Ungkapan tersebut menandakan karakter orang Indonesia yang tak bisa hidup seperti sebuah pulau terasing di tengah samudra. Berkumpul atau ada bersama yang lain adalah sebuah panggilan alamiah. Naluri dasar yang ada dalam diri setiap manusia.
Momen Ramadan adalah kesempatan untuk berkumpul dan berbuka puasa bersama. Menariknya, seperti disinggung di awal, spirit ini tidak bersifat eksklusif di antara umat Islam semata. Melainkan sudah terbuka dengan melibatkan orang dari latar belakang keimanan berbeda.
Yang terpenting bukan makanan yang akan dinikmati tetapi kebersamaan itu sendiri. Makanan adalah nomor dua, bukan prioritas teratas. Yang terutama adalah kesempatan duduk bersama, berbincang, bersendagurau, dan bersenang-senang bersama.
Pesta potluck
Dari semangat tersebut sesungguhnya bukber bukan soal apa yang hendak dimakan dan diminum. Yang paling penting adalah bukber menjadi kesempatan untuk berkumpul bersama sambil menandai salah satu momen penting selama Ramadan.
Untuk itu, bukber tidak harus dimaknai sebagai pesta mewah dengan makanan dan minuman terbaik. Tidak harus pula memakan ongkos yang besar.
Berbagai siasat bisa dilakukan agar bukber itu bisa terlaksana malah semakin mempererat tali silaturahmi. Salah satu idenya adalah  potluck.Â
Istilah ini sudah familier meski kadang dipertukarkan atau disamakan dengan istilah yang terdengar mirip yakni potlatch.
Sesungguhnya keduanya punya arti berbeda. Potluck merupakan sebutan untuk pertemuan bersama di mana setiap tamu membawa hidangan unguk dibagikan kepada yang lain. Saling berbagi makanan atau minuman.
Sementara potlatch mengacu pada upacara yang dijalankan suku-suku asli Amerika tertentu. Â Meski ada unsur yang sama yakni berbagi makanan dengan yang lain, namun nuansa dan tujuannya jelas berbeda.
Potluck bersifat santai dan melibatkan teman, keluarga, atau kolega. Yang kedua lebih bersifat sakral dan dihayati secara terbatas.