sangat sedikit destinasi wisata premium di Tanah Air.
Belum lagi budaya dan kesenian. Tarian perang yang sekaligus menjadi permainan rakyat yang bernama Caci, tarian Ja'I yang mengandalkan kelenturan kaki, hentakan tarian Gawi, Sodh'a hingga Rokatenda yang membius banyak orang.
Bahasa bermacam-macam. Bahasa Lamaholot di Flores bagian timur, bahasa Sikka, Ende/Lio, Nagekeo, hingga Ngada di bagian tengah, sampai bahasa Manggarai di bagian timur.
Keanekaragaman itu tidak membuat kita terpecah. Justru memperkaya dan mengikatsatukan kita dalam semangat kebersamaan.
Orang Lio, Ngada, Nagekeo, Manggarai, Ende, Sikka, hingga Lembata boleh membanggakan kekayaan mereka. Tetapi, satu dan yang lain tidak pernah merasa lebih. Satu adalah saudara bagi yang lain.
Ingat Flores, aku teringat akan begitu banyak kekayaan. Dari sana aku belajar banyak hal. Tentang hidup selaras alam, semangat persaudaraan, dan toleransi.
Banyak kenangan pribadi yang tertambat di sana. Dari orang tua yang melahirkan, keluarga dan kenalan terdekat yang membentuk ikatan persaudaraan, alam yang menghidupkan, hingga ruang belajar baik formal maupun nonformal, sejak keluar dari rahim ibu, belajar aksara tingkat dasar hingga menengah. Semua aku habiskan di atas pangkuanmu, Flores!
Tidak tahu dengan cara apa aku mengungkapkan terima kasih. Mungkin tidak akan pernah cukup cara-cara yang aku pakai sebagai balas jasa untukmu.
Yang bisa aku lakukan adalah mengingatmu. Yakinlah, sampai kapanpun namamu tetap harum dalam ingatanku.
Sambil aku berharap agar engkau tetap lestari dalam kemajemukan. Engkau tetap menjadi rahim yang subur bagi generasi-generasi berikutnya.