Jelas, Praveen/Melati tak akan puas dengan hasil ini. Impian mereka tentu saja menggapai tangga juara.
Namun, hasil ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebuah pencapaian yang tetap patut ditempatkan dalam posisi tersendiri di tengah perjuangan mereka kembali ke jalur positif.
Seperti kita tahu, dalam dua tahun terakhir mereka harus melewati masa-masa sulit. Usai melambung di All England 2020, mereka perlahan-lahan terjerembab.
Cedera pelik yang menerjang Praveen sangat berpengaruh. Selain tidak pernah lagi ke podium juara, penampilan mereka di berbagai turnamen pun sama sekali jauh dari memuaskan.
Buntutnya, mereka harus kehilangan status sebagai pemain Pelatnas. Bersama pasangan senior lainnya yang kini sudah "bercerai" Hafiz Faisal/Gloria Emanuelle Widjadja, keduanya didepak dari Cipayung dan kembali ke klub sejak awal tahun lalu.
Ternyata mereka tidak patah arang. Mereka terus berjuang untuk kembali menemukan jalur yang sempat hilang.
Runner-up pertama setelah dua tahun yang sulit lebih dari cukup menjadi titik balik. Modal untuk menghadapi turnamen-turnamen selanjutnya hingga benar-benar kembali merengkuh gelar.
China juara umum
China yang meloloskan tiga wakil ke partai puncak  turnamen berhadiah total USD 210 ribu (sekitar Rp 3,1 miliar) keluar sebagai juara umum dengan raihan dua gelar juara.
Gelar pertama dipersembahkan Liu Sheng Shu/Tan Ning dari ganda putri usai memenangi "perang saudara" atas Chen Fang Hui, Du Yue, 21-8, 16-21, dan 21-18.
He Ji Ting/Zhou Hao Dong menutup partai final dengan gelar juara bagi Negeri Tirai Bambu. He/Zhou menang telak, 21-5 dan 21-12 untuk menguburkan harapan Fang-Chin Lee/Fang-Jen Lee, pasangan Taiwan yang menjadi "pembunuh" Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.