Percobaan pertama melalui sundulan yang melebar dari gawang Manchester Biru. Kemudian upaya Andre Silva yang menyasar tiang dekat.
No De Bruyne No Party
Bisa jadi tanpa kehadiran Kevin de Bruyne, sisi kreativitas City sedikit berkurang. Erling Haaland kurang dimanja dengan umpan-umpan akurat. Begitu juga ketika situasi buntu, tidak ada sosok yang bisa melakukan percobaan-percobaan dari luar kotak penalti.
Satu dari sangat sedikit peluang yang dimiliki Haaland terjadi di paruh kedua ketika tembakannya melebar dari sasaran.
Di babak pertama, City begitu menguasai pertandingan. Tingkat akurasi umpan begitu memukau meski pada akhirnya hanya mampu menghasilkan satu gol dari satu-satunya upaya tepat sasaran.
Situasi berbanding terbalik setelah keluar dari kamar ganti. City seperti kehabisan bensin. Tingkat penguasaan bola menurun drastis, begitu juga umpan akurat tidak lagi di atas 90 persen.
Meski demikian, di tengah kebangkitan tuan rumah, City tetap bisa menebar ancaman. Selain beberapa peluang di atas, Gundogan juga hampir mencatatkan namanya di papan skor.
Beruntung Leipzig memiliki Blaswich yang tampil baik dengan sejumlah penyelamatan gemilang. Tendangan Gundogan dari jarak dekat bisa ia tepis dengan refleks yang bagus.
Begitu juga City berusaha mendapat kesempatan dari titik penalti di penghujung laga. Mahrez mengirim bola ke kotak penalti menyusul sepak pojok lalu disundul oleh Rodri. Sempat terlihat Henrichs menepis bola dengan tangan.
Tidak ada pemeriksaan VAR sebelum peluit panjang dibunyikan.
Kredit kepada Leipzig yang ditangani Marco Rose yang berani keluar dari tekanan setelah babak pertama yang sulit. Dari permainan defensif untuk mengamankan wilayah sendiri, mereka akhirnya bisa membuat City harus membayar mahal penguasaan bola dengan hasil seri.