Kemenangan dalam tiga gim, 10-21, 21-15, dan 21-10 atas unggulan pertama itu sesungguhnya isyarat jelas bahwa Jorji berpeluang besar merebut gelar juara.
Sebab, Jorji dalam posisi "on fire." Grafik penampilannya lebih meyakinkan dari Sindhu. Sindhu tengah berjuang ke jalur positif setelah menghadapi masa-masa sulit belakangan ini.
Perbaikan dalam "footwork" dan stamina, serta keyakinan diri yang terus menguat membuatnya bisa mengeluarkan kemampuan terbaik. Jorji yang sudah diprediksi banyak orang punya talenta besar akhirnya berujung manis di Madrid.
"Mentalnya (Gregoria) semakin bagus, semangat tidak mau kalahnya begitu besar. Fokusnya pun makin bagus. Akhirnya, dia makin yakin di lapangan."
Begitu pengamatan dari dekat Herli Djaenudin pelatih tunggal putri yang setia menemani Jorji.
Pebulutangkis berusia 23 tahun pun sukses "pecah telur" gelar juara BWF World Tour. Kemenangan yang membuat sektor tunggal putri kini tak bisa lagi dipandang remeh.
Bila di turnamen-turnamen sebelumnya dan di tahun-tahun sebelumnya, harapan itu selalu ditujukkan kepada sektor-sektor lain, terutama ganda putra, kali ini justru tunggal putri yang menyelamatkan wajah Indonesia.
Dari dua wakil dari dua sektor berbeda ke final, tunggal putrilah yang berhasil mempersembahkan kemenangan.
Gelar juara Jorji ini sekaligus menjadi pelipur lara bagi tim Indonesia yang di edisi sebelumnya, 2021 silam, panen gelar. Saat itu, Indonesia pulang dengan empat gelar, masing-masing RInov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari (ganda campuran), Yulfira Barkah/Febby Valencia Dwijayanti Gani (ganda putri), Pramudya Kusumawardana/Yeremia Rambitan (ganda putra), dan Putri Kusuma Wardani (tunggal putri).
Semoga gelar ini memacu Jorji untuk terus meningkatkan level permainan agar bisa meramaikan gelanggang persaingan di turnamen-turnamen level lebih tinggi, sekaligus memacu para juniornya untuk ikut berprestasi.