Â
"Barangsiapa membangun sebuah Masjid karena semata-mata mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka Allah akan membangun untuknya sebuah istana di surga." (Hadis)
Bila Anda berkesempatan ke Kota Depok, Jawa Barat, maka mampirlah ke Masjid Dian Al-Mahri. Letaknya di Jalan Meruyung Raya, Kecamatan Limo.
Akses ke sana bisa dari berbagai arah. Bila menggunakan commuter line, turunlah di Stasiun Depok Baru. Lanjut menggunakan ojek atau taksi online dengan jarak tak lebih dari 9 kilometer.
Menggunakan kendaraan pribadi atau taksi online dari arah Jakarta bisa mengambil tol Depok-Antasari dan mengambil pintu keluar di Krukut atau Sawangan. Dari arah Bogor, silahkan mengambil jalur Jalan Raya Jakarta-Bogor.
Mengapa saya sengaja mengarahkan di awal karena letaknya cukup jauh dari pusat Kota Depok. Namun, jarak tersebut akan terbayar lunas bila berhasil sampai di sana.
Kita akan menikmati pemandangan menakjubkan. Hasil karya tangan manusia yang begitu dahsyat. Paket lengkap untuk sebuah perjalanan religi. Kemegahan bangunan, berikut lingkungan yang luas, lengkap, asri, dan tertata apik dari sebuah ikon wisata Depok bahkan Indonesia.
Pertama, dari sisi arsitektur, bangunan ini sungguh menakjubkan. Mengambil bentuk sekaligus mencirikan daerah asal kelahiran Islam yakni Timur Tengah.
Kubah raksasa ala India dan Persia, minaret atau menara menjulang tinggi, halaman depan, plus detail dekorasi gemoetris yang indah.
Menukil wikipedia.org, masjid ini memiliki ukuran 60 x 120 meter. Masjid seluas 8000 meter persegi di atas lahan sekitar 50 hektar. Tempat ini bisa menampung hingga 20 ribu jemaah.
Yang membuat istimewa tidak hanya luasnya, juga kemegahannya. Ia memiliki lima kubah utama dan enam kubah menara yang berlapis emas 24 karat.
Tiap-tiap kubah dilapisi emas setebal 2 hingga 3 milimeter. Kabarnya, lima kubah yang melambangkan rukun Islam juga dihiasi mosaik berlapis emas 24 karat yang didatangkan dari Italia.
Terdapat relief hiasan di tempat imam yang terbuat dari emas 18 karat. Mimbar ceramah pun berlapis emas.
Pagar di lantai 1 dan hiasan di 169 mahkota masjid pun terbuat dari sisa emas. Balutan emas di mana-mana membuat masjid ini dikenal sebagai Kubah Emas.
Tidak sampai di situ. Material bangunan sungguh terpilih. Enam menara berselimutkan batu granit abu-abu dari Italia. Tepat di bawah kubah terpampang pemandangan langit dengan goresan awan cerah nan elok.
Untuk menambah kesan mewah, terdapat sebuah bola lampu kristal gigantik. Konon kabarnya, lampu itu memiliki bobot 2,7 ton dan diimpor dari Negeri Pizza.
Hampir semua sisi dilapisi marmer. Pualam berwarna emas, cokelat, dan kuning itu didatangkan khusus dari Italia dan Turki.
Masjid ini pun menjadi tersohor tidak hanya di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Satu dari sedikit masjid berkubah emas di dunia. Bersanding dengan Masjid Sultan Singapura di Singapura atau Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin di Brunei Darussalam.
Kedua, pihak yang membangun memang sudah memperhitungkan segala sesuatu dengan cermat. Memilih lokasi yang memungkinkan untuk beribadah di tengah kemegahan dan keasrian.
Hamparan taman begitu luas diselingi enaka pepohonan tinggi. Deretan pot-pot bunga berwarna coklat dengan aneka tanaman menghadirkan kesan asri dan sedap dipandang mata.
Para pengunjung jelas tidak hanya datang untuk beribadah. Mereka bisa bersantai sambil menikmati pemandangan indah dan udara yang sejuk.
Ketiga, kita tentu bertanya, siapa yang membangun masjid sekeren ini?
Ya, dia adalah Hajjah Dian Djuriah Rais binti H Muhammad Rais. Seorang pengusaha kaya raya nan dermawan.
Sosok yang dikenal sebagai Dian Al-Mahri yang kemudian diabadikan sebagai nama masjid ini tutup usia pada 29 April 2019 lalu di usia 73 tahun. Ia dimakamkan di sisi selatan, tak sampai sepelempar batu jauhnya dari bangunan masjid. Â
Proyek pembangunan masjid ini dimulai pada 1996. Baru bisa dinikmati oleh masyarakat luas pada 31 Desember 2006.
Mula-mula masjid ini ditujukan untuk kepentingan keluarga. Di lingkungan luas itu pun terdapat rumah megah kediaman keluarga yang terbuka untuk dikunjungi meski hanya sebatas mengambil foto tak jauh dari pintu gerbang raksasa.
Keempat, siapa saja bisa bertandang ke tempat ini. Baik untuk kepentingan ibadah maupun wisata. Bahkan, tersedia aula yang difungsikan untuk berbagai hajatan seperti pengajian hingga pernikahan.
Kompleks ini dilengkapi sejumlah fasilitas seperti tempat wudu dan toilet bersih. Di sebelah utara terdapat kafetaria dan toko suvenir. Lahan parkir cukup luas, baik untuk kendaraan roda empat maupun roda dua.
Bagi Anda yang membawa kendaraan pribadi akan diarahkan untuk masuk dari sisi barat. Untuk menikmati keagungan Tuhan sedahsyat ini pengunjung hanya dibebani karcis parkir motor, seharga Rp 3 ribu.
Bila demikian, menyitir surat Ar Rahman ayat 13, "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H