Runner-up bagi Praveen/Melati
Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti hampir saja menggapai klimaks. Sayangnya, perjuangan mereka untuk mengakhiri paceklik gelar kandas di hadapan Mathias Christiansen/Alexandre Boje.
Lawan asal Denmark itu menyandang status unggulan delapan lantaran punya ranking dunia mutakhir yang lebih tinggi.
Secara pengalaman Praveen/Melati tentu lebih tinggi jam terbangnya. Hal ini juga terlihat dari catatan pertemuan. Praveen/Melati unggul tiga kali dalam empat pertemuan sebelumnya.
Mathias/Alexandra yang berada di posisi 19 BWF sanggup menjaga tren positif sejak laga pertama. Dalam perjalanan ke final, keduanya mampu melewati hadangan unggulan pertama dari Thailand, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai di babak perempat final, dengan kemenangan straight set, 21-7 dan 21-5.
Sementara Praveen/Melati yang bermain sangat baik saat memenangi "perang saudara" atas pasangan muda yang menempati unggulan ketujuh, Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati di babak semifinal, justru tampil antiklimaks.
Keduanya tak bisa menemukan performa sebaik di babak sebelumnya terutama dalam posisi memimpin.
Di set pembuka, Praveen/Melati sanggup memimpin 17-13 bahkan hanya butuh satu poin untuk menutupnya. Sayangnya, di poin-poin krusial, keduanya kehilangan fokus sehingga bisa dikejar lawan.
Sebaliknya, lawannya justru tampil begitu percaya diri termasuk dalam posisi tertinggal. Mereka bisa memaksimalkan kesempatan untuk berbalik memimpin dan terus menjaga keunggulan di set kedua.
Praveen/Melati berusaha bangkit mengejar ketertinggalan. Namun, upaya mereka tersandung di hadapan permainan agresif, solid, dan tenang yang diperagakan pasangan Dinamit yang mengunci pertandingan dalam dua gim saja, 22-20 dan 21-18.